Ketika senja mulai merambat diufuk timur. Warna merah menghiasi langit yang beranjak menggelap. Segelap hati yang rapuh dari sepasang insan yang tak berdaya karna takdir yang telah mengatur jalan hidup mereka.
Meski jiwa berontak tak rela dan hati perih namun apa daya...
Hidup sudah digariskan dan kita hanya harus menjalaninya saja suka atopun tidak...!!Readers..chapter kali ini agak warning lho! Ada nc 17 keatas. Jadi bagi yang gak suka diskip aja ya. Jangan lupa jejaknya bagi yang mampir baca.
Happy reading!!
........................................................................
Emu terdiam. Dia menggigit bibirnya ketika keraguan mulai menghampirinya. Kesekian kalinya keraguan itu selalu muncul beberapa hari ini. Dia tau hal yang benar adalah untuk tetap pergi. Tapi dia juga tidak bisa menghilangkan satu sisi hatinya yang berkata untuk tinggal.
"Hiro....."
Ya, dia tidak mau mengakuinya, bahwa rasa ragu itu berasal dari satu orang. Rasa ragu apakah tidak apa-apa untuk pergi, untuk tak lagi melihatnya, untuk tak lagi menghabiskan wktu dengannya.
"Apa kau bisa mengucapkan perpisahan padanya?" kata-kata Nico kembali terbersit dibenaknya.
Sesuatu dalam dirinya, menenangkan diri bahwa keputusannya untuk pergi adalah hal yang tepat, semua akan baik-baik saja. Benarkah semua akan...baik-baik saja?
Emu selesai mengecek barang-barangnya. Kini dia duduk disofa kamarnya, mengecek ponselnya hanya untuk tak menemukan apapun disana. Dia sudah mengucapkan perpisahan kemarin kepada keluarga besarnya, juga pada teman-temannya. Meskipun mereka tidak terlalu dekat, rasanya formalitas untuk melakukannya tidak ada salahnya mengingat dalam waktu beberapa bulan ini dia jarang masuk sekolah karna sakitnya yang sering sekali kambuh. Sayangnya, dia tidak dapat bertemu Hiro lagi karna pemuda itu pergi entah kemana. Dia juga tidak melihat Hiro ada bersama Saki, karna Saki sendiri sudah terbang ke Korea minggu lalu.
Sudah hampir dua minggu, Emu tersenyum kecut. Pemuda manis itu mengusap matanya yang terasa panas. Dia terlalu memikirkan Hiro hingga disadarinya bahwa dia... Dia begitu merindukannya. Terlalu rindu... Tapi mungkinkah dia akan pergi tampa melihatnya? Hiro... Akankah dia mengejarnya saat dia sudah dibandara besok? Seperti di Shoujo-manga mitai? Tapi Emu akui, untuk pertama kalinya, dia ingin hal-hal klise seperti di Shoujo-manga itu terjadi padanya. Karna sekarang dia ingin bertemu Hiro.

KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly paper (End)
FanficEmu : "Aku tidak mengerti, seberapa banyakpun perbedaan diantara kita, sebanyak apapun luka dan cobaan yang mengelilingi langkah kita, aku tetap tak bisa jauh darimu dan selalu ingin berada didekatmu." parad : "Akupun ingin kau tau, meski sayapku ak...