Happy reading!!
Setelah sebuah surat aneh bersama lemparan batu datang ke kamarnya malam itu. Kehidupan Dania tidak lagi nyaman. Banyak teror-teror bermunculan. Mulai dari orang misterius yang selalu menguntitnya saat pulang sekolah hingga paket tanpa nama sampai di rumah Dania berisikan potongan jari-jari manusia.
Gadis itu cukup dibuat stress karena rentetan kejadian buruk yang dialaminya. Dania frustrasi hingga membuatnya sering melamun akhir-akhir ini.
“Hey!” Lizzy yang baru sampai di kelas langsung menepuk pundak Dania.
Dania yang tengah melamun itu terkejut, dia mengalihkan pandangannya pada Lizzy masih lengkap dengan tatapan linglungnya. “Ha?”
Lizzy menyeret sebuah kursi kosong lalu mendudukkan diri tepat di samping Dania. “Kenapa, Dan?” tanya Lizzy penasaran. Dia sangat heran dengan perubahan sikap sang sahabat. Biasanya, Dania adalah gadis yang ceria, sangat berbanding terbalik dengan seseorang di hadapannya sekarang.
Dania menatap Lizzy dengan lembut. “Apanya yang kenapa?”
Lizzy histeris, “Tuh, kan!” Gadis itu menunjuk tepat di depan mata Dania. “Mana ada Dania yang gue kenal sehalus itu?”
Dania terkikik lalu menggeleng. “Perasaan lo aja, Zy. Gue biasa aja, kok.”
Gadis berpita ungu itu mengerucutkan bibirnya kesal. “Emang iya, kah?”
Dania mengangguk.
“Ish!”
“Assalamualaikum.” Ucapan salam dari seseorang yang baru saja memasuki kelas 11 IPA-3 membuat seluruh isi ruangan mengalihkan pandangan pada gadis itu.
“Wa’alaikumussalam.”
Ghani sang ketua kelas menyambut kedatangan siswi itu dengan senyum ramah. “Ada apa, ya?”
Gadis itu tampak gugup. Seraya menundukkan kepala dia bersuara, “Itu ... Kak Dania dipanggil Bu Amira ke kantor.”
Ghani mengedarkan pandangan mendengar penuturan adik kelas yang diutus oleh wali kelasnya itu. “Dania!”
Dania yang merasa namanya terpanggil itu langsung beranjak dari tempatnya menghampiri siswi tadi. Ghani yang merasa dirinya sudah tidak ada urusan langsung kembali ke bangkunya.
“Siapa nama lo?” tanya Dania.
“Sarah, Kak.”
“Okey, makasih informasinya.”
“Iya, Kak.”
Dania meminta Sarah untuk kembali ke kelasnya dari pada nanti dia telat mengikuti jam pelajaran pertama. Kemudian Dania segera bergegas menuju ruang guru untuk memenuhi panggilan dari Bu Amira.
“Permisi.”
Bu Amira yang kebetulan mempunyai meja di samping pintu mempersilakan Dania untuk masuk. “Masuk aja, Dan.”
Gadis itu tersenyum lalu melangkah masuk ke ruang guru.
Bu Amira sudah mempersiapkan sebuah bangku kosong di sampingnya. Dia menepuk bangku itu beberapa kali. “Duduk sini!”
Dania hanya menurut pada permintaan Bu Amira. “Ada apa, ya, Ibu Mira manggil saya?”
Wanita itu mengambil sebuah amplop besar berwarna putih dari laci meja dan menyerahkannya pada Dania.
“Apa ini, Bu?” tanya gadis itu dengan penuh rasa penasaran.
“Surat dari sekolah untuk orang tuamu. Kamu sudah menunggak membayar uang bulanan sekolah selama enam bulan,” ungkap Bu Amira berraut sedih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Who is the Killer?
Mystère / ThrillerPembunuhan atau Bunuh Diri? Sepertinya, opsi kedua akan lebih masuk akal untuk diterima. Pasalnya depresi berat bisa menjadi argumen pendukung yang meyakinkan. Gadis manis dengan rambut sebahu itu ditemukan tewas gantung diri di gudang sekolah. Satu...