16.

501 44 0
                                    

This love really kill me.
Broke every single bones on my body.
Destroying my life.
And burn my soul.
~ Varhen Geysan~

**********************

Varhen terjebak dalam sebuah penjara besi sebesar ruangan kamarnya, gemboknya terkunci rapat, berulang kali ia mencoba menghancurkannya, menendangnya, memukul-mukul dengan segenap tenaga. Hasilnya nihil. Yang ada sekujur tubuhnya terasa semakin sakit.

Segalanya gelap disini, hanya ada satu lampu kuning bercahaya samar tergantung di atas ruang penjaranya. Sebuah kasur keras serta selimut tipis. Temboknya terbuat dari batu, begitu kokoh, sulit dihancurkan.

Varhen menggedor-gedor pintu besinya, menjerit, berteriak nyalang. Tak ada jawaban.

Merasa lelah. Varhen terjatuh di atas ubin berbatu dingin. Menekuk kedua lutut seraya menutup tangan dengan kedua wajahnya.

Ia mencoba berpikir, tak ingin menyerah. Bayangan sosok Rachella yang hendak dia lamar samar-samar muncul dalam memorinya.

Terdengar suara langkah kaki mendekat dari luar sel Varhen, pria itu seketika menegak, ada orang yang kini berdiri di hadapannya.

Tadinya Varhen hendak minta tolong padanya, suaranya tapi seketika tercekat tatkala menyadari siapa sosok dihadapannya.

Itu adalah dirinya sendiri! Atau setidaknya, seseorang yang mirip dengannya.

Kemudian sosok kembarannya itu mulai tertawa, sangat keras seperti monster buas.

"Brengsek siapa kamu! Kenapa aku bisa terkurung disini" Varhen berdiri maju, menempelkan dirinya pada jeruji besi dingin dan berbau lumut tersebut.

"Kau sungguh-sungguh tak ingat siapa aku?"

"Aku sedang tidak ingin bermain!" Teriak Varhen. Memantul, menggema.

Sosok itu menaikkan satu alisnya, menyipitkan mata seraya mendecakkan lidahnya. "Varhen...Varhen, kau ini bagaimana. Kau sendiri yang menciptakan diriku kala usiamu baru enam tahun. Apa aku harus mengingatkanmu. Pembantai di Talawa..."

Jantung Varhen seakan berhenti berdetak kala memori mengerikan masa kecilnya kembali menghantamnya.

Talawa adalah nama tempat. Hari itu Ayahnya, Ibunya, Kakaknya Vincenth serta ratusan orang lain sedang berbahagia karena merayakan ulang tahun ke -6 Varhen di Talawa. Tapi segalanya berubah menjadi bencana kala orang-orang Gerusso bisa masuk ke dalam Hotel tempat acara diadakan. Menghabisi nyaris semua orang yang ada.

Beruntung, Varhen dan keluarganya bisa kabur setelah mengorbankan banyak nyawa orang-orang kepecayaan Mariusz yang melayang karena melindungi mereka.

Meski begitu, kondisi mereka tak bagus sama sekali. Marcella Lien, Ibu mereka, kehilangan salah satu kakinya akibat melindungi Ayah mereka. Vincenth sekarat. Dan Varhen nyaris saja diculik.

Varhen selamat karena ada yang menolongnya, setidaknya itulah ucapannya pada semua orang setelah terbangun akibat koma selama lima hari lamanya.

Namun Varhen tahu betul, baik dalam dirinya sendiri atau Tuhan, ia berbohong.

Varhen selamat berkat ulahnya yang dengan berani mengambil pisau dari tangan musuh, menerjang dan menghajar dua penculiknya. Meski itu sesungguhnya bukanlah Varhen.

Tubuhnya memang dirinya, namun jiwanya seakan-akan bukan dia.

Varhen menamakan sosok itu.

"Kratos...." bisiknya lirih. Kala kesadaran menghantamnya.

BEAUTIFUL SIN : (BEAUTIFUL SERIES #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang