051

2.4K 254 72
                                    

"Ini semua karena lo, Jieun! Gue ga akan biarin lo hidup kayak gini lagi. Harusnya gue nyuruh mereka buat langsung bunuh lo aja. Awas, ya, lo Jieun!"

Mark langsung pergi dari ruang tunggu itu, ia pergi menuju mobilnya yang terparkir di luar gedung ini.

Setelah Mark memasuki mobilnya, laki-laki itu menatap tajam Nancy yang tak jauh dari mobilnya. Maniknya menatap lekat setiap pergerakan Nancy yang sepertinya penuh kegelisahan.

Mark yakin, jika Nancy sedang menunggu taksi—iya, perempuan itu benar-benar akan pergi ke rumah Jieun untuk mengatakan yang sebenarnya.

Setelah sekian menunggu selama kurang lebih dua puluh menit, Mark melihat Nancy yang masuk ke taksi. Laki-laki itu pun mulai melajukan mobilnya, mengikuti taksi yang dimasuki oleh Nancy tadi.

Selama perjalanan mengikuti Nancy, perasaan Mark saat ini dipenuhi rasa amarah dan juga kekesalan. Yang pasti, bukan kesal ke Nancy, melainkan ke Jieun. Mark benar-benar kesal ke perempuan itu, karena dia orang yang ia sayangi perlahan akan meninggalkannya ... dan Mark tidak mau itu terjadi. Cukup, Eomma-nya saja.

Alasan sekarang Mark mengikuti Nancy pun karena ia ingin tau rumah dari perempuan sialan itu—Jieun. Mungkin saja, setelah Mark tau rumah Jieun, ia bisa melakukan terror yang lebih agar membuat perempuan itu merasakan ketakutan dan kecemasan seperti yang dirasakannya selama ini.

Mark masih terus mengikuti taksi itu, hingga tiba-tiba saja ia mengerem mobilnya secara mendadak. Maniknya masih menatap taksi yang perlahan menjauh dan hilang dari hadapannya.

Seringai senyumnya mulai terukir jelas di wajah laki-laki itu. Mark mempupuskan tujuan awalnya, ia memutar balikkan mobilnya saat melihat sebuah mobil hitam yang melaju berlawanan arah dengannya.

Mark memutuskan mengikuti mobil itu kemana pun mobil itu pergi. Yang penting ... sekarang ia bisa melampiaskan kekesalannya.

I'm coming, Jieun.

~~~

"Jieun ... hilang."

Somi yang mendengar itu, mulai merasakan lututnya lemas, hatinya menjadi sesak, dan pikirannya langsung ke hal-hal yang negatif. Haechan yang melihat Somi mulai gontai, dengan sigap membawa Somi untuk duduk.

"Som, tenang dulu," ucap Haechan berusaha untuk menenangkan Somi.

"Gimana mau tenang, Chan? Jieun hilang, loh, dengar kayak gitu bakalan bikin tenang? Ga, Chan." Air mata yang sudah membendung di pelupuk Somi pun mulai jatuh membasahi pipinya. "Gue takut ... kalo kejadian di Gwagju terulang lagi."

Haechan menghela nafasnya kasar, benar apa yang dikatakan oleh Somi itu. Sebenarnya diri Haechan juga tidak tenang, tapi bagaimana pun di sini ada orang yang lebih membutuhkan ketenangan—dan itu membuat Haechan harus mengesampingkan kecemasannya.

Jaehyun menatap kosong ke bawah, mendengar perkataan Somi membuatnya merasakan apa yang dirasakannya pada saat itu. Kekesalan, kecemasan, dan kesedihan tercampur aduk di dalam hatinya.

"Permisi ... gue harus nemuin Rose," kata Jaehyun pelan.

"Ga, Jaehyun! Kita semua harus nemuin Rose," tukas Taeyong. "Dan nyelesain ini bareng-bareng."

Taeyong menolehkan pandangannya, menatap yang ada di sana satu per satu. "Ayo, guys," kata Taeyong kemudian tersenyum.

Tatapannya beralih ke perempuan yang masih berlutut. "Dan lo juga, lo juga harus ikut," pungkas Taeyong.

~~~

Selama perjalanan menuju lokasi yang diberikan oleh Rose, Jaehyun hanya diam sambil menatap kosong ke luar jendela. Laki-laki itu dibuat pusing dengan semua ini. Ada apa, sih, dengan Jieun? Itu pertanyaan yang sekarang selalu muncul di dalam benaknya. 

MY COLD BROTHER || Jung Jaehyun ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang