Happy reading!!
Gadis itu menatap kepergian Lizzy. Sepertinya Tuhan mendukungnya untuk meleyapkan sang sabahat saat ini juga. Mendapat kesempatan besar, Haniva mengeluarkan botol kecil berisi minyak kacang itu.
Otaknya berkata, Cepet kasih minyaknya sebelum dia balik!
Nuraninya menolak, Lo nggak sejahat itu sampe tega sama Lizzy. Dia itu sahabat lo!
Haniva kembali memasukkan botol itu ke sakunya. Dia menangkup wajahnya dengan kedua tangan. “Ini nggak bener!”
Sekembalinya dari kamar kecil Lizzy menepuk bahu Haniva yang bergetar. “Lo kenapa, Va?” tanya gadis itu kebingungan.
Haniva mengusap air mata yang meleleh di pipinya dengan kasar. Dia menggeleng. “Nggak. Gue nggak pa-pa.”
“Kalau ada masalah, jangan sungkan cerita sama gue. Kita itu sahabat.” Ekspresi Lizzy begitu lembut dan penuh perhatian. “Udah cukup Dania aja, jangan lo juga.”
Seperti sebuah batu berukuran sekepal tangan menyangkut pada saluran pernapasannya membuat dada Haniva sesak. Bagaimana mungkin dia sempat berpikir untuk melenyapkan Lizzy, sahabatnya yang sudah begitu baik pada dirinya.
Haniva meraih tangan Lizzy. Dia melayangkan tatapan sendu dan penuh rasa bersalah. “Maafin gue, Zy, kalau gue ada salah sama lo.”
“Lo ngomong apa, sih, Va?”
Tanpa memedulikan perkataan Lizzy, Haniva terus melanjutkan kalimatnya. “Kalau ada suatu hal buruk tentang gue, please, jangan pernah benci gue, Zy. Jangan pernah biarin persahabatan kita putus di tengah jalan.”
Lizzy menyentakkan tangan Haniva. Matanya memerah, air matanya kali ini ikut meleleh. “Lo ngomong apa, sih? Jangan aneh-aneh, Va!”
Haniva menunduk. Dia menatap meja kayu kedai itu dengan sedih. “Sorry.”
∆ I See You ∆
Suasana koridor SMA Mentari 37 sangat ramai. Siswa-siswi berdesakan di depan mading utama. Mereka berbisik-bisik, tidak sedikit juga yang mencaci berita menggemparkan pagi itu. Seorang siswi sekolah mereka menjadi pelacur di tempat hiburan malam.
Haniva yang baru menginjakkan kaki di ujung lorong tampak kebingungan. Apalagi banyak siswa yang menatapnya sinis, bahkan ada yang sampai melemparinya dengan botol minuman bekas dan sepatu.
“Pelacur!” maki salah seorang siswa yang terlihat geram.
Mata Haniva melotot. “Pelacur? Bagaimana dia—“
“Dasar, j*lang sialan!” Kali ini siswi dengan rambut kuncir kuda.
Haniva langsung berlari menuju mading, tempat orang-orang itu berkumpul. Dia mendesak masuk, sekuat tenaga menyingkirkan siswa-siswi yang menghalangi jalannya untuk bisa melihat berita terkini SMA Mentari 37.
Betapa terkejutnya gadis itu. Kakinya terasa lemas. Bisa-bisa dia akan luruh saat itu juga. Haniva menggeleng kuat, air matanya meleleh. Ancaman orang misterius itu bukan mainan, dia benar-benar menyebarkan berita menjijikkan itu hingga tidak ada lagi wajah yang bisa Haniva tunjukkan sekarang.
![](https://img.wattpad.com/cover/191217158-288-k222232.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Who is the Killer?
Mystery / ThrillerPembunuhan atau Bunuh Diri? Sepertinya, opsi kedua akan lebih masuk akal untuk diterima. Pasalnya depresi berat bisa menjadi argumen pendukung yang meyakinkan. Gadis manis dengan rambut sebahu itu ditemukan tewas gantung diri di gudang sekolah. Satu...