"Malam ini kau tidur bersamaku. Di tempat tidurku. Di rumahku."
~•~
Masa lalu yang kelam membuat Hee Young antipati pada lelaki. Dia menutup diri dan menciptakan gerbang sangat tinggi. Namun, pertahanannya runtuh seketika di hadapan malaikat yang tu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Shou meremas bahu Hee Young. Protektif. Matanya tajam tertuju pada pria jangkung yang berjalan santai menghampiri mereka. Dan detik itu pula, waktu berhenti berjalan.
Aura tegang terasa tebal di udara hingga nyaris mampu diiris. Dua netra beda warna saling beradu pandang. Saat Shou menoleh, kebisuan yang mencekam terasa sesak.
Buku jarinya mengelus lembut garis rahang Hee Young. Perempuan itu membeku serupa patung. Senyum tipisnya tersungging bersanding dengan raut terkejut. Shou mengikuti arah pandangan sang istri dan bertanya dingin.
"Siapa kau?"
Yong Jin berdiri di hadapan pasangan itu. Senyum malas-malasan menghiasi wajah tampannya. Dia menggerakkan telunjuk dan pusaran besar tercipta dari daun-daun yang berguguran, membentuk badai daun yang tertuju lurus ke arah sang malaikat.
Shou membentangkan sayap lebarnya. Dalam hitungan detik, sayap itu terayun ke depan membentuk kurungan raksasa. Badai dedaunan hancur berantakan kala bertumbukan dengan kungkungan sayap Shou.
"Gerakan bagus, Jenderal. Senang rasanya melihatmu kembali." Bahasa cheonsa yang lancar mengalir dari bibir Yong Jin, menerbitkan rasa penasaran pria itu.
Shou melipat sayapnya lagi. Bayangan Yong Jin masih ada. Namun, tatapan mata lelaki itu hampa seolah tak berjiwa.
"Siapa kau?" Shou mengulang pertanyaannya. Kali ini turut menggunakan bahasa para malaikat.
Dia berusaha merasakan aura sosok misterius yang menyaru sebagai sahabat masa kecil istrinya. Nihil. Yong Jin yang berada di depannya tak mengeluarkan kilasan energi apapun. Dia seolah mayat hidup yang digerakkan oleh tali-tali tak kasat mata.
"Tak penting siapa aku, Jenderal." Seringai lebar tercetak di wajah itu. "Kedatanganku ke sini hanya untuk memperingatkanmu."
"Memperingatkan apa?"
"Gaemu memang sudah tersegel di Dunia Bawah. Tapi berjuta anak buahnya lebih dari siap menuntut balas. Kau, Pedang Langit, harus bersiap menghadapi perlawanan salah satu agma terkuat milik Gaemu."
Shou mendengkus. Aroma pemberontakan agma memang sudah terendus olehnya. Telik sandi Imoogi secara rutin menyuplai informasi meski dia sedang berada di Bumi sekalipun. Yang mencurigakan justru sosok di hadapannya ini. Siapa dia hingga mau repot-repot memperingatkannya secara langsung?
Shou berusaha menembus benak Yong Jin gadungan itu. Namun, kabut tebal serupa milik Hee Young menghalanginya untuk masuk lebih jauh.
"Percuma saja, Jenderal. Kau tak akan bisa membaca pikiranku."
Yong Jin mengibaskan tangan. Waktu kembali berjalan. Riuh suara orang kembali terdengar. Sorot hampa di mata Yong Jin menghilang, berganti kebingungan yang kentara jelas.
Meski Shou yakin sosok yang menyusup melalui media manusia di hadapannya ini sudah menghilang, tapi suara asing itu masih terus berbicara dalam kepalanya.