Bila hati telah tersakiti
Bila jiwa telah terlukai
Tak kan ada yang dapat mengobati semua kepedihan itu kecuali kata maaf walau mungkin tak kan mampu menyalakan sepenuhnya lentera yang telah padam
Namun redup sinarnya masih bisa dijangkau dengan ketulusan hati dari sebuah makna kata "maaf" itu sendiri....Emu memperhatikan lelaki tinggi yang sibuk bermain basket dihadapannya. Matanya yang bening memperhatikan gerakan memukau yang begitu memikat hatinya.
"Andai tubuhnya bisa sesehat dulu. Mungkin main basket sangatlah menyenangkan untukku." pikirnya sambil memainkan botol minum yang ada ditangannya. Ia ingat betapa dulu ia begitu handal dengan olahraga yang satu itu. Begitu menyenangkan bisa bertanding dengan kakak-kakaknya Ryuga, Sento dan juga Taiga serta kembarannya Parad saat pertama kali ia menginjakan kakinya ke Jepang. Bertanding lari dan maen game dengan adik bungsunya Amuchi. Namun semakin mundur umurnya semakin hilang pula kesenangannya itu. Penyakit yang dideritanya mulai mengambil alih tubuhnya secara perlahan dan membuatnya semakin lemah saja. Emu berusaha untuk terus menutupi kenyataannya dengan terus tersenyum agar mereka tidak memperlakukan dirinya seperti orang sakit karna ia memang tidak mau dikasihani. Ia adalah Emu Hojou anak kedua orangtuanya yang kuat dan hebat.
Emu kembali menarik nafas ketika dilihatnya pemuda tinggi itu berjalan menghampiri dirinya. Sambil mengelap keringat yang meleleh dikeningnya dengan handuk olahraga yang tersampir dibahunya pemuda itu duduk disamping Emu yang lansung menyodorkan botol minum yang dipegangnya pada pemuda itu yang lansung mengambil dan meminumnya.
"Gomen membuatmu menunggu lama.."
"Tak apa...!" Emu hanya tersenyum saja.
"Jadi, apa tujuanmu menemuiku?" pemuda itu, Anka menatap Emu lekat.
"Apa ini ada hubungannya dengan Amuchi? kalau ia kau tak perlu kuatir aku sudah tidak bersama Amuchi lagi. Hubungan kami sudah lama berakhir juga.."
Emu tersenyum sendu. Hatinya terasa miris mendengar pernyataan Anka.
"Gomen...telah menghancurkan hubungan kalian. Itu bukanlah kusengaja. Aa-aku..aku sangat membutuhkan Amuchi. Aku memang sangat bergantung padanya. Tapi aku juga sebenarnya hubungan kalian harus berakhir karna aku.."
"Apa maksudmu, Senpai? Jangan bilang kau hanya iseng saja mengganggu hubungan kami.." tebak Anka menatap cowok manis didepannya ini. Entah kenapa ia melihat wajah Emu agak lain. Terlihat begitu pucat. Atau memang kulitnya yang putih ya hingga kelihatan pucat gitu. Pikir Anka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly paper (End)
FanfictionEmu : "Aku tidak mengerti, seberapa banyakpun perbedaan diantara kita, sebanyak apapun luka dan cobaan yang mengelilingi langkah kita, aku tetap tak bisa jauh darimu dan selalu ingin berada didekatmu." parad : "Akupun ingin kau tau, meski sayapku ak...