WITK? [13] Menginap (2)

98 20 0
                                    

Happy reading!!

Suara benda pecah menguar ke seluruh rumah. Ishana langsung beranjak dari ranjang dan berlari menuju dapur. Beberapa saat lalu Lizzy meminta izin untuk mengambil air, tapi tidak kunjung kembali. Gadis itu sudah meringkuk di sudut saat Ishana datang. Tubuh Lizzy bergetar ditemani serpihan gelas yang berserakan di mana-mana.

“Zy, lo kenapa?”

Lizzy belum sempat menjawab pertanyaan dari Ishana, tapi suara yang lain sudah lebih dulu menginterupsi.

“Lizzy!” pekik Kevin yang langsung merengkuh tubuh ringkih itu. “Tenang, okey. Kamu kenapa?”

Gadis itu mendekap Kevin erat seakan itu bisa menyalurkan seluruh rasa tidak tenang dalam dirinya. “Kulkas ... kucing ... jendelanya ...,” gumam Lizzy tidak jelas.

Merasa tidak cukup informasi, Ishana beranjak menuju kulkas yang pintunya tidak tertutup sempurna. Dia membukanya lebar-lebar. Manik cokelat itu membelalak mendapati ada bangkai kucing berbulu abu-abu di dalam sana. “Grey!” pekiknya.

Dengan tangan gemetar dia hendak menyentuh hewan itu, tapi diurungkannya. Air mata ikut merembes. Ishana membekap mulutnya rapat-rapat agar tidak ada isakan yang keluar. Siapa yang tega ngelakuin ini?

Dengan napas terengah Glen datang. “Kenapa ini?”

“Lo dari mana aja?” tanya Kevin ketus. Dia membantu Lizzy berdiri dan memberikan gadis itu segelas air.

“Sorry. Gue tadi di teras.”

Setelah merasa Lizzy cukup tenang, Kevin melepaskan diri dan langsung menerjang Glen. Dia mencengkeram kerah kemeja cowok itu dan melayangkan tatapan tajam. “Alasan apa kayak gitu? Jangan-jangan ....”

“Jangan-jangan apa? Lo kenapa, sih, Vin?!”

“Jangan-jangan lo yang lakuin ini semua!” tukas Kevin.

Glen mendorong Kevin hingga mundur beberapa langkah. “Lo gila, ya? Gue baru balik dari teras. Bahkan gue nggak tau ada apa ini!”

Ishana berjalan mendekat, menahan tangan Kevin yang hendak kembali menyerang Glen. “Stop, Vin! Glen nggak mungkin ngelakuin ini. Gue kenal dia.”

Kevin menghempaskan tangan Ishana. “Bisa aja dia—“

Ishana menggeleng. “Tiap dia nginep di rumah gue, dia selalu duduk di teras kalau malem buat liat bintang. Itu ngingetin dia sama mamanya.”

Glen masih tampak tidak mengerti situasi seperti apa yang menjebaknya sekarang. Tidak dia hiraukan percakapan Ishana dan Kevin. Dia masih mencoba memahami situasi.  Pandangannya beredar. “Jendelanya!”

Pekikan Glen menyedot perhatian Ishana dan Kevin. Berbeda dengan Lizzy yang malah menangkup wajah dengan kedua tangan dan menggeleng kuat. Dia sudah cukup tahu ada apa di sana.

Pada kaca jendela berwarna gelap itu terdapat dua foto mengenaskan dari jasad Dania dan Haniva, di bawahnya ada lelehan berwarna merah yang sudah tidak keruan dan hampir mengering, dapat dipastikan berasal dari kalimat ‘I SEE YOU’.

Ketiganya mendekat. Glen langsung mencopot gambar dari sana tanpa ragu. Kevin menggunakan telunjuknya untuk mengusap lelehan merah di sana.

“Amis. Ini darah,” ucapnya.

“Pasti darah Grey,” tambah Ishana.

Glen menatap Ishana penuh tanda tanya. Apa maksudnya darah Grey?

Seperti bisa membaca pikiran Glen, Ishana menjawab, “Grey mati. Dia di kulkas.”

Glen sangat paham dengan sosok Grey yang dibicarakan. Kucing kampung berwarna abu-abu milik Ishana yang sudah hampir sepuluh tahun menemani gadis itu. “Ha?”

Who is the Killer?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang