Happy reading!!
Berisik. Satu kata itu sudah sangat mendeskripsikan tempat yang saat ini dipijak oleh Glen dan Ishana. Jalan pinggir kota yang biasa digunakan untuk balap liar.
Gadis dengan jaket hitam itu menggosokkan kedua telapak tangannya untuk mengusir dingin. Maniknya beredar, mencari sosok yang sudah begitu dikenalinya dalam dunia itu, orang yang membuat Glen kembali. Sudah begitu lama Ishana tidak ke sini, tapi nyatanya tidak ada yang berubah.
Cowok dengan kemeja kotak-kotak berjalan mendekat. Dengan senyum miring dia menghampiri Glen dan menepuk pundaknya. "Eh, kirain anak papi nggak bakal dateng."
Glen langsung menepis tangan Raja. "Nggak usah banyak b*cot! Langsung buktiin aja di arena, siapa anak papi yang sebenernya."
Lawan bicaranya hanya terkekeh menanggapi. Raja menyibak rambutnya yang jatuh ke depan. "Emang, ya, anak papi itu susah kontrol emosi."
Ishana menggenggam pergelangan Glen membuat cowok itu langsung mengalihkan pandangan padanya. Tatapan mereka bertemu, saling menghunjam. Seperti dapat menyampaikan maksud, Ishana mengalihkan tatapannya pada Raja.
"Lo kurang kerjaan banget, nantangin Glen mulu. Akhirnya juga kalah," ejek Ishana.
Raja bersiul. Memperhatikan Ishana dari atas ke bawah. "Cewek udik emang cocoknya sama cowok cupu. Masa ceweknya yang belain, sih."
"Apa lo bilang?!" bentak Ishana.
Glen menahan tangan Ishana, mengisyaratkan agar gadis itu tenang. "Gue nggak dateng buat ribut. Gue ke sini buat balapan."
"Hahahaha ...." tawa Raja pecah mendengar penuturan Glen. "Iya, iya, iya. Gue nggak ada niatan buat gangguin pacar lo, kok."
"Siapa aja hari ini?" tanya Glen dengan santainya.
"Em ... hari ini spesial, cuma gue sama lo."
Glen mengangguk. "Gue saranin lo siapin tutup kepala biar nggak malu."
"B*jingan! Kita liat aja siapa yang menang."
"Taruhannya?"
Raja melirik Ishana. "Gimana kalo pacar lo?"
"B*ngsat!"
"Wew! Selow, gue cuma bercanda. Hadiahnya sepuluh juta, tapi bayarnya kredit." Tanpa basa-basi atau menunggu reaksi Glen, Raja langsung melenggang pergi.
"Sha, lo tunggu aja di sana." Glen menunjuk kumpulan remaja yang tengah berdiri di tepi jalan.
Ishana mengangguk. Saat Glen hendak meninggalkannya untuk menyiapkan motor, Ishana menahan tangan cowok itu. Dia bingung harus memberikan semangat atau larangan, gadis itu cemas.
"Kenapa?"
Ishana menggeleng. "Jaket lo?"
"Nggak usah. Pake aja." Glen tersenyum tipis. Dia mengusap puncak kepala Ishana.
Kecemasannya benar-benar tidak bisa disembunyikan lagi. Setetes air mata keluar dari manik kanan Ishana. "Hati-hati."
Cowok itu mengangguk, menampilkan senyum bodoh penuh paksaan. "Iya. Kan, ada lo, jimat keberuntungan gue."
Glen dan Raja sudah bersiap di atas motor. Mereka berdua saling lirik, tersenyum miring, lebih mirip dengan ejekan. Deru mesin yang hendak dipacu dengan kecepatan tinggi itu terdengar menggebu.
Seorang gadis dengan pakaian serba hitam itu berdiri di depan sana membawa bendera. Dialah yang akan memulai pertandingan ini. "Kalian siap?"
Mereka mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who is the Killer?
Mystery / ThrillerPembunuhan atau Bunuh Diri? Sepertinya, opsi kedua akan lebih masuk akal untuk diterima. Pasalnya depresi berat bisa menjadi argumen pendukung yang meyakinkan. Gadis manis dengan rambut sebahu itu ditemukan tewas gantung diri di gudang sekolah. Satu...