Sebelum baca, saya mau berterima kasih kepada kalian yang berkenan membaca cerita ini.
Jadi, saya sudah menyelesaikan cerita ini. Saya menyadari, sebagai manusia pasti tidak lepas dari salah.
Maaf ya... Oh iya, nanti kasih kritik dan sarannya juga 😁
●●●
Happy reading 💞
"Kami memang selalu berantem. Tapi, di balik semua itu, kami saling menyayangi satu sama lain. Kalau di antara kami terluka, pasti kami akan merasakan luka itu bersama"
~Sheila & Sheli~
●●●
Pagi haripun tiba. Mentari bersinar menghantarkan kehangatan yang membalut bumi ini. Kicauan burung terdengar sangat merdu. Desauan angin menghembus membawa ketenangan. Seorang gadis cantik menikmati semua ini dengan senang.Gadis berlesung pipit sedang berdiri didepan cermin. Merapikan kerudung maroon yang senada dengan gamis yang ia pakai. Berkali-kali ia mematut didepan cermin, berharap penampilan hari ini lebih baik dari biasanya. Sheila mengambil tas yang tergantung di dalam lemari dan bersiap untuk menghadiri acara pernikahan kak Kesya, kakak kandungnya.
"She, sarapan dulu," teriak ibu dari dapur.
"Iya Bu." Dia berjalan menuju dapur untuk sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat ke acara. Dia memang anak yang gak suka ribet, jadi dia langsung mengambil piring dan mendaratkan pantatnya di kursi tanpa harus berbicara panjang lebar dan bertanya-tanya pada ibu seperti yang di lakukan Sheli. Terlihat ayah yang sudah asyik menikmati sarapan pagi.
"Sheila?" Ibu mengedarkan pandangannya ke setiap ke setiap sudut ruang makan. Seperti mencari-cari sesuatu. Ibu merasa ada yang ganjil. Tak ada satu katapun yang keluar dari mulut yang memiliki suara cempreng. Yang selalu berisik dan membuat suasana menjadi sangat ramai karena suaranya yang begitu menggelegar.
"Iya Bu?"
"Adik kamu mana?" Tanya ibu sambil mengambil piring yang masih bersih di rak.
"Tidak tau Bu. Sepertinya, masih bersiap-siap di kamar," jawabku sambil sesekali mencicip sayur yang ibu masak.
"Kita tunggu sheli sebentar ya. Biarin ayah makan duluan, setelah ini ayah siapkan keperluan-keperluannya yah." Ucap ibu yang dibalas dengan anggukan oleh ayah.
1 menit berlalu. Namun, batang hidung mancung itu belum kelihatan sama sekali. Sheila sempat melirik ke belakang, tapi tidak ada tanda-tanda Sheli akan keluar.
"Sudahlah. Sheli lama, mendingan kita makan dulu aja ya." Ibu kembali duduk setelah selesai merapikan piring untuk sarapan.
Tidak ada suara apapun di ruang ini. Menyisakan suara dentingan sendok yang beradu dengan piring. Semua orang menikmati sarapan pagi ini dengan baik tanpa suara berisik yang diciptakan oleh Sheli.
Dia belum datang, sampai semua orang menyelesaikan sarapannya.Setelah selesai sarapan, Sheila kembali ke kamar untuk mengambil barang yang tertinggal.
"Aduh," Sheila meringis kesakitan saat ada orang yang menabraknya.
"Hei, kalo jalan tuh liat pake mata." Teriak seseorang yang menabraknya yang ternyata adalah Sheli.
"Harusnya lo yang liat pake mata. Hati-hati jalannya." Sheila dan Sheli masih berdiri di ruang tengah, tempat mereka berpapasan.
"Lagian lo kemana aja sih?dari tadi tuh ibu nyariin lo. Bukanya sarapan malah gak tau kemana," ucap Sheila sebal.
"Diam lo. Gak usah ngomong kalau gak tau urusan gue," Sheli membuang muka.
"Terserah lo aja deh," lagi-lagi, Sheila harus mengalah pada adiknya.
Sheila memperhatikan adiknya dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Astaghfirulloh, lo gak makai kerudung lagi?kan udah di bilangin sama ayah, kalau mau keluar rumah tuh pakai kerudung. Tutup aurat lo sebagai wanita." Nasihat Sheila.
"Biarin. Bodo amat. Yang penting, gue bahagia." Sheli menjulurkan lidahnya.
"Lo selalu bikin masalah ya ... " belum sempat Sheila menyelesaikan omongannya, ibu lebih dulu menabraknya.
"Sudah-sudah. Kalian selalu berantem. Coba deh, sekali saja kalian tidak berantem bisa gak?bikin ibu pusing tau." Omel ibu dengan suara khasnya.
"Ini Bu, tadi dia nabrak gue," bela Sheila.
"Gak Bu. Dia duluan yang nabrak gue," sambung Sheli.
"Lo."
"Lo."
"Lo."
"Cukup. Sudah deh, mending kamu siap-siap Sheila. Dan kamu sarapan dulu, Sheli." Ucap ibu.
Akhirnya, perdebatan ini selesai berkat ibu. Sheila kembali ke kamar untuk mengambil barang yang tertinggal di kamar.
Sheila terkejut setengah mati ketika melihat kamarnya berantakan. Sungguh, monster macam apa yang berani membuat kamar Sheila berantakan. Tanpa pikir panjang, Sheila segera membereskan semua barang-barang yang tergeletak di lantai karena monster itu. Lalu merapikannya kembali ke tempatnya. Dia memang tidak tau siapa yang melakukan semua ini, tapi dia juga tidak suka melihat kamarnya berantakan. Apalagi kalau melihat tempat yang tidak enak di pandang, kotor, bahkan tak terurus. Jadi, dia bersihkan kamarnya sendiri tanpa meminta monster itu untuk bertanggung jawab membersihkannya.
Setelah selesai merapikan semuannya, Sheila masuk ke mobil sambil menunggu ayah dan yang lainnya siap untuk berangkat menuju hotel Green.
●●●
■■■
Jangan lupa follow dulu sebelum bacaDitunggu vote dan voment nya yah
Terima kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Shefa 🍁 [end]
Ficção AdolescenteBaca. Jangan lupa Follow, Vote, and Voment 🍁 "Terkadang, cinta itu membutakan hati dan tidak bisa membedakan sesuatu yang belum pasti," 🍁