⏺️ 30 ⏺️

290 56 11
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Yang Mulia Hwanung, aku harus menolong Hee Young.” Dewi Hea berderap memasuki perpustakaan. “Dia dalam kesulitan. Cheong-he mempersulit kehidupan gadis itu.”

“Kita tak boleh ikut campur urusan manusia, Dewiku.” Hwanung menutup bukunya dan duduk bersedekap. Tatapannya teduh, kontras dengan ekspresi garang yang ditampilkan sang istri.

“Tapi Cheong-he sudah mencampuri urusan manusia,” balas dewi itu sengit.

Hwanung menghela napas panjang. “Dangun sudah mengurus istrinya, Dewi Hea.”

“Dangun hanya makin memperkeruh suasana.”

Alis Hwanung terangkat tinggi. Senyumnya jenaka. “Lalu, apa yang ingin kau lakukan, Dewiku?”

“Beri aku izinmu, Yang Mulia. Aku akan membantu pasangan itu bersatu.”

Hwanung menarik Hea penuh kasih. Didudukkannya dewi cantik itu di pangkuan. Tangannya mengelus rambut berombak Hea.

“Tak perlu melakukannya, Dewiku,” Hwanung tersenyum. “Haes-sal dan Hee Young mampu mengatasi masalah mereka. Kita harus memercayai mereka.”


~~oOo~~


Hee Young perlahan membuka mata. Rasa pening luar biasa menghantam kepalanya. Dia mengerjap-ngerjap, berusaha menetralkan ruangan yang berputar. Bibirnya meloloskan rintihan keras. Sensasi panas yang berputar-putar dalam tubuh seolah menggedor keluar. Hee Young langsung diserang gelombang panik saat menggeliat dan merasakan tubuhnya tertahan sesuatu.

“Sudah sadar, Hee Young?”

Suara berat itu dikenalnya. Bulu kuduknya merinding saat menoleh. Pandangannya bertumbukan dengan dua sosok yang tengah berdiri di ujung tempat tidur.

“Yong Jin? Dong Wan?” Suara Hee Young serak. Tenggorokannya luar biasa haus. Dia menggeliat lagi dan terkejut menyadari dua tangannya terikat erat di kepala ranjang.

Tawa memuakkan terdengar dari dua lelaki itu. Mata Hee Young panas. Otak cerdasnya berhasil menganalisis situasi dengan cepat.

“Kalian menjebakku?” tanyanya pedih.

“Mau bagaimana lagi, Hee Young? Kau menolak diriku.” Yong Jin mendekat. Buku jarinya menyusuri kulit halus perempuan itu.

Hee Young menggigil. Sentuhan Yong Jin ibarat es yang meleleh di tubuh panasnya. Dia mendambakan lebih banyak. Denyutan familiar mulai terbentuk di bagian tubuhnya yang sensitif. Dia kembali mengerang saat Yong Jin menggoda puncak dadanya yang mengeras.

“Tubuhmu molek, Hee Young. Sayang, enam tahun ini kau terus menutupinya dengan baju-baju membosankan itu.”

Hee Young menggigit bibir. Dia mendambakan sesuatu yang aneh. Panas dari dalam tubuhnya sangat menyiksa.

ACALASITHE (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang