Bagian 37

56 14 0
                                    

Vina pov

Sore kini kuputuskan untuk pulang bersama kedua sahabatku Audy dan Anes. Kami bertiga sengaja berjalan kaki menyusuri setiap trotoar yang terdapat di tepi jalanan Ibukota yang susah nampak ramai dengan suara klakson mobil maupun montor. Mentari perlahan menyilaukan mata, cahayanya yang kekuningan perlahan bersembunyi di balik pepohonan rindang di kedua sisi jalan itu.

Perjalanan kami menuju rumah sudah tak terasa. Pasalnya Audy selalu melontarkan candaan yang terbilang cukup menghibur yang dapat mengusik kelelahan kami. Apalagi Anes, ia mulai terbiasa dan akrab dengan aku dan Audy. Anes adalah sosok yang mudah bersahabat. Sifatnya yang Rama sekaligus penyabar menjadikan alasanku untuk menjadi temannya.

Namun di pertigaan jalan terdapat Andre yang tengah menghampiri Audy dengan montor ninjanya. " Yuk pulang, aku anter. " Kata Andre berhenti dan begitupun dengan Audy.

" Trus Anes sama Vina gimana" Kata Audy melirik ke arahku dan Anes.

" Nggak apa-apa kok dy, gue sama Anes jalan kaki aja. Udah deket juga. "Kataku kepada Audy.

" Beneran nih, yaudah kalau gitu gue duluan. Dadahh.. " Pamit Audy melambaikan tangannya dan langsung pergi dengan montor ninja Andre.

Aku dan Anes hanya terkekeh melihat tingkah Audy. Dia selalu saja seperti anak kecil. Mungkin itu ilah sisi lain dari Audy. Ternyata dibalik ketomboyan Audy memiliki sifat yang terbilang lucu.

Perjalananku menuju rumah pun dilanjutkan, hanya butuh beberapa menit, akhirnya kami sampai. Anes pun telah memasuki perkarangan rumahnya begitupun aku. Saat membuka pagar rumah pandanganku langsung tertuju pada montor Bebek berwarna biru. Montor dengan ciri khas yang sudah Vina kenali betul siapa pemiliknya.

Dengan segera Vina masuk ke dalam rumah dan menemukan Randa yang tengah berbincang ria dengan mama Yeni. Aku lantas menatap mama yeni dan juga Randa. Begitupun dengan mereka. Senyuman tak kunjung datang dari Yeni. Yeni pun berdiri dan menghampiri anak gadisnya itu.

Diusapnya kepala Vina pelan dengan penuh kasih sayang " Anak mama udah gede ya" Kata Yeni lalu pergi menuju ke dalam.

Aku sempat tak mengerti apa yang dikatakan Mama. Randa juga hanya terkekeh dan menaikkan alisnya ke arahku. Aku hanya berdecak dengan tangan yang kuletakkan di kedua pinggulku. Apa yang telah katakan mama Yeni, pasti sudah Vina ketahui.

......

Di kediaman rumah Anes, kini telah terdapat seorang dokter yang tengah memeriksa kesehatan papa Anes. Baju sekolah yang Anes kenakan belum sempat ia ganti tadi. Anes begitu cemas. Pasalnya saat baru saja tiba di rumah. Anes dikejutkan dengan keberadaan sang papa yang telah terbaring di lantai dengan keadaan yang tak sadarkan diri.

Dokter bilang papa hanya kelelahan, mungkin papa Anes hanya butuh sedikit hiburan dari anaknya. Anes akui, selama seharian ini anes sangatlah sibuk dengan sekolahnya. Apalagi ini adalah hari pertama Anes ke sekolah. Inilah alasan kenapa Anes sempat menolak untuk meninggalkan papanya sendiri dirumah.

Dokter yang memeriksa papa Anes akhirnya selesai. " Keadaan pak cakra saat ini sudah mulai membaik. Mungkin pak cakra hanya kelelahan, apalagi setelah saya cek, sepertinya pak cakra belum melakukan cuci darah minggu ini. Apakah benar? " Kata dokter itu.

" Iya dok. Sebenarnya siang ini papa harus cuci darah. Tapi berhubung Anes pulangnya sore. Jadi belum sempat "kata Anes.

Dokter itu pun mendekat ke arah anes dan memegang bahu Anes. " Nak, sediki saja pak cakra tidak melakukan cuci darah. Dia bisa drop kapan saja dan dimana saja. Kau tau kan? Nyawanya menjadi taruhan. " Jelas Sang dokter kepada Anes.

Love Secret [ COMPLETED✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang