Bunyi dentuman musik remix Memories-Maroon Five dan Bad Things-Camilla Cabello dari salah satu Dj cantik ternama Jakarta memenuhi seisi klub malam itu. Eight point eleven, begitu nama dari diskotik tersebut, tengah dibanjiri pelanggan pada malam Kamis yang mulai mendung tersebut.
Varhen Geysan berada disalah satu vvip room pribadi miliknya, memperhatikan keriuhan dilantai dansa dari atas lantai dua.
Banyak tubuh pria dan wanita rupawan yang menari diatas lantai, saling bergesekan, bergoyang. Beberapa dari mereka adalah kawan, sisanya baru bertemu, dari sekedar berpandangan langsung saling suka. Biasanya salah satu dari pihak lawan jenis akan langsung menawari minum bersama, dan kemudian, tak jarang berlanjut dengan hubungan satu malam disalah satu kamar istimewa yang sudah disediakan pemilik klub untuk dapat dipakai sekaligus disewa.
Ada juga pengunjung yang menjadikan klub itu sebagai ajang bisnis, atau perbincangan politik.
Namun tak boleh ada narkoba. Hal yang sangat dilarang keras oleh si pemilik Diskotik.
Selama didalam tempatnya, ia tak mengijinkan hal tersebut. Bila sampai ketahuan ada pengunjung atau bahkan pegawainya yang melakukan transaksi barang haram tersebut, akan mendapat hukuman keras dari si empunya Diskotik.
Keras dalam artian fisik. Dan sesungguhnya.
Klub malam ini milik seorang Varhen Geysan, dan termasuk dalam daftar sepuluh Diskotik elite di Jakarta. Berlokasi disalah satu Hotel berbintang lima ternama Jakarta Selatan, Eight point eleven dijuluki demikian sesuai jam bukanya.
Varhen bekerja sama dengan Hotel milik jarinya Bellamy Group dalam soal ijin. Dia tidak dikenakan pajak terlalu besar, namun sebagai gantinya Varhen akan mempromosikan kamar Hotel mereka. Dan semua itu berkat hubungan baiknya dengan salah satu pewaris Bellamy Group. Romero Bellamy yang ia kenal sejak beberapa tahun lalu.
Varhen menghisap rokoknya untuk sekali lagi, sampai Marco, salah satu tangan kanan kepercayaannya sekaligus Manager yang mengelola Klubnya tersebut, datang menghampirinya.
"Ini untukmu"
Pemuda blasteran Indo-China berwajah tampan dan bertubuh ramping yang seusia dengannya tersebut mengangsurkan sebuah undangan berwarna ungu keemasan.
Seketika Varhen tertawa setelah menerima dan membaca undangannya.
"Undangan pembukaan Hotel baru Bellamy, heh?"
"Ya, dan di luar pulau, apa kau akan datang"
" Ntahlah, aku sudah cukup sibuk sekarang"
"Sibuk mengurusi gadismu? Aku heran kenapa sampai sekarang kamu belum melamar Rachella" Marko berkedik.
"Yang benar saja. Kau belum mengenal baik seorang Rachella Handoko" Varhen tertawa geli.
"Kurasa pujaan hatimu itu sejenis Queen Elsa. Sekeras dan sedingin es"
"Apa maksudmu?"
"Astaga jangan bilang kamu tak tahu Queen Elsa. Let it gooo....let it goooo..."
Marko mulai menyanyi.Membuat Varhen harus menutup telinganya dengan kedua tangan, untuk mencegah kerusakan permanen pada gendang telinganya.
"Hentikan Marko! Kalau suaramu bagus, sudah sejak dulu Produser rekaman menawarimu menjadi seorang Penyanyi!" kata Varhen kasar.
Marko mencebik, namun dia tahu kalau sahabatnya tersebut hanya bercanda.
"Kamu benar, cuma pacarku yang suka mendengarku bernyanyi. Itupun karena yah, dia pacarku..." Marko menyandarkan punggungnya pada susuran balkon lantai dua, ruang pribadi Varhen. Menghela nafas panjang.
"Kenapa kalian tidak menikah saja?"
