📌Tujuh tahun yang lalu
Baru-baru ini, ramai diperbincangkan tentang kecelakaan pesawat yang terjadi secara tidak terduga. Pesawat menuju negara Jepang itu jatuh di laut dekat perbatasan Korea-Jepang. Beberapa orang berhasil ditemukan meski sudah dalam kondisi meninggal dunia, dan beberapa dari mereka juga dinyatakan menghilang.
Bagi beberapa orang, mungkin kecelakaan itu tidak terlalu berpengaruh apa-apa pada kehidupannya, tapi bagi wanita gemuk miskin yang tinggal di pedesaan terpencil itu, kecelakaan yang terjadi membuat keluarga mereka tidak dapat uang untuk makan.
Wanita gemuk itu nampak keluar dari rumah kecil sederhana miliknya, mencari suaminya yang pemalas. Karena selama 4 hari, di laut itu dilakukan pencarian korban kecelakaan yang hilang, maka selama itu pula suaminya asyik bermalas-malasan.
Dia menemukan suaminya itu tengah bersantai memejamkan matanya. Sesekali pria tua itu menggaruk-garuk perut buncitnya. Kesal, wanita itu menendang suaminya. "Ireona!"
Tak mempan, dia lantas mengambil panci dan memukul suaminya sambil terus berteriak agar pria itu bangun. "Yak bangun! Bangun! Dasar pemalas! Bangun dan pergi bekerja!"
"Ah! Ah! Appo! Geurae geurae, aku akan pergi. Aku pergi aku pergi."
Pria itu berusaha menghindar dari amukan istrinya. Bergegas memakai sandal dan mengambil peralatan memancingnya, lantas berlari menjauhi rumah.
Karena miskin dan tidak punya apa-apa, dia sering pergi ke perbatasan Korea-Jepang dan memancing ilegal disana. Ia selalu mendapat ikan yang banyak, sebagian ia jual dan sisanya dibawa pulang untuk kebutuhan makan ia dan istrinya.
Karena perkampungannya jauh dari sini, kadang datang kemari selalu membutuhkan waktu yang lama. Ia selalu menumpang pada temannya yang bekerja mengantarkan sayuran ke kota lain menggunakan truknya. Salah satu cara hemat untuk pergi bekerja. Sampai di tujuan tanpa mengeluarkan uang.
Sesampainya disana, dia segera menyiapkan peralatan memancingnya. Ia harus sesegera mungkin memancing dan mendapatkan banyak ikan jika ingin pulang cepat.
"Kwon Juhyeok!" Seseorang berteriak menyerukan namanya dari sana, beberapa meter dari tempatnya berdiri saat ini.
Dia menoleh dan tersenyum lebar dengan tangan yang masih sibuk menyiapkan jaringnya. "Eoh Nam-oh!"
"Aku menaruh embermu disana, Juhyeok!"
"Baiklah! Terima kasih!" teriaknya pada Nam-oh yang sudah menggerakkan perahu kayunya.
Sebelum memulai, pria bernama Juhyeok itu bergerak ke arah timur untuk mengambil embernya. Namun, ada sepasang telapak kaki yang menjulur dibalik batu besar. Telapak kaki itu terus disapa oleh ombak kecil.
Dengan langkah lambat, Juhyeok mendekati sambil menguatkan diri. Ia berharap akan melihat seorang manusia dengan kondisi utuh, dalam artian bukan dengan salah satu anggota badan hilang. Kemungkinannya orang ini adalah korban kecelakaan pesawat hari itu. Empat hari yang lalu.
Dan nampaklah seorang laki-laki dengan kaus putih dan celana selutut, tergeletak begitu saja dengan tak sadarkan diri. Wajahnya pucat, dan ada beberapa luka di wajah dan lengannya. Tidak ada barang apapun di samping orang itu, kecuali sebuah gantungan kelinci yang hampir saja keluar dari sakunya.
Juhyeok menaruh telunjuknya dekat lubang hidung orang itu. Ia bisa merasakan hembusan nafas meski pelan. Denyutnya juga masih bisa dirasakannya. Suatu keajaiban laki-laki ini masih hidup setelah kecelakaan pesawat empat hari lalu.
Juhyeok melihat sekeliling. Perlahan ia menarik anak itu untuk berdiri. Mengalungkan sebelah tangan pada lehernya dan segera membawanya pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
√ [SEASON 2] 星と夜 (Hoshi to Yoru) || Hoshi & Yerin FF
FanfictionSelama tujuh tahun lamanya, Jung Yerin berusaha mengikhlaskan semuanya tanpa harus melupakan. Itu semua tidaklah mudah. Bagaimana ia ingin melupakan bagian yang menyedihkan, tetapi ingin tetap mengenang bagian yang menyenangkan. Ketika ia sudah ha...