13.

570 44 2
                                    


*************

Sudah sejak beberapa hari Varhen Geysan merasa ada yang tak beres dengan Rachella. Semua panggilan dari dirinya dialihkan, pesannya tak dibaca. Varhen berusaha berfikir positif dengan mengira wanita itu tengah sibuk dengan pekerjaannya, Rachella pernah seperti ini sebelumnya, namun entah kenapa hatinya merasa tidak enak.

Dia ingin sekali pergi ke Apartemen atau Kantor Rachella, namun logika menahannya. Varhen tak ingin dikiran seperti seorang kekasih yang posesif. Namun setelah dua hari nyaris berlalu, pria itu tak tahan lagi. Ia memutuskan menghubungi Cho Bada.

Kalau ada satu makhluk Hawa yang tak ingin Varhen Geysan dekati, maka jawabannya adalah cucu bungsu klan Hanwon Group satu itu. Dimatanya, Bada tak ubahnya Dewi Kematian yang bisa menggiringnya menuju Neraka hanya dengan sebuah tatapan saja. Dan sesungguhnya Varhen sangat malas kalau harus berurusan dengannya. Namun apa boleh buat, Bada adalah sahabat perempuan terdekat Rachella. Hal-hal yang tak Varhen ketahui tentang Rachella, Bada pasti sudah mengetahuinya lebih dulu.

Pukul setengah tujuh malam Varhen berhasil menghubunginya, akhirnya diangkat setelah percobaan telpon kelimanya. Bada menjawab diiringi omelan Bahasa serta logat khas Korea yang tak terlalu dia pahami.

"Pertama aku memang gila karena menghubungimu. Kedua, aku terpaksa sebab Re nggak mengangkat telponku sama sekali"

"Dia itu sibuk! Memangnya kamu yang lebih banyak menganggur!" Ejek Bada kesal dari ujung telpon.

Varhen berusaha keras menahan rasa kesalnya. Terkadang, ia sangat ingin mengurung wanita itu dalam kamar khusus miliknya dan membiarkannya berada disana semalaman. Tapi kalau Varhen melakukan itu, ia bakal ditembak sampai mati oleh anak buah klan Hanwon. Dan dibenci Rachella seumur hidup.

"Tolong coba beritahu Re, supaya mengangkat telponku jadi aku nggak perlu repot-repot menghubungi dirimu. Oke"

Bada tak menjawab lagi tapi langsung mematikan sambungannya.

Jengkel, Varhen membuang ponsel pintarnya ke atas sofa.

Dia sedang berada di Ruang khusus Staff saat ini. Klubnya sedang persiapan untuk pembukaan seperti biasa.

Pintu kemudian diketuk dari luar, tanpa menunggu perintah si Bos, Marco bergegas masuk ke dalam.

"Ini, yang kamu minta kemaren" ia menjulurkan sebuah map berwarna hijau muda pada Varhen.

Meraih benda itu dari sahabatnya, Varhen membukanya, matanya mendelik kala melihat isinya tak lama kemudian.

"Mata-matamu pasti sangat canggih" bisik Varhen tak percaya.

"Dia punya dendam pribadi pada lelaki itu. Harvan Subekti. Tapi, Varhen..." Marco hendak melanjutkan kalimatnya, melirik sekitarnya yang sebetulnya tak ada siapa-siapa selain mereka. Mencondongkan badan, ia berkata dengan lirih. "Vincenth beneran menemui kamu kemarin? Kalau iya dia nekad banget..pergerakan orang Gerusso semakin nekad belakangan"

Menghela nafas panjang. Varhen terduduk di atas sofa, masih memegang map ditangannya. "Tenang, mereka ngakkan berani menyentuh kita. Karena kita berada di bawah Bellamy Group saat ini"

Marco mengangguk. "Apa kamu sudah bertemu Romero dan bicara soal itu?"  Menunjuk ke arah map hijau di tangan Varhen. "Dia kan bersahabat dekat dengan Gara Jayamulya"

Varhen menggeleng. "Vincenth hanya berkerja untuk adik Gara, bukan kepada Kakaknya. Dia punya alasan sendiri"

"Dan kamu percaya pada mereka?"

Varhen mendongak, "Harus. Dia Kakak kandungku. Keluargaku"

Dan lebih dari apapun Varhen sangat ingin Vincenth bisa segera kembali pada Klan Geysan secepatnya. Satu-satunya cara adalah, membersihkan nama serta menangkap pelaku yang sudah memfitnah dirinya.

BEAUTIFUL SIN : (BEAUTIFUL SERIES #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang