Bab 29 _ Maaf

6 3 0
                                    

Happy reading 💞

Sheila masih dengan posisi yang sama; duduk di bawah terangnya malam, sendirian. Ya, sekarang ia sedang berada diatas rerumputan halaman rumah eyang. Ia sedang menenangkan diri dengan cara menatap bunga-bunga dan juga indahnya malam, lebih lama dari biasanya.

Ia masih memikirkan bagaimana caranya membuktikan pada Rafa bahwa yang Rafa lihat waktu itu bukan dirinya. 

SHELI! Ya, Sheli mungkin bisa membantu.

Tanpa menunggu, Sheila langsung menelepon Sheli dan menceritakan semuanya.

"Tolong bantu aku, Sheli."

"Oke, aku akan membantumu, Sheila. Tenang saja."

Tanpa Sheila tau, setelah menutup telepon, Sheli langsung menyiapkan beberapa barang-barang dan ia masukkan kedalam koper kecil. Lalu memesan grab saat itu juga. Ia akan mengunjungi Yogyakarta kembali.

Demi Sheila, aku akan melakukannya, bisiknya dalam hati.

***

Rencana Sheila dan Sheli, tersusun sempurna. Sheli yang sengaja datang ke Yogyakarta, sudah sampai tadi pagi, sekitar pukul sepertiga malam. Saat itu juga, Sheila meminta Sheli untuk  langsung istirahat, supaya badan tidak terlalu capek.

Pagi di hari minggu ini, Sheila dan Sheli siap menjalankan tugas sesuai rencana. Mereka harap, semoga semuanya berhasil. 

Tepat pada jam delapan nanti, Sheli akan bertemu dengan Rafa di Cafe yang tak jauh dari kampus. Satu jam yang lalu, Sheila sudah menghubungi Rafa untuk menemuinya di Cafe. Ya, Sheila bilang akan menemui Rafa di Cafe, tetapi nanti yang akan datang adalah Sheli. Sheli yang akan menjelaskan semuanya kepada Rafa.

Awalnya, telepon Sheila sama sekali tidak Rafa angkat. Ia sudah menelpon Rafa sebanyak 87 kali panggilan, tetapi tidak diangkat satupun. Ia tak menyerah, dan terus menelepon. Hingga pada panggilan ke 99, Rafa mengangkatnya.

"Apa lagi? Kamu mau aku jelasin apa salah kamu, gitu?" ucap Rafa mendahului Sheila.

"Bukan gitu, Kak. Aku mau kita bertemu di Cafe, jam delapan."

"Nggak. Aku ada acara, dan nggak bisa menemuimu di Cafe," balasnya dari seberang sana.

Aku tau, itu hanya alasanmu, Kak. Tolong, bersikaplah dewasa, jangan seperti ini, batin Sheila.

"Kak, tolong. Aku cuma mau jela-" belum sempat Sheila menyelesaikan ucapannya, Rafa lebih dulu menabrak.

"Aku ngggak butu penjelasan darimu, karena semua ini sudah jelas."

Mendengar ucapan Rafa, Sheila terdiam. Apakah tidak ada kesempatan untuk menjelaskan yang sepenarnya? Apakah rasa cinta Rafa untuknya, benar-benar telah hilang? 

Sheila menarik napas panjang. "Kak, kumohon. Kali ini saja. Beri aku kesempatan untuk menjelaskan dan membuktikannya hari ini, Kak."

"Maaf, Sheila. Aku ada acara hari ini."

"Kumohon, Kak. Sebentar saja. Please, untuk kali ini saja. Setelah itu, aku nggak akan ganggu hidup kak Rafa lagi."

Sheila terus memohon, hingga akhirnya Rafa menyetujuinya.

"Sheila, aku berangkat dulu." Gadis dengan tunik maroon dan celana jeans, juga rambut panjangnya yang terurai indah, menatap Sheila.

Sheila tersenyum. "Terima kasih, Sheli. Semoga berhasil." Tak lama taxi yang ia pesan datang, dan langsung membawanya ke Cafe untuk menemui Rafa.

Diary Shefa 🍁 [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang