terungkap

241 33 27
                                    

Saat langkah kaki ini mulai menjauh ada harapan tuk kembali pulang. Walau berat dan rasa pesimis yang mungkin semua taq lagi sama seperti sebelumnya. Tapi setidaknya kabut tipis yang memayungi langkahku selama ini sudah mulai tersibak dan aku bisa merasakan hangatnya sinar mentari lagi..
Terima kasih Tuhan!!

Gai sempat tercenung memikirkan penjelasan Taiga beberapa jam yang lalu. Ia tidak menyangka kalau kondisi putranya sudah separah itu. Bahkan ia juga sudah mengajukan diri untuk melakukan pemeriksaan tetapi hasilnya tetap tudak cocok. Hanya Parad yang bisa menyelamatkan nyawa Emu. Tapi itu tidak mungkin. Selain usia mereka yang belum sampai batas mendonor dan menerima donor, Gai jiga masih terikat dengan perjanjian yang dibuat oleh ayahnya dengan keluarga Iwanaga dan keluarga Xi enam belas tahun yang lalu. Sebuah perjanjian yang mengharuskan. Mereka kehilangan putra kembar mereka.

Tapi...haruskah itu Emu? Atau mungkinkah ia mengorbankan Parad? Parad....putra yang tak pernah disentuhnya sejak kecil itu kini sudah tumbuh dewasa. Memiliki hati yang dingin dan tertutup. Berkebalikan dengan Emu yang ceria dan cendrung ceroboh. Parad lebih mirip dengannya dan lebih banyak menuruni sifat kakeknya dibanding saudara kembarnya Emu yang lebih banyak menuruni dan mewarisi sifat mamanya. Putra kembar mereka itu yang terlahir hanya karna pemenuhan kewajibab dan bakti keluarga mereka kini menanggung akibatnya. Semua beban yang ditinggalkan oleh ayahnya kini Emulah yang harus menanggungnya bukan Parad. Itu karna Emu yang terlahir sebagai putra sulungnya. Emulah sang kunci dan Parad adalah gemboknya. Ia sempat berpikir menyesal kenapa harus memilih Emu saat itu bukannya Parad, hanya karna ia tidak mau menyusahkan keluarga istrinya itu yang memang sudah susah harus terbebani lagi dengan merawat putranya yang sedang sakit-sakitan itu.

Tapi nasi sudah jadi bubur. Semuanya sudah terlanjur tak bisa diperbaiki lagi. Yang harus dipikirkannya sekarang adalah bagaimana menyelamatkan Emu tampa harus mengorbankan Parad.

"Apakah memang tidak ada cara lain, Taiga-kun?" Gai menatap dokter muda sekaligus anak tirinya ini dengan seksama. Ia tidak mau mengorbankan satupun dari putra kembarnya itu.

"Gomenne, Appa. Kondisi Emu sudah mencapai batas kekuatannya. Aku kuatir Emu bahkan tidak bisa bertahan sampai musim dingin tiba bila kita harus menunda operasi itu. Satu-satunya harapan kita saat ini hanyalah Parad!"

Perkataan Taiga membuat Gai terdiam. Sebenarnya jika saja Gai mau menyingkirkan sedikit saja rasa egoisnya ia pasti masih mampu mempertahankan Emu. Namun itu tidak dapat dilakukannya. Ia tidak ingin merusak masa depan kedua anak kembarnya.

Matanya menatap wajah pucat yang masih terpejam itu. Perban putih yang melingkari kepala anak itu. Disisi kiri tempat tidurnya terlihat Amuchi anak bungsu keluarga Iwanaga itu menggenggam tangan dingin putranya itu. Wajah putri bungsu keluarga Iwanaga itu kelihatan sembab karna tak henti menangis meratapi penyesalannya.

Butterfly paper (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang