WITK? [20] Hadiah

130 9 0
                                    

Happy reading!!

"Aaa ...." Lizzy memberikan suapan terakhir pada Kevin. Gadis itu masih saja berekspresi masam karena kesal pada sang pacar.

Dengan senyum jahil cowok itu melahapnya tanpa basa-basi. "Kan, enak kalau ada yang nyuapin."

"Gimana? Kenyang?"

Kevin mengangguk seraya tersenyum antusias. "Kenyang, dong, kan kamu yang nyuapin. Kalau sama Lizzy, walaupun angin yang dikasih, ya, pasti kenyang."

"Jijay!"

"Masa iya kamu jijik sama aku?" Kevin mengambil alih piring stainless itu dari tangan Lizzy dan menaruhnya di atas nakas. Dia mengganggam tangan gadis itu dan tersenyum manis. "Jangan marah terus, dong, Zy," pintanya.

"Siapa yang marah?" ungkap Lizzy cuek.

"Cuekmu loh masih kayak bebek. Aku nggak buta, kamu pasti lagi marah."

Lizzy melepaskan tautan tangan Kevin. Dia tersenyum dengan terpaksa. "Emang kalau aku marah kamu mau apa?"

Kevin mengerucutkan bibirnya tampak berpikir. "Ngapain, ya, enaknya?" Kevin memutar badannya, meraih sesuatu dari balik bantal. Sebuah kotak kecil berbalut pita berwarna merah muda. "Yah, kotaknya penyok!"

Kening Lizzy berkerut. Dia memperhatikan gerak-gerik Kevin yang tengah membenahi kotak kecil yang penyok itu. "Apaan, sih?"

Kevin menyerahkan kotak yang bentuknya sudah lebih baik itu pada Lizzy dan langsung diterima olehnya. Cowok itu mengedipkan sebelah matanya diiringi dengan senyum termanis yang bisa dia berikan. "Itu hadiah. Coba buka!" ungkap Kevin antusias.

Perlahan Lizzy membuka pembungkus hadiah yang diberikan Kevin. Mata gadis itu melotot saat melihat apa isi dari kotak itu. "Ini buat aku?"

"Iyalah." Kevin mengangguk-angguk lalu melirik Bi Mina yang baru saja memasuki ruangan. "Masa, iya, buat Bibi."

Bi Mina kebingungan tentang topik yang dibahas dua remaja itu. "Eh ... apa yang buat saya, Mas?"

Kevin menggeleng. "Nggak, Bi. Itu, aku lagi ngobrol sama Lizzy."

"Haduh! Paham, deh, kalau ganggu." Wanita itu berbalik badan hendak kembali ke luar. "Bibi balik ke taman rumah sakit aja."

"Bukan begitu, Bi!" sergah Lizzy yang tidak mendapat respon dari Bi Mina yang langsung keluar begitu saja.

Kevin tersenyum jahil. "Udahlah ... ini, kan, waktu kita berduaan."

"Alay banget kamu sekarang!" Lizzy mencubit pinggang Kevin hingga membuat cowok itu mengaduh, lalu mereka tertawa bersama.

& I SEE YOU &

Baru saja Lizzy berpamitan untuk pulang. Kevin berbaring di ranjang pasien. Menutup wajahnya dengan bantal dan tertawa bahagia. "Gimana kalau semua ekspresi itu cuma milikku? Ketawanya, ekspresi kesalnya, dan marahnya yang lucu seperti marmut bermata merah itu. Hahahaha .... Lizzy-ku!"

Lelaki itu tersenyum miring. "Hanya beberapa langkah dan nggak akan ada lagi penghalang di antara aku dan Lizzy."

Kevin mendudukkan diri dan meminta Bi Mina untuk membeli bubur ayam kesukaannya, sedangkan ia akan menjenguk Glen yang dikabarkan kondisinya membaik. "Yang lama aja, Bi."

"Iya, Mas. Sabar, dong. Saya masih siap-siap ini."

"Iyain, deh, yang mau PDKT sama tukang bubur," ejek Kevin dengan senyum jahilnya.

"Ih, Mas Kevin mah gitu sama saya." Ucapan Bi Mina mendapat kikikan dari Kevin. Wanita itu segera keluar dari sana setelah bersiap-siap.

Kevin pun beranjak dari tempatnya. Tangan kanannya membawa botol infus dan diposisikan lebih tinggi dari lengan. Cowok itu berjalan menyusuri lorong rumah sakit sambil sesekali melirik pasien lain dari jendela ruangan. Ketika hendak sampai di ruang rawat Glen, Kevin berpapasan dengan Ishana, lelaki itu langsung mencegah lengannya.

"Mau ke mana, Sha?" tanya Kevin.

Raut wajah Ishana yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Matanya merah sembab dan masih terus meneteskan air mata. Cemas dan gelisah bercampur menjadi satu di sana. Gadis itu langsung menghempaskan tangan Kevin. "Tiba-tiba Glen drop, Vin! Aku mau manggil dokter dulu." Tanpa menunggu balasan dari Kevin, Ishana langsung berjalan menjauh setelah mengatakan hal itu.

"Ups!"

& I SEE YOU &

Kedua orang tua Glen, Ishana, Lizzy, dan Kevin menunggu di depan ruang rawat. Seorang dokter dan dua perawat datang untuk memeriksa keadaan Glen. Tia tidak bisa membendung tangisnya hingga luruh ke lantai. Setelah sekian lama melihat keadaan sang putra tidak sadarkan diri hingga akhirnya dinyatakan lebih baik, tapi tiba-tiba keadaan Glen malah memburuk. Luka luar cowok itu mungkin sudah hampir pulih. Namun, entah apa yang terjadi di dalam tubuhnya sampai dia tidak sadarkan diri begitu lama.

Hadi mencoba menenangkan istrinya dengan memeluk dan mengusap-usap punggung Tia. "Glen nggak akan kenapa-napa. Jangan kayak gini, nanti malah kamu yang sakit."

Ishana, Lizzy, dan Kevin duduk di bangku panjang. Ishana hanya bisa menunduk dan menutup wajahnya dengan kedua tangan, berusaha agar air matanya berhenti dan tegar akan apa yang menimpa sahabat kecilnya itu. Lizzy ingin menghibur Ishana, tapi dia sendiri tidak punya daya yang cukup karena terkejut dengan kabar mendadak ini.

& I SEE YOU &

Jangan lupa tinggalkan

Vote + Comment ya : )

Jangan lupa juga follow akun Instagram @wrld_club_official dan @nadya_nurma

Kamis, 28 Januari 2021

Salam Hangat,

Nadya_Nurma

Who is the Killer?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang