"Malam ini kau tidur bersamaku. Di tempat tidurku. Di rumahku."
~•~
Masa lalu yang kelam membuat Hee Young antipati pada lelaki. Dia menutup diri dan menciptakan gerbang sangat tinggi. Namun, pertahanannya runtuh seketika di hadapan malaikat yang tu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hee Young menatap lekat-lekat lelaki di hadapannya. Masih sama seperti terakhir bertemu. Rambut cepak, telinga bertindik, sorot malas-malasan.
Ah, ada yang beda. Perempuan itu mengaduk sundubujjiggae pesanannya. Ada tindik baru di puncak telinga kanannya. Hee Young mendesah panjang.
"Aku punya tato baru."
Hee Young berdecak, tak kaget dengan informasi itu. "Di mana?"
"Punggung bawah." Yong Jin membelakangi perempuan itu dan sedikit mengangkat sweater. "Ini tato namamu."
Hee Young tertegun. Nafsu makannya menghilang. "Kenapa kau melakukan itu?"
"Kenapa kau menikah dadakan?" Yong Jin balik bertanya. Tangannya menyendok sesuap penuh daging sapi. "Aku meninggalkanmu sebentar ke Busan dan kau langsung menikah?"
"Yaa, aku tak langsung menikah!" protes Hee Young.
"Aku tak pernah melihatmu dekat dengan Kim Shou sebelumnya." Lelaki itu seolah tak peduli pada ocehan Hee Young. "Kukira kau fobia lelaki."
"Memang dan masih," ketus perempuan itu. Tangannya meremas masker muka hingga membentuk gumpalan kecil.
Kali ini Hee Young mendapat perhatian penuh dari Yong Jin. "Lalu kenapa kau menikah dengan lelaki asing itu?"
"Karena dia melamarku, oke?" sungut Hee Yong. "Dan Shou bukan orang asing. Dia—dia sudah mengenalku cukup lama."
Lelaki bertampang urakan itu mengernyit. Hee Young membuang pandangan. Inilah susahnya berbohong pada orang yang praktis mengenalmu nyaris seumur hidup. Keluh Hee Young.
Buru-buru dia mengalihkan topik pembicaraan. "Aku sudah mengirimkan undangan padamu. Kau satu-satunya orang yang kuanggap kerabat, tapi tak datang."
Gerakan garpu dan pisau Hee Young terhenti. Kecanggungan tak nyaman terasa pekat. Perempuan itu tersenyum kecut. Dia menjilat bibir. "Yah, pokoknya sekarang aku sudah menikah dan kau harus memberi selamat padaku."
Sikap kaku mulai mencair. Yong Jin mengetuk-ngetuk meja dengan ujung kuku. "Kau benar-benar menikah atas kehendak sendiri, kan?"
"Tentu saja. Apa aku orang yang gampang dipaksa?"
"Sejujurnya iya," Yong Jin meringis. Menyusurkan jemari di helaian tebal rambut bercat pirang, lelaki itu berkata serius. "Aku tak pernah mendengar soal hubungan kalian sebelumnya. Tahu-tahu, duar, meledak seperti kembang api." Yong Jin memeragakan ledakan bola besar dengan dua tangannya. Mau tak mau memancing tawa di hati Hee Young.
Sejurus kemudian dia kembali terdiam. Dalam hati Hee Young berkata. Itulah tak enaknya punya sahabat yang sangat teliti. Yong Jin tak pernah melupakan detail. Meski pihak Shou sudah merancang rencana sesempurna apapun tentang kencan seorang Shou dan penata gaya pribadinya, tetap saja tak mudah membohongi lelaki itu.