"Ne, Sehun oppa." Yerin menendang batu kecil di jalan, sementara tangannya masih menempelkan handphone pada telinga. "Ne, aku akan menunggumu." Yerin terus berjalan tanpa semangat. "Ne."
Panggilan terputus.
Yerin menghela nafas. Malam ini udara terasa dingin menusuk kulit. Tapi hal itu tidak membuat Yerin berkeinginan untuk pulang ke apartemen. Sepulangnya ia dari rumah Hoshi, ia hanya terus berjalan-jalan tanpa tujuan. Hingga tidak sadar waktu terus berjalan maju, dan langit pun mulai berganti warna.
Bahkan saat ini, Yerin baru sadar ia berjalan terlalu jauh. Karena terus melamun, langkahnya tanpa sadar membawanya ke tempat yang sepi. Tidak ada orang yang berlalu lalang. Bahkan kendaraan pun hanya satu dua yang melewati jalan itu.
Yerin menghela nafas. Ia terlalu memikirkan Hoshi. Bagaimana ia mempunyai gantungan kelinci yang sama dengan oppanya. Meski Yerin tahu bahwa gantungan itu mungkin banyak dijual di banyak tempat. Tapi memikirkan kebetulan antara Hoshi dan oppanya selain gantungan itu, membuat Yerin pusing juga. Apalagi sikap bibinya Hoshi tadi yang menurutnya mencurigakan. Yerin tahu wanita itu menyembunyikan sesuatu dari Hoshi.
Tapi, apa?
Tuhkan, Yerin melamun lagi. Ia menggelengkan kepalanya dan membalikkan badan. Namun sebuah taksi menepi tepat di samping tempatnya berdiri. Kebetulan sekali. Tanpa berpikir panjang, Yerin segera masuk ke dalam taksi itu.
Duduk dan segera mengabari Sehun bahwa ia sedang dalam perjalanan menuju restoran dimana mereka akan makan bersama.
Pesan terkirim.
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya, nona?"
Yerin menaikkan pandangannya. Menggeleng ragu pada sang supir. "Ani."
"Kau tahu club di belakangmu? Jika kau berjalan lebih jauh, kau akan menemukan sebuah club."
Club. Ah, club itu. Yerin mengangguk. "Ne. Waeyo?"
Supir itu tertawa, yang entah kenapa terdengar menyeramkan. Berhasil membuat Yerin begidik dan jantungnya berdegup kencang. "Kau wanita yang polos, Jung Yerin."
"Ne?!" Yerin membelalakkan mata. "Darimana.. darimana kau tahu namaku?"
Kemudian satu pria muncul dari kursi depan di samping supir. Yerin baru menyadari pria itu sejak tadi bersembunyi dengan melorotkan tubuhnya.
Kini mereka berdua tertawa, bersamaan dengan pintu mobil yang terkunci.
Yerin mulai panik dan berusaha membuka pintu, meski usahanya sia-sia saja. Ia memukul-mukul jendela mobil dan berteriak minta tolong. Tapi tentu saja tidak ada yang melihatnya karena sangat gelap.
Pria itu melompat ke belakang dan mengikat tangan Yerin. Ia juga menyumpal mulut Yerin dengan kain yang tidak enak baunya. "Kau mengingatku, Yerin-sshi?"
Yerin menatapnya dengan alis bertaut dan nafas memburu. Keringat membanjiri keningnya.
"Kau mencari siapa?"
"Siapa namanya? Aku sering kemari jadi aku kenal siapa saja yang datang, ya.. beberapa."
"Ah, tentu aku mengenalnya. Dan kau.. pasti Jung Yerin?"
Ah, Yerin ingat. Dia adalah pria yang sama ketika Yerin mencari Hoshi di club itu. Pria yang awalnya Yerin kira adalah pria baik.
Si supir tertawa sambil melihat ke belakang. Oh, dia si pria gendut dengan rambut gondrong. "Jangan mudah percaya pada orang lain, nona manis."
Yerin menggerakkan mulut dan lidahnya agar kain itu lepas dari mulutnya. Kain itu tidak kunjung lepas. Tapi cukup untuk membuatnya bisa bicara jelas."Apa yang kau inginkan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
√ [SEASON 2] 星と夜 (Hoshi to Yoru) || Hoshi & Yerin FF
Fiksi PenggemarSelama tujuh tahun lamanya, Jung Yerin berusaha mengikhlaskan semuanya tanpa harus melupakan. Itu semua tidaklah mudah. Bagaimana ia ingin melupakan bagian yang menyedihkan, tetapi ingin tetap mengenang bagian yang menyenangkan. Ketika ia sudah ha...