09.

839 48 11
                                    

Varhen dan Rachella berpakaian dalam diam sesudahnya. Lelaki itu melirik Re beberapa kali kala mendengar dering telpon dari ponsel pintar yang ia acuhkan.

"Angkatlah" kata Varhen.

Re mendecakkan lidahnya, menatap nama yang tertera di layar, seketika ekspresinya berubah gugup.

"Aku harus balik ke bawah"

"Saudara-saudaramu ya?"

"Jason. Aku sudah janji kembali ke tempat kami tadi. Dia pasti bingung" Re menggigit bibir bawahnya.

Varhen merasa kesal, selalu saja, setiap Re berurusan dengan Jason dia akan berubah.

"Sana, jangan buat mereka menunggu" Varhen terpaksa mengatakan kalimat itu.

Re merentangkan tangannya lalu memeluk pria tersebut. "Soal tadi...."

"Sst..." Varhen memeluk erat Re. "Nggak usah dibahas lagi oke..."

Re terdiam. Mereka saling melepaskan pelukan. Satu tangan Varhen membelai rambut Re. Sebelum akhirnya melepaskannya.

Re melenggang meninggalkan ruangan pribadi sahabatnya itu. Setibanya di luar, jantungnya berdetak seakan mau melompat keluar dari rongganya.

Re tahu permintaannya terdengar keterlaluan, tapi entah kenapa, jauh dilubuk hati dia tahu. Entah bagaimana, Varhen akan berusaha memenuhi keinginannya.

Dia tahu karena akan selalu begitu.

Dan Re takut.

Senang. Tapi juga cemas.

Bagaimana jika sahabatnya betul-betul bisa menemukan Ayah kandungnya lalu membunuh untuknya?

Memikirkannya saja sudah membuat semua bulu halus Re berdiri.

Ponselnya berdering lagi. Mengenyahkan segala kecemasan, ia beranjak menuruni tangga putar lantai dua bersiap menuju para saudara dan kawan barunya.

************************

Mereka pulang dalam dia. Justin mabuk dan ditemukan dalam kondisi telanjang bulat di kamarnya. Tak ada tanda-tanda wanita teman kencan Justin tadi.

Javier dan Edgard juga terdiam sepanjang perjalanan, bisa jadi karena Justin yang berada diantara mereka baru saja memuntahkan isi perutnya ke jas mahal Javier. Atau karena alasan lain. Yang jelas Re bisa mencium aroma ketegangan di kursi penumpang belakang.

Mobil keluarga mewah import milik Javier berhenti tepat di depan sebuah area apartemen mewah, yang dikembangkan oleh keluarga Handoko dan Jayamulya dua tahun lalu.

"Jadi, sampai juga lagi nanti" Edgard yang berada di sisi kanan bergerak membuka seat beltnya. Bersiap turun.

Re memutar leher, menatap Edgard melewati bahunya. "Ed, sori ya. Padahal kita baru saja hang out bareng dan belum-belum kamu udah dapat pengalaman buruk"

Edgard memandang Re dengan eksperesi tertarik. "Malam ini keren kok. Aku justru sangat bersenang-senang. Ya kan Jav..."

Javier yang namanya disebut-sebut seketika terbatuk tanpa sebab. Membuat Jason meliriknya curiga dari kaca spion depan mobilnya.

"Ntar aku kabarin lagi Ed..." janji Re.

"Oke. Bye semua"

Edgard menutup pintu mobil, dan mereka menunggu sampai bayangannya lenyap masuk ke dalam lobi gedung Apartemen utama.

Jason mulai mengendarai mobilnya saat Re bertanya pada Javier. "Apa terjadi sesuatu?"

"Malam ini aku mau tidur di rumah Kakek" Javier justru menjawab pertanyaan dengan pernyataan.

BEAUTIFUL SIN : (BEAUTIFUL SERIES #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang