Warning!!
Terdapat adegan kekerasan dalam part ini. Jika kurang nyaman, disarankan untuk tidak mengintip ;)Happy reading!!
Entah pukul berapa sekarang. Hujan deras tengah turun di luar sana. Ruangan remang-remang itu lembab, atapnya yang bocor di sana-sini membuat genangan air tercipta di beberapa tempat.
Seseorang yang sejak tadi berdiri menyandar dinding mulai melangkah maju, ke tengah ruangan. Berjalan pelan dan santai. Dia mengenakan masker dan topi berwarna hitam, hanya mata tajamnya yang terlihat dengan jelas. Bahkan dia menggunakan sarung tangan.
Suasana cukup dingin. Namun, sepertinya tidak berlaku bagi seorang gadis yang diikat pada kursi di tengah ruangan. Keringat terus meluncur dari pelipisnya. Sejak tadi dia terus meronta dan berteriak tidak keruan. Mungkin matanya yang ditutup oleh kain membuat gadis itu depresi.
Sekarang sosok berpakaian serba hitam berdiri tepat di depan gadis itu. Dia menelengkan kepala, tersenyum penuh arti, memperhatikan dengan saksama mangsanya hari ini. Dia berjongkok, lalu menyingkap rok pendek yang menutup paha gadis itu.
Menyadari ada seseorang di hadapannya, gadis itu berteriak, “Siapa lo?!”
Dia kembali berdiri, lalu mencondongkan tubuhnya ke depan. Meniup telinga gadis itu dan membisikkan sesuatu, “Ariana, lo mangsa gue hari ini.”
Ariana menggeleng kuat. “Apa-apaan ini? Lepasin gue!”
Dia memeriksa arlojinya. Main-main sebentar nggak akan jadi masalah.
Orang misterius itu berjalan ke belakang Ariana, membuka penutup mata gadis itu, lalu kembali berjalan ke depan. Sangat santai, tidak ada yang memburunya saat ini.
Saat mata mereka benar-benar bertemu. Ariana menghunuskan tatapan tajam, sangat berbanding terbalik dengan sosok tersembunyi di balik pakaian hitam yang menatap gadis itu dengan lapar.
“Siapa lo? Lepasin gue sekarang juga!” Ariana meronta mencoba melepaskan ikatannya. “Apaan, sih, ini diikat-ikat?” Pandangannya beredar. “Dan tempat macam apa ini? Menjijikkan!”
Dia menghelap napas panjang. Suara melengking gadis itu membuat telinganya sakit. Langsung saja tamparan keras dilayangkannya pada pipi kiri Ariana.
“Aw! Lo apa-apaan, sih?!” teriak gadis itu geram. Ternyata Ariana belum menyadari posisinya saat ini.
“Jangan berisik!” ucap sosok itu penuh penekanan. Suaranya cukup berat untuk seorang perempuan, tapi juga cukup nyaring untuk laki-laki. Dia mengeluarkan pisau lipat dari sakunya. Mengacungkannya tepat di depan mata Ariana. “Atau pisau ini langsung bertengger manis di tenggorokan lo!”
“Hahahaha ....” Tawa Ariana menggelegar mengalahkan derasnya hujan di luar sana. “Kalo mau ngelucu jangan di depan gue, Bambang!”
Dia bergeming.
“Ini prank, ya? Prank, kan? Dasar kalian para penggemar yang tersisih!”
Jleb!
“Aargh!”
“Udah gue peringatkan buat nggak berisik.”
Pisau sepanjang 20 cm menancap tepat pada perut Ariana. Gadis itu membelalak. Arah pandangnya mengikuti rasa sakit yang timbul di salah satu area tubuhnya. Perih. Ini bukan prank. Orang di hadapan Ariana benar-benar gila!
Dia memutar pisau itu dan barulah dicabutnya. Membiarkan darah segar mengalir dari luka itu, merembes, membasahi kemeja putih yang gadis itu kenakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Who is the Killer?
Mistério / SuspensePembunuhan atau Bunuh Diri? Sepertinya, opsi kedua akan lebih masuk akal untuk diterima. Pasalnya depresi berat bisa menjadi argumen pendukung yang meyakinkan. Gadis manis dengan rambut sebahu itu ditemukan tewas gantung diri di gudang sekolah. Satu...