"Yang benar saja. Ayahnya bisa membunuhnya, lagipula kamu bahkan belum mengenalnya"
"Kalian sudah berkencan dua bulan lebih, dan saat melihatmu sekarang, aku langsung tahu dia orang yang baik untukmu"
Marko menunduk terdiam sejenak. "Sudahlah, sejujurnya bagiku tak penting lagi bisa menikah atau tidak. Yang terpenting saat ini aku dan dia bahagia itu sudah lebih dari cukup"
Diam-diam Varhen merasa kasihan pada sahabatnya satu itu. Mungkin Marko tidak pernah terjebak dalam hubungan platonis menyakitkan selama belasan tahun seperti dirinya dan Re, namun Marko sendiri selalu kurang beruntung dalam hal percintaan. Beberapa kali berpacaran dan selalu putus ditengah jalan. Kebanyakan, alasannya, karena semua mantannya brengsek.
"Anyway, aku naik keatas sini selain mau menyampaikan undangan itu, juga karena mau memberi tahu dirimu. Orang baru itu sudah datang" Marko mengerling.
Varhen menarik nafas panjang lalu menghembuskannya. "Cepat sekali, kupikir pesawatnya baru tiba besok pagi"
Marko menggeleng. "Sepertinya dia harus berangkat lebih awal karena suatu hal. Kamu tahu kan bagaimana 'para perempuan' itu " Marko memberikan penekanan kata sekaligus tanda kutip memakai tangannya melalui jarinya.
Varhen memainkan kakinya. Sesungguhnya dia tidak terlalu suka berurusan dengan para gadis.
Perempuan yang Marko Zhan maksud adalah, warga negara asing legal yang bekerja untu Varhen didalam klubnya. Sudah bukan rahasia lagi apabila sebuah klub pastinya membutuhkan wanita sebagai pramusaji, hingga sexy dancer untuk menghibur para tamu. Terlebih, semua tahu Varhen adalah kalangan atas dan elite.
Namun, ada satu aturan ketat lagi yang Varhen berikan kepada para pengunjungnya, selain narkoba tentunya. Dan itu terkait wanita-wanita didalam klubnya.
Tidak boleh ada kekerasan seksual terhadap para pegawai wanitanya.
Apabila para pegawainya menjamu tamu khusus, hanya murni menemani. Tak boleh ada aktifitas seksual.
Dan jika memang itu akhirnya terjadi, maka harus diluar klub. Atas dasar suka sama suka dari dua belah pihak. Tak boleh ada kekerasan pada para pegawainya.
Mengenai bayaran antara pegawai dengan pengunjung terkait aktifitas seksual mereka, Varhen tak mau tahu dan juga tak mau terlibat. Karena pada prinsipnya, ia bukanlah germo. Dan juga tidak menyediakan purel.
Hal tersebut sudah diketahui semua pegawai Varhen, juga pengunjung klub malamnya yang setia. Itu sebabnya mereka sangat kagum pada sosok lelaki tersebut.
Dan alasan Varhen hanya menerima pegawai wanita seorang WNA, bukan karena tidak menghargai wanita lokal . Sama sekali bukan. Melainkan. Ia tak sanggup.
Wanita lokal selalu mengingatkan Varhen akan Ibu kandungnya.
"Baiklah aku akan menemuinya" Varhen akhirnya beranjak dari tempatnya. Namun begitu sampai diujung pintu dia berbalik lagi untuk bertanya lagi. "Sori, bisa kuulangi siapa namanya?"
"Cateyanna. Munchez" jawab Marko.
##############
Sori kalo bab ini dikit banget. Gw lagi sibuk juga soalnya
Enjoy guys. Sori juga karena telat sehari uploadnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTIFUL SIN : (BEAUTIFUL SERIES #1)
RomanceFOLLOW GW DULU YA BARU BACA. THANKS! TRIGGER WARNING! 20+ Contain BDSM and abused scene. Saat persahabatan platonis berubah menjadi cinta. Kecemburuan menutupi mata. Varhen yang dominan bisa melakukan apa saja untuk mendapatkan apapun yang dia mau t...