Bab ini saya persembahkan untuk semua orang yang pernah atau sedang merasakan kehilangan dari orang yang sangat dicintai.
“Don’t grieve. Anything you lose comes round in another form.” — Jalaluddin Rumi.
Here's to the ones that we got
Cheers to the wish you were here, but you're not
'Cause the drinks bring back all the memories
Of everything we've been through
Toast to the ones here today
Toast to the ones that we lost on the way
'Cause the drinks bring back all the memories
And the memories bring back, memories bring back you.-Memories by Maroon 5-
*********************************
Rachella sudah lebih membaik setelah puas menangis. Melampiaskan semua rasa rindu, takut, juga marahnya pada sosok Mamanya. Pada akhirnya.
Kemudian dia merasa sangat lapar, yang membuat keluarganya tertawa. Suster datang membawakan sarapan paginya, sambil disuapi sang Mama, Rachella mengangguk-angguk kepala mendengar penjelasan Dokter Ahli Penyakit Dalam dan Kardiologi, Dokter Spesialis Tulang, Dokter Kandungan hingga Psikiater satu persatu menemuinya.
Pada intinya secara fisik kondisi Rachella terbilang cukup baik, meski ada beberapa tulang rusuk patah, menurut hasil CT Scan juga area perut dan rahimnya tidak bermasalah, tidak ditemukan luka dalam sama sekali (Jason diam-diam mendesah sangat lega) Ada bekas luka pada kepala yang bisa menyebabkan trauma jangka panjang sehingga Rachella diharuskan beristirahat total dari berbagai jenis pekerjaan penyebab stres selama setidaknya dua minggu.
Psikiater Rumah Sakit juga siap membantu Rachella untuk menghadapi masalah mentalnya, efek terkait kejadian buruk yang baru saja menimpanya.
Rachella hanya menatap lurus kepada Psikiater wanita tersebut, ia terbilang masih muda mungkin hanya beberapa tahun lebih tua darinya. Membaca tanda nama di dada, Rachella berkata.
"Katakan padaku, Dokter Laras"
Psikiater cantik itu tersenyum lembut padanya. "Iya..."
"Apa aku harus minum obat penenang akibat kejadian ini"
Dokter Laras melepaskan kacamatanya dan menaruhnya di atas saku dada kiri atas jas dokternya. "Kita akan lihat nanti nona Rachella. Apa saja keluhan anda dan baru kita akan membicarakan cara pengobatannya"
"Masalahnya adalah" menjilat bibir bawah, Rachella mencengkram erat selimut dengan tangan kirinya. "Yang aku inginkan memutar waktu dan mengubah kejadian kemarin. Apa anda bisa melakukan itu untukku" nada suaranya meninggi.
Secara refleks Liliana langsung memeluk putrinya. Jason menegang ditempatnya berdiri. Di sisi kiri ranjang Rachella.
"Oke, saya rasa semua hal berkaitan kesehatan adik sepupu saya sudah dijelaskan sangat baik oleh tim medis. Kami berterima kasih atas hal itu, dan ini saatnya bagi Rachella untuk beristirahat" Damien bicara. Berusaha menengahi.
"Tunggu sebentar" Dokter Laras angkat suara.
Berjalan melewati bahu Damien, berhenti di ujung ranjang Rachella dia berkata. "Menangisi masa lalu tidak akan menyelesaikan apapun Nona Handoko, yang ada hanya menipu diri sendiri. Biasanya manusia cenderung berlari atau menutupi rasa sakitnya, hal itu hanya akan berakhir dengan membuat luka tersebut membusuk, lebih parahnya lagi bernanah dan menjadi infeksi parah"
Netranya menatap tajam pada Rachella ia menambahkan. "Cara untuk mengatasi masalahmu pertama-tama adalah menghadapi kenyataan, mengakuinya, menghadapi sakitnya sekaligus menyembuhkannya. Saya kira itulah arti dari kehadiran semua anggota keluarga anda yang saat ini ada di dalam ruangan ini. Mereka akan membantu anda berjuang bersama. Anda tidak sendiri"
![](https://img.wattpad.com/cover/31766826-288-k778366.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTIFUL SIN : (BEAUTIFUL SERIES #1)
RomanceFOLLOW GW DULU YA BARU BACA. THANKS! TRIGGER WARNING! 20+ Contain BDSM and abused scene. Saat persahabatan platonis berubah menjadi cinta. Kecemburuan menutupi mata. Varhen yang dominan bisa melakukan apa saja untuk mendapatkan apapun yang dia mau t...