19.

428 39 0
                                    

Grab your tissue guys....

And all I gave you is gone
Tumble like it was stone
Thought we built a dynasty that heaven couldn't shake
Thought we built a dynasty, like nothing ever made
Thought we built a dynasty forever couldn't break up

-Dynasty : MiiA-

*************************

Jakarta, 26 tahun lalu.

Lelaki itu berjalan tak tentu arah, sepasang netra berwarna hitam sekelam langit malam itu menatap tajam ke satu titik yang ada jauh di hadapannya. Bahkan dalam kondisi segelap malam kabut berhujan deras seperti sekarang, panca indra Leonald Lien bisa mendengar, melihat dan membaui sangat baik.

Aroma besi memekat hidungnya berasal dari luka tembakan di lengan sebelah kanannya. Keringat bercampur air hujan membasahi kepala, dahi serta tubuhnya. Beberapa helai rambut bercampur darah menempel lekat disekitar pipinya.

Lalu ia melihatnya. Gadis itu.

Tampak menawan dalam balutan gaun panjang berwarna pink muda berbahu terbuka, rambut panjang sepunggungnya dibiarkan terurai indah, wajah cantiknya tampak bercahaya dalam timpaan kelip lampu Natal warna-warni lobi Apartemen yang dibangun oleh generasi pertama Handoko Group beberapa tahun lalu.

Liliana Handoko turun dari dalam mobil import putih mewahnya, dibantu seorang laki-laki tampan dan gagah yang mewarisi semua genetika khas keluarga Handoko. Yeremiah.

Leonald terus mengamati dari balik tembok, tersembunyi bayang-bayang pekat malam. Dilihatnya kala perempuan itu tertawa pada salah satu lelucon yang dilontarkan Kakak sulungnya. Lelaki itu sempat mengecup dahi adiknya sekilas sebelum beranjak masuk ke dalam kendaraannya lagi dan melaju pergi.

Leonald terus menunggu, memastikan Liliana sudah memasuki lobi Apartemennya, barulah ia bergegas menyusul masuk melalui jalur belakang.

Kamar Liliana terletak di lantai paling atas, gadis itu memutuskan hidup sendiri sekitar setengah tahun lalu, walau keputusannya sempat ditentang keras Ayahnya. Bukan tanpa alasan, Liliana ingin merasakan udara bebas sejenak, tanpa tekanan maupun kukungan dari Samuel Handoko.  Itu termasuk Leonald di dalamnya.

Ayah dan Kakak-kakak Liliana sangat menentang hubungan adik perempuan mereka dengan Leonald, bukan tanpa alasan sebetulnya. Samuel selalu mencurigai dirinya, meski dari luar ia menampakkan sosok lelaki sempurna, pria itu pasti bisa mencium bangkai yang selama ini Leonald sembunyikan secara sempurna dari kekasihnya.

Walau sesungguhnya Leonald tak mau. Meski ia ingin jujur sedari awal pada Liliana.

Selama hidup, Leonald sudah sering dikecewakan, ditinggalkan, hal itu membuatnya takut menjalin hubungan serius pada lawan jenis, belum lagi faktor pekerjaannya yang sesungguhnya. Namun, Liliana berbeda, Leonald sudah tahu hal itu di detik mata mereka bertemu dalam sebuah pertunjukkan operet setengah tahun lalu.

Ketika Liliana datang bersama keluarganya dan Leonald tengah 'berkerja'.

Harusnya saat itu Leonald mengikuti logikanya, menjauhi Liliana, tak berusaha mencari tahu soal dirinya maupun mendekatinya. Tapi apa daya, hati manusia serta takdir Tuhan terlalu kuat untuk dilawan. Saat mereka bertemu lagi dalam sebuah lokasi insiden perampokan, Leonald tak bisa menahan diri lebih jauh untuk tak mengajaknya berkenalan.

Pertemuan demi pertemuan.

Sentuhan demi sentuhan.

Tanpa bisa ia hindari, dirinya jatuh cinta terlalu dalam. Begitu juga sebaliknya.

Liliananya yang polos. Lugu. Ceria. Baik hati.

Leonald paling suka ketika gadisnya menatapnya lekat-lekat melalui sepasang mata bulat indahnya, seakan tanpa perlu banyak kata, perempuan itu bisa langsung memahami isi hatinya.

BEAUTIFUL SIN : (BEAUTIFUL SERIES #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang