Happy reading 💞
Waktu liburan sudah habis. Sekarang, waktunya mereka pergi untuk mencari ilmu di tempat yang berbeda.
Ini adalah waktu pertama kali mereka perpisah dan rasanya sangat berat bagi mereka berdua. Hari ini, ayah mengantar Sheli terlebih dahulu, karena tempat kuliah Sheli jauh-Jakarta. Dan hari esok, waktunya mengantar Sheila.
"Hari ini, ayah ngantar Sheli dulu ke Jakarta. Tempat kuliah Sheila kan dekat rumah eyang. Jadi, nanti ayah dan ibu menginap disitu. Kebetulan ayah lama gak main ke rumah eyang," jelas ayah.
"Berarti, nanti Sheli gak ketemu eyang, Yah?" ucap Sheli sedih.
Ya, pastinya Sheli gak ketemu eyang, karena dia lebih dulu berangkat ke Jakarta. Otomatis, Sheli gak bisa ngantar Sheila ke rumah eyang seperti yang dilakukan Sheila padanya.
"Tidak apa-apa lah. Besok kita menginap di rumah eyang lagi bersama-sama ya. Sekarang, kamu harus berangkat ke rumah tante Meli."
"Yah, gak asyik," seru Sheli.
"Gak papa. Yuk, berangkat."
Mobil ayah membelah jalanan yang tampak lengang. Biasanya, jalan raya seperti ini memang selalu macet. Tapi kenapa sekarang tidak?mungkin kendaraan yang lain belum memulai aktifitasnya. Ya, jam 03.00 ini masih terlalu pagi. Ayah sengaja mengantar Sheli jam 03.00 supaya tidak terlalu malam untuk sampai di rumah tante Meli-adik ibu.
Jam 03.00 memang waktu dimana manusia tidur begitu nyenyak. Tapi, ibu terus membangunkan Sheila dan Sheli untuk bersiap pergi ke Jakarta.
Ayah memilih jalan tol supaya bisa cepat sampai. Kira-kira sekitar tujuh jam.
Pukul 10.00 Sheli sampai di rumah tante Meli-adik ibu. "Nitip Sheli ya, Mel. Maaf nih kalau dia bandel. Tegur aja kalau Sheli salah," ucap ibu.
"Apaan bu?Sheli gak bandel tau. Jadi, tante Meli tenang aja," sambung Sheli.
"Iya, Kak. Tenang saja. Pasti aku jagain kok," jawab tante Meli.
Ayah dan ibu berbincang-bincang dengan tante Meli dan Om Eko-suami tante Meli. Sedangkan Sheila dan Sheli, sibuk bermain bersama gadis kecil berumur 2 tahun. Gadis kecil itu bernama Rose-anak tante Meli.
Sheila dan Sheli terlihat sangat senang bermain bersama Rose. Sepertinya, Sheila dan Sheli ingin memiliki adik. "Bu, pengin punya adik," ucap Sheli.
"Ngapain punya adik?ngurus kalian berdua aja susah. Apalagi kalau kalian berantem terus." Ibu menatap Sheli tajam.
"Yah, ibu," Sheli mendengus kesal.
"Kamu juga mau punya adik, Sheila?noh, si Sheli juga adikmu. Iyakan?" Ibu mengangkat satu alisnya.
"Iya sih bu. Tapi Sheli gak lucu." Sheila memanyunkan bibirnya.
"Apaan, orang seperti aku nih lucu banget tau." Sheli memasang wajah manisnya.
Bukan lucu. Tapi sok lucu, batin Sheila. "Yah, nanti kalau Sheila pulang, gak bisa bermain sama Rose," ucap Sheila.
"Yee, berarti aku bisa setiap hari bermain sama Rose. Iyakan, tante?" Seru Sheli yang dibalas dengan anggukan oleh tante Meli.
"Gak papa. Di rumah eyang kan ada Afka juga," ucap Ibu.
"Oh iya, Sheila lupa bu. Kita jarang ke sana sih. Kemarin, Afka juga tidak datang ke acaranya Kak Kesya. Tapi, Afka kan laki-laki, bu," jawab Sheli.
"Gak papa. Dia juga anak kecilkan?" Ucap ibu.
Kemarin, tante prili memang tidak datang ke acara kak Kesya, karena Afka sakit demam. Jadi, hanya eyang yang datang di jemput tante Meli.

KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Shefa 🍁 [end]
Roman pour AdolescentsBaca. Jangan lupa Follow, Vote, and Voment 🍁 "Terkadang, cinta itu membutakan hati dan tidak bisa membedakan sesuatu yang belum pasti," 🍁