WITK? [7] Rahasia atau Sahabat

131 19 0
                                    

Happy reading!!

Haniva memijat pelipisnya sambil memejamkan mata. Dia bergelut dengan soal-soal Matematika dari dua jam lalu. Pikirannya kacau, Haniva tidak bisa fokus sama sekali. Harinya cukup berat akhir-akhir ini.

Dia menutup buku pelajaran. Merebahkan tubuhnya di atas ranjang dengan netra menatap langit-langit kamar, tapi pikirannya melayang. Kenangan bersama Dania dan Lizzy terus berputar di otaknya.

Bagaimana kalau benar-benar aku selanjutnya?

Nggak! Itu nggak mungkin!

Dania bunuh diri. Ya, dia bunuh diri hari itu.

Drrtt! Drrtt! Drrtt!

Getaran ponsel itu menyadarkannya langsung ke dunia. Haniva meraih benda persegi panjang yang berada di sampingnya. Jantungnya berdebar tidak keruan dan tangannya gemetar. Mata gadis itu membelalak tidak percaya.

Nama ‘Dania’ tertera di sana.

Dengan enggan Haniva membuka pesan itu.

Haniva, lo selanjutnya!

Hampir saja benda itu dilemparnya ke sembarang arah. Dengan tangannya yang gemetar, Haniva mengetikkan beberapa kata.

Siapa lo?

Emangnya penting?

Jangan main-main sama gue!

Cih! Anak penjual jajanan pasar bisa apa sih?

Haniva terlanjur geram. Wajahnya merah padam, jari-jarinya yang gemetar sekarang sudah lincah menari mengetikkan banyak kata. Ditekannya tombol ‘panggil’ di sudut layar, tidak berselang lama panggilan ditolak.

Banci!

Ada beberapa fakta yang nggak boleh diungkapkan di dunia ini, salah satunya kalau lo itu suka sama Kevin. Gue bener? Yups. Dan halangan terbesar lo adalah Lizzy. Gue nggak akan bunuh lo, tapi nyawa Lizzy sebagai gantinya.

Bullshit!

Terserah lo mau percaya atau nggak. Ada satu lagi.

Beberapa detik tidak ada pesan lanjutan. Haniva menggigit bibir bawahnya harap-harap cemas. Rahasia apa lagi?

Drrtt!

Satu pesan masuk.

Pelacur!

Mata gadis itu membelalak. Seluruh tubuhnya gemetar. Bagaimana dia bisa tahu?

Siapa lo?

Apa yang sebenernya lo mau, huh?

Heh!

Nomor ‘Dania’ tidak aktif kembali. Haniva frustrasi. Dia melemparkan ponselnya ke sembarang arah. Dia mengacak rambutnya dan berteriak, “Aaargh!”

Beberapa saat berlalu, ketukan pintu dari luar terdengar cemas dan terburu. “Va, sayang, ada apa?”

Haniva terdiam mendengar suara sang ibu.

“Kenapa kok kamu teriak-teriak? Kamu nggak pa-pa, kan?” tanya Ratna khawatir.

Gadis itu menelan ludah, mencoba menetralkan suaranya. “Ng-nggak pa-pa, Bu. Iva tadi kaget aja ada cicak jatuh.”

Ratna menghela napas lega. “Ibu kirain ada apa. Cepetan tidur, ini udah malam.”

“Iya, Bu.”

Who is the Killer?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang