28 ~ Hadiah ~

525 46 2
                                    

Inikah hadiah yang kau bawa ?
Terimakasih ini indah
Terimakasih ini hadiah yang tak akan ku lupa
Semua sesuai dengan apa yang ku harap
Terimakasih atas hadiahnya

~ Raina

Rasanya sudah puluhan kali aku mondar-mandir didepan cermin yang ada didalam kamar milikku dengan handphone milikku yang berada di tangan, haruskah hari ini aku menghubungi Fajar dan mengajaknya bertemu kemudian masalah ini akan berakhir seperti apa yang sudah aku rencanakan. Tapi bagaimana jika nanti saat aku bertemu dengan dia, semua hal yang sudah ku rancang ini sia-sia ? Bagaimana jika aku kembali jatuh kedalam pesonanya ?

" Enggak... Kalau terus-terusan kaya gini yang ada gue bakal nyakitin Senja, Senja itu cewe baik, dia yang lebih dulu kenal Fajar, jadi gue bakal jahat banget kalau masih punya perasaan sama Fajar, gue harus bisa lepas semuanya "

Aku mencari nomor telvon milik Fajar di handphone milikku dan dengan ragu menekan tombol panggil. Lama terdengar nada sambung sampai Fajar menjawab panggilan dariku.

" Halo ini siapa ya ? " Jawab Fajar, iya Fajar belum memiliki nomor ku yang baru apa sebaiknya aku menghubungi dia lagi nanti ? Ahhh tidak, dia sudah menjawab panggilan dariku tidak mungkin aku langsung menutup panggilan begitu saja bukan

" Hallo... Ngga usah iseng deh ! Lo diem aja gue tutup telvonnya. Satu... Dua... Ti... "

" Fajar... " Kata ku akhirnya

Hening sesaat, apa Fajar mengenali suaraku ? Atau Fajar masih menganggap aku orang iseng yang menghubunginya.

" Lo siapa ? Kalau Lo mau nawarin kartu asuransi, atau kartu kredit atau barang elektronik gue ngga ada waktu buat dengerin Lo ! Ya meski suara Lo mirip sama orang yang gue sayang... Bukan berarti Lo bisa nipu gue ya... Enam bulan lebih dia ninggalin gue tanpa kabar, dia hilang gitu aja tanpa kasih pesan... Dia tega ya sama gue ? Kalau aja ada kesempatan gue bisa bicara jujur sama dia, gue ngga mau bilang putus waktu itu, gue sayang banget sama dia, gue ngga mau kehilangan dia... Gue cinta sama dia. Tapi dia milih pergi, gue udah coba lupain dia tapi dia ngga mau hilang dan terus aja Dateng ke pikiran gue... Siang dia jadi pikiran, malam dia jadi impian, dia jahat banget kan ? Pergi tanpa pesan, apa dia baik-baik aja ? Apa dia sakit ? Apa dia udah nikah ? Apa dia udah lupa sama gue ? Dia harusnya disini, dia harusnya tahu kalau gue sama Kaka dia baikan dia pasti seneng... Tapi dia milih pergi... "

" Lo mabok ya ? "

" Gue kangen... Gue kangen "

" Lo dimana ? "

" Lo beneran mau nawarin gue asuransi ya ? Yaudah gue share lokasinya ya "

Aku mengakhiri panggilanku pada Fajar. Kenapa lagi dia ? Kenapa dia sangat menyebalkan tapi selalu berhasil buat ku khawatir padahal sudah enam bulan berlalu dan aku masih saja tidak bisa bersikap masa bodoh dengan apa yang terjadi pada pria itu. Kini Fajar benar-benar mengirim lokasinya padaku dengan beberapa kata pada pesan singkat.

Hey... Tukang asuransi gue di sini !

Bahkan aku masih terima dia memanggilku tukang asuransi. Aku meraih tas milikku dan pergi keluar dari kamar. Aku terkejut saat tak sengaja saat aku keluar langsung berhadapan dengan kak Bara.

" Kaka bikin kaget aja "

" Maaf... Kamu mau kemana ? Udah malem gini "

" Ummm... Ada kucing liar lagi mabuk kak, jadi aku di minta pihak rumah sakit buat cek keadaan dia "

" Kucing ? Mabuk ? "

" Nanti Raina jelasin, Raina lagi buru-buru kak " kata ku yang langsung pergi begitu saja meninggalkan rasa bingung yang kak Bara rasakan. Sampai ditempat yang ku tuju aku langsung mencari keberadaan Fajar, sedikit sulit menemukan pria menyebalkan itu, namun tak lama aku berhasil, ia sedang duduk sambil meletakkan wajahnya pada meja, aku perlahan mendekati pria itu.

Salah || Fajar Alfian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang