Bisa karena biasa. Biasa karena terpaksa.
●●●
Happy reading 💞
Sheila sudah mulai kuliah di universitas Gajah Mada pilihannya. Dia menjalani semua aktifitasnya di rumah eyang dan juga tante Prili dengan baik. Sheila nampak senang di rumah eyang karena ada Afka. Tapi di sisi lain, Sheila juga sedih karena teriangat keluarga terutama Sheli. Rutinitas asing yang di lakukan Sheila sangatlah berat, karena tidak bersama Sheli. Kalian tentu paham, betapa kuatnya ikatan batin mereka.
Kalau Afka tidak ada, Sheila merasa kesepian dan teringat Sheli kembali. Walaupun Sheli anak yang nyebelin, tapi Sheila tetap sayang. Tak ada tangan usil yang suka menganggu dirinya dan tak ada suara toa yang mengganggu ketenangannya. Sheila ingin bersama lagi. Di ajak ke mall lagi, walau menjadi obat nyamuk. Sheila rindu Sheli yang suka membuat kamarnya berantakan. Pokoknya, aku kangen kamu, Sheli. Gumam Sheila.
●●●
"Sheila, sarapan dulu. Nanti baru berangkat kuliah," suara eyang berhasil membuyarkan lamunan Sheila. Dia pun bangkit dan berjalan menuju meja makan untuk sarapan.
Suasana sarapan begitu tenang. Sheila, eyang, tante Prili, dan Afka sangat menikmati sarapan mereka. Rumah ini belum lengkap karena masih kurang om Arsyad-suami tante Prili yang sekarang bekerja di luar negeri.
Sheila melahap sarapannya dengan malas. Ia benar-benar merindukan adiknya. Biasanya, pagi-pagi seperti ini, Sheli selalu membuat suara yang melengking di telinga Sheila. Namun, kini tak ada. Hanya ada suara dentingan sendok yang beradu dengan piring. Suara menyebalkan itu, ternyata dirindukan Sheila.
"Sheila. Makan yang benar. Nanti terlambat masuk kuliah." Tante Prili membuyarkan lamunanku.
"Iya, kak Celi gak boleh diam teyus." Suara lucu Afka membuat Sheila tersenyum gemesh.
"Iya sayang," Sheila mengelus rambut Afka. Dia terlihat duduk tenang di kursi sebelahku, sambil melahap telor yang sudah di potong tante Prili satu persatu.
Setelah sarapan pagi, Sheila berangkat naik motor tante Prili. "Pakai saja motor milik tante. Lagian, tante kan gak pernah keluar. Di rumah terus sama Afka."
Keadaan begitu asing. Biasanya, Sheila dan Sheli selalu berangkat bersama. Kadang, Sheli yang didepan atau sebaliknya secara bergantian. Di sepanjang jalan, Sheila dan Sheli selalu bercanda, bercerita, dan tertawa bersama. Namun, semua itu tinggal kenangan. Kini, mereka terpisah dengan jarak yang sangat jauh.
Bagaimana dengan perasaan Sheli disana?pastilah sama. Yang dirasakan Sheli sama dengan apa yang di rasakan Sheila.
Sheli terlihat lebih pendiam dari biasanya. Sarapan pagi inipun dia tidak mengeluarkan suara. Tak seperti biasanya yang selalu bernyanyi-nyanyi dengan gembira. Rasanya aneh sekali. Rutinitas yang amat asing bagi mereka berdua.
●●●
Sheila berjalan menuju gedung yang amat besar setelah memarkirkan motornya di parkiran. Dia menatap gedung itu dengan perasaan yang sangat bahagia. Sheila berhenti sejenak. Menatap gedung yang menjulang tinggi di hadapannya. Dia berhasil menginjakkan kaki di universitas impiannya.
Sheila duduk di kelasnya "Ruang jurusan komunikasi". Sheila mengeluarkan buku makul (mata kuliah) sambil menunggu Tasya datang. Masih ingat Tasya?dia adalah teman dekat Sheila di SMA. Dan kini, Tasya juga menjadi teman dekat lagi di Universitas yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Shefa 🍁 [end]
Teen FictionBaca. Jangan lupa Follow, Vote, and Voment 🍁 "Terkadang, cinta itu membutakan hati dan tidak bisa membedakan sesuatu yang belum pasti," 🍁