▪︎《Conflict》

987 143 29
                                    

Pls vote+komennya ya sahabat, alias semangat ayi menuju ending—






“Dah ah ngapa sih nangis?”Ujar Yedam sembari tangan kanannya menarik lengan kanan Dara yang dimana posisi Dara duduk sambil menangis tersedu-sedu.

“ga, gue mau disini.”balas Dara dengan teguh pendirian tak ingin menatap suami nya itu yang jelas-jelas berdiri tepat didepannya.

Tiba saja, keluar lah salah satu perawat dari ruang operasi dimana Asahi di bedah untuk mengoprasi bagian luka tembak dan mengambil peluru yang sudah tertanam di punggungnya itu.

“Ada kerabat dari saudara Asahi?”tanya perawat itu sedikit tergesa-gesa. Melihat kepanikan tersebut, Dara yang tadi duduk pun langsung berdiri dan menyahuti pertanyaan perawat tersebut. “Saya disini”jawabnya tanpa ragu.

“Kami kekurangan kantong darah yang segolong dengan saudara Asahi,barang kali kerabatnya ada yang segolong dan ingin mendonorkan darahnya. Tolong di percepat ya jika ada, karna kondisi saudara Asahi sedang sangat kritis karna telah habis banyak darah”jelas perawat tersebut dan langsung pergi meninggalkan Yedam bersama Dara. Tak lama Doyoung pun datang karna panggilan dari Yedam.

Dengan tubuh yang agak sempoyongan Dara beranjak ingin pergi namun di cegah oleh Yedam. “kemana?”tanyanya datar.

“gue mau donorin darah gue buat Kak asahi.  Gue mau balas budi”jawab Dara sembari terisak ia tak sanggup menahan tangisnya. Dadanya terasa sedikit sesak.

“Gua ga ijinin”balas Yedam dengan tegas. Sontak yang tadinya Dara menangis tersedu-sedu sambil menunduk kini ia menatap Yedam dengan tatapan sedikit bingung. “Kenapa? Gue gaboleh balas budi gitu kedia?”

“Ga, lo nanti sakit”

“Ga peduli, gue lebih peduli sama keadaan Kak Asahi sekarang. Dia kritis.”

“Gausah egois dara!”sentak Yedam dengan keras. Doyoung mencoba melerai keduanya. Ia memposisikan Dara untuk kembali duduk.

Namun Dara menolak dan tetap ingin berdiri, “Egois?hh. Egois mana sama lo kak?  Gue mau bantu sodara kembar lo tapi ga lo bolehin hah?”kini Dara mulai mengajak Yedam untuk berdebat.

“Dar dar udah dar, lo dah sinting nih”Ujar Doyoung berusaha melerai kembali Dara dengan Yedam. Karna Dara mulai berani menunjuk-nunjuk kearah Yedam.

“Coba kalo lo tadi lebih cepat datang. Mungkin kejadiannya ga akan kaya gini, mungkin Kak Asahi ga harus berkorban demi gue dan memilih untuk tertembak. Dan mungkin Kak Asahi ga harus dalam keadaan kritis kaya sekarang! Kenapa?”Dara memukul dada bidang Yedam dengan sekuat tenaganya. Namun tak ada pergerakan yang dilakukan dari Yedam.

“Gue mau donorin darah buat saudara lo yang hampir mati lo ga kasih ijin. sedangkan lo, lo aja telat buat ngelindungin gue. Selama ini yang ngelindungin gue disaat gue butuh bukan lo kan yang datang? Dan bukan lo juga kan yang berkorban? Lo kemana hah?”Dara meluapkan isi otaknya dengan emosi yang menggebu-gebu diiringi dengan tangisannya.

“Apa jangan-jangan lo sengaja mo bunuh saudara lo sendiri? Makanya lo larang gue. Gila lo. Egois lo”tambah Dara. Dan Yedam hanya terdiam sambil menelaah semua perkataan Dara barusan.

Doyoung yang tak kuasa saat mendengar ungkapan emosi Dara yang menggebu-gebu tersebut pun memilih untuk membungkamkan mulutnya.

Dengan perlahan Yedam memundurkan dirinya,untuk sedikit membuat jarak dengan Dara. Yang mana tadi Yedam sempat memegangi tubuh Dara yang sudah sempoyongan. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
▪︎YEDAM | B A D √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang