Bagian 54

97 14 0
                                    

Suara dentingan telfon terus menggema di penjuru rumah bernuansa tradisional di puncak bukit. Rumah yang bisa dibilang villa itu kini tengah kosong. Penghuni rumah tengah berjalan sejenak keluar mencari udara segar. Tapi tidak untuk pemuda yang tengah mengisap sebatang roko yang ada dijari tegasnya itu.

Dirinya malas di jika harus mengikuti terus perintah ayahnya yang terus mementingkan ego. Jangan itu, jangan ini, harus itu dan harus ini. Apa-apa harus mengikuti semua printah anehnya itu.

Siapa pemuda itu? Pertanyaan yang bagus.
Dia Randa. Bagaimana? Apakah kalian masih percaya jika Randa berubah seutuhnya? Tanpa Vina mungkin Randa tak akan bisa menolak setiap hal yang sangat membahayakan dirinya seperti merokok. Semenjak Vina masuk ke dalam kehidupannya Randa sudah tak pernah menyentuh benda bodoh ini lagi.

Tetapi saat Randa mulai menjauh dari vina. Seolah dirinya terjerat dalam setiap kepulan yang menyuruhnya untuk menghisap batang demi batang rokok mematikan itu.

Duduk di teras rumah terpampang langsung perkebunan teh yang sangat asri membuat sedikit ketenangan dihati Randa. Pasalnya entah kenapa pikiran Randa sangat gelisah.

Terlalu kalut dalam fikiran ya, sampai membuat Randa tak mendengar suara telfon yang terus berdering didalam.

Kring... Kring...

Telfon rumah yang sudah tua. Menjadi salah satu telfon yang tersedia disana. Pertanyaannya kemana ponsel Randa? Insiden terkahir Randa menghubungi Vina. Disitulah telfonnya tamat seketika. Doni melemparnya hingga hilang ditelan bumi tanpa pencarian.

" Bagaimana? " Tanya pria tua dengan suara bariton yang tenang duduk si meja kebesarannya. Baju yang berwibawa serta mata yang tajam membuat gadis cantik dihadapannya ini menundukkan sembari kenekan setiap nomor di ponselnya itu.

Tut...

Maaf nomor yang anda tuju tidak bisa menerima panggilan anda. Coba hubungi beberapa saat lagi.

Suara operator terus terdengar yang membuat pria berwibawa itu terkekeh pelan.
" Apa orang yang menyuruhmu itu takut hah??"

" Biarkan saja. Kita liat apakah orang yang dia hubungi termasuk orang yang pengecut!! Yang tidak berani menampakkan mukanya yang sudah ketakutan itu!!!! " Bayu yang baru sampai langsung mentap Sila yang tengah menundukkan kepalanya.

Kaus biru dengan nomor punggung tahanan 322 menjadi hal yang sangat lucu bagi Bayu.

" Pak polisi tolong bapak cari, kalau perlu tangkap seseorang yang telah mencuci otak gadis ini. " Perintah Bayu yang sudah marah melihat sikap Sila yang masih merasa tak bersalah.

" Nak Bayu tenang saja. Kami dari pihak polisi akan cepat menangkap pelaku kejahatan yang kedua. "

Pak polisi itu pergi dan segera mengerahkan beberapa rekannya untuk me cari keberadaan tersangka selanjutnya. Menurut informasi pelaku kini tengah berada di sebuah desa yang sangat jauh dari tempat kota.

Setelah kepergian pak polisi, bayu menghampiri sila dan berdiri disampingnya.

" Lo tenang aja sil. Lo nggak salah, gue tau lo lakuin ini karena hasutan dari om Doni. "
Kata Bayu.

Sila langsung mengangkat kepalanya menatap Bayu. Ia tak menyangka setelah apa yang ia lakukan Bayu masih percaya pada dirinya.

Mata sila berkaca-kaca sapai baru menyadari jika perkataan Bayu telah membuat sila terlalu berharap.

" Tapi, kalau sampai om Doni tidak ketangkep. Otomatis lo nggak bakal membusuk di penjara " Tegas Bayu.

Sebaik apapun Bayu tetap mengelak terhadap ucapannya. Sila tetap yakin, ucapan Bayu yang pertama tidak akan pernah ia ingkari. Hingga nanti.

" Bayu. " Lirih Sila.

" Maaf" Tambah sila.

Bayu tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tanpa senyum. Dan menjawab pertanyaan sila Bayu segera pergi dan meinggalkan sila di penjaranya itu.

. . . .

" Vina, " Dipegangnya tangan Vina yang menggigil hebat. Matanya pun tertutup dengan nafas yang lemah.

" Gue dateng vin.. " Lirih Bihan.

" Lo kenapa vin? " Kata bihan mencoba menahan isakan tangisnya. " Maafin gue. Gue nggak bisa jadi pelindung buat lo... Hiks.. Hiks.. "

Dikecupnya kening Vina singkat. Lalu dielus nya jemari mungil itu yang teepasmag selang impus disana.

" Bihan yakin. Vina bakal sehat lagi. Bihan yakin, Vina bakal bisa main sama Bihan. Nanti kita bisa joging bareng, beli pecel dijalan lagi, ke taman beliin Vina eskrim yang banyak. Bihan bakal beliin liontin yang banyak buat Vina. Nanti Vina pakek ya. " Ucap Bihan seraya berbicara kepada Vina yang masih tertidur disana.

" Teman-teman kangen sama Vina katanya. Mereka pengen Vina balik lagi. Audy, Andre, Boby. Guru-guru juga kangen liat Vina jawab semua soal hot mereka hehe.. " Kekeh bihan sembari berlinang air mata.

" Karena cuka Vina yang bisa pecahin tuu soal susah. Bihan kangen Vina. Bihan kangen sama senyum imut Vina. Sekali aja, bihan pengen liat Vina senyum lagi. Trus bihan janji setelah bihan liat senyum Vina. Bihan nggak akan minta apa-apa lagi. Janji deh. " Ucap bihan menaruh kelingkingnya dan menautkannya ke kelingking Vina yang masih belum sadar.

Saat Bihan tengah menautkan kelingkingnya. Bihan merasakan pergerakan pada jari Vina.

" Vina? "


Huaaa.. Siapa satu part lagi iya..
Sebenernya sih satu part udah tamat ini.
Nih pikiran tiba-tiba bumpet. Padahal lagi semunya liat Vina yang siuman.

Oke tetep pantau spai ending. Nggak juga nggak apa-apa🙂.

Jangan lupa vomment terbaiknya

Happy Reading 🍁🍁

Love Secret [ COMPLETED✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang