Dua hari setelah kejadian itu, Johnny dan Yoona langsung kembali ke negara kelahirannya. Sesampainya di bandara Incheon, Johnny dan Yoona langsung pergi ke kantor polisi dimana anak mereka—Mark, berada.
Sejujurnya, hati Johnny hancur saat ia mendengar kabar ini. Saat itu juga, Johnny ingin langsung pulang dan menemui anaknya, tapi karena pekerjaannya membuat pria itu harus tertahan di Singapore selama dua hari.
Sedari tadi Johnny tak henti-hentinya melihat arloji yang melingkar di tangan kirinya, hatinya gundah, rasanya Johnny ingin cepat bertemu dengan Mark.
"John," panggil Yoona. "Tenang, lah, ga lama lagi kita sampai, kok," ucap Yoona sambil mengelus punggung tangan suaminya.
Johnny menoleh ke samping, menatap Yoona yang menatapnya dengan tatapan hangat. Senyuman terukir di wajah Johnny, membuat pria itu merasakan sedikit ketenangan di dalam dirinya. Johnny menggenggam tangan istrinya, ia lalu mengangguk sebagai jawaban.
Johnny bersyukur sekali diberikan wanita cantik dan baik hati seperti Yoona. Wanita yang selalu ada di sampingnya dan menemaninya ketika suka maupun duka melanda. Namun, ia masih heran dengan anaknya, kenapa anak tunggalnya itu tidak bisa me—sudahlah, benar kata Yoona sendiri ... semua butuh waktu.
Sesampainya di kantor polisi, Johnny dan Yoona langsung menemui dan menanyakan keberadaan Mark pada salah satu polisi yang ada di sana, polisi tersebut pun mengantarkan Johnny dan Yoona ke satu ruangan. Polisi itu mengetuk pintu, tak lama langsung membukanya.
Manik Johnny menangkap dua orang lelaki yang sedang duduk saling berhadapan. Namun, maniknya lebih terpaku pada seorang laki-laki berkacamata, tatapannya beralih saat seorang pria berjaket kulit hitam menghampirinya.
"Bisa, kah, kita bicara terlebih dahulu, Tuan?" tanya pria itu.
Johnny mengangguk. Pria berjaket itu tersenyum, lalu menutup pintu. Ia berjalan sedikit menjauh dari ruangan tersebut, diikuti Johnny dan Yoona di belakangnya.
Pria berjaket itu menghela nafas panjang. "Apa anda keluarga dari Mark?" tanya pria tersebut.
"Iya, saya orang tuanya," jawab Johnny ramah.
"Jadi, dari barang bukti yang ditemukan ada sebuah pistol dan juga sebotol obat," ujarnya saksama.
Johnny menyeritkan dahinya, tak paham. "Obat?" tanya Johnny mencoba meyakinkan.
Pria berjaket itu mengangguk, tangannya terjulur mengambil sebotol obat dari saku jaketnya. "Dari saksi mata yang diketahui temannya Mark, obat ini ditemukan terjatuh dari sakunya jas sekolah Mark." Pria itu memberikan obatnya kepada Johnny. "Saya juga sudah mengkomfirmasi ke Mark sendiri, jika ini memang punyanya."
Johnny mengambil obat itu, menatapnya lekat sambil berpikir. Obat? Obat apa ini? Johnny kembali menatap pria berjaket itu dengan tatapan bingung.
Akan tahu dengan tatapan dari Johnny, pria berjaket itu lalu menjawab, "obat ini merupakan obat penenang antidepresan."
"Dari kesaksian temannya, Mark memiliki gangguan mental," sambungnya. "Saya belum tahu gangguan mental apa yang diderita oleh Mark. Setiap saya bertanya dia hanya mengangguk dan menggeleng, tidak memberikan penjelasan."
Pria itu menatap lekat Johnny sambil tersenyum. "Saya akan memberikan kesempatan kepada Anda untuk mengobrol dengannya. Mungkin saja, Mark membuka suaranya dan memperjelas semuanya," ujar pria itu.
"Kalo begitu, saya persilakan Anda untuk menemuinya. Saya mengawasi di kamera CCTV, jika terjadi sesuatu saya akan langsung ke sini," pungkas pria tersebut lalu pergi meninggalkan Johnny dan Yoona.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY COLD BROTHER || Jung Jaehyun ✔️
Hayran Kurgu"Punya kakak ganteng, keren, kece, tapi sayangnya cuek, dingin, ngeselin, dan omongan nya itu SAVAGE bener! Untung gue sayang :)" - Jung Jieun