⏺️ Epilog ⏺️

784 69 24
                                    

“Mengapa manusia tak boleh menikahi malaikat?” Hee Young bertanya sebelum dengkusan kerasnya terdengar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Mengapa manusia tak boleh menikahi malaikat?” Hee Young bertanya sebelum dengkusan kerasnya terdengar.

Dia mati-matian mencegah rasa mual yang terus-menerus datang. Dia meraih pemerah pipi dan memulaskan warna peach lebih banyak. Tak terlalu berpengaruh, Hee Young mendengkus melihat wajah pucat yang menatapnya balik dari cermin.

“Tentu saja agar keturunan murni terjaga,” jawab Hea. Dia menimang keponakan barunya dengan luwes. “Kau butuh perona pipi lebih terang. Serius kau ini seorang penata rias profesional?”

“Aku mual, Hea.” Hee Young mengeluh. Meski mulai bisa beradaptasi dengan kehidupan Dunia Atas, dia masih menolak memanggil Hea dengan embel-embel dewi di depan namanya.

“Mau muntah lagi?” Aeri datang dengan secangkir teh jahe dan mengulurkannya pada calon adik ipar. Kemudian diambilnya Yoongi dari tangan Hea. Anaknya yang baru berumur beberapa minggu itu tampak masih terlelap.

Hee Young langsung menandaskan teh jahenya. Dia sudah meminum obat anti mual, tapi janin di kandungannya seolah punya mekanisme sendiri untuk tetap menyiksa sang ibu.

“Apa kalian sangat memuja keturunan murni?” Hee Young merapikan gaun pengantinnya.  Bermodel hanbok modern dengan perpaduan bahan sutra dan renda buatan tangan, gaun warna ungu dalam berbagai gradasi itu berhasil memancarkan kilau cemerlang calon mempelai.

“Bukan memuja, hanya mencegah munculnya makhluk-makhluk yang merusak tatanan alam. Apa menurutmu tidak berbahaya jika terlahir anak setengah manusia dan setengah malaikat?” tanya Hea.

“Mengapa tidak? Mereka bisa jadi anak-anak yang cantik dan tampan.”

Hea menyabetkan kipasnya ke kepala Hee Young. Perempuan itu memekik kesakitan.

“Aduh, bisa tidak kau lebih menyayangi kepalaku?” gerutu Hee Young.

“Leluconmu tak lucu, Hee Young.” Hea menggoyang-goyangkan telunjuk. “Soal fisik mungkin mereka sempurna. Namun, dari segi kemampuan? Di dunia manusia, mereka terlalu kuat. Di dunia para malaikat, mereka akan jadi yang paling lemah. Tak ada tempat untuk generasi seperti itu.”

Hee Young mengusap perutnya. Kehamilan sudah memasuki minggu kedelapan. Dalam dirinya ada spirit Prunos yang membuat Hee Young setara dengan Haes-sal. Namun, jiwa manusia juga masih bersemayam di dirinya.

“Anakmu akan jadi anak Langit,” senyum Hea. “Kau tak perlu khawatir. Jiwa manusiamu perlahan akan menghilang dan digantikan spirit Prunos secara penuh.”

Ketukan di pintu mengusik obrolan para wanita. Kaeren, ibu mertuanya, melenggang masuk dengan sebuket bunga lili di tangan. Wajahnya berseri-seri.

“Ah, menantuku ada di sini semua.” Kaeren mengulurkan buket kepada Hee Young. “Ayo, bersiap. Pernikahanmu akan segera dimulai.”

“Aku serasa jadi orang asing,” sindir Hea. “Jika aku tak belajar bahasa Korea, bisa-bisa aku jadi kambing congek di antara kalian.”

ACALASITHE (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang