"Malam ini kau tidur bersamaku. Di tempat tidurku. Di rumahku."
~•~
Masa lalu yang kelam membuat Hee Young antipati pada lelaki. Dia menutup diri dan menciptakan gerbang sangat tinggi. Namun, pertahanannya runtuh seketika di hadapan malaikat yang tu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tak ada akhir yang menyenangkan bagi Haes-sal. Malaikat itu meringis kesakitan untuk kesekian kalinya. Luka bakar di tubuhnya berhasil menelan seluruh kesenangannya bertemu dengan Hee Young.
“Masih sakit?” Jemari lentik mengusap punggungnya lembut. Tempat di mana sayapnya yang terluka parah mendapat bebatan perban di sana-sini.
Segala dialog yang dihafalnya tentang sentuhan sang kekasih dapat menghilangkan rasa sakit adalah omong kosong belaka. Berkali-kali disentuh Hee Young, tetap saja pedihnya luka tak berkurang. Justru bertambah dengan nyeri lain yang berpusat di pangkal pahanya.
Tubuh sialan! Haes-sal memaki diri sendiri. Di situasi tak kondusif seperti sekarang, bisa-bisanya dia bergairah pada sentuhan si mungil ini.
“Panas,” keluhnya pendek. Punggung tangannya mengusap keringat di pelipis. Otaknya berusaha memunculkan citra seluruh sepupu lelakinya dalam balutan kostum perempuan. Setidaknya hal itu berhasil mengurangi gairah yang serasa hendak meletus.
Hee Young menarik napas panjang. Tanpa menyadari perjuangan kekasihnya menenangkan diri, dia terus membelai lembut tubuh kekar Haes-sal.
“Seharusnya dari tadi kau menunjukkan di mana letak portal menuju Dunia Atas. Kau mau mati di sini, ya? Pengobatan di Bumi tak semanjur di tempatmu. Apa lagi Seok Jung sekarang tak ada di sini. Setidaknya ...."
Ocehan Hee Young terhenti paksa. Haes-sal tak tahan lagi. Dia menarik tengkuk lembut di depannya dan membenamkan bibir di mulut Hee Young yang terbuka.
Wanita itu mengerang, merasakan tangan pria itu menggerayangi kulit lembutnya. Tubuhnya bergerak tanpa diperintah, beringsut mendekati Haes-sal, mendambakan pria itu dengan segala cara. Responnya penuh semangat, sejenak lupa bahwa pria yang memeluknya saat ini tengah terluka parah.
Lengan Hee Young melingkari bahu Haes-sal. Pria itu mengangkatnya sangat mudah ke pangkuan. Secara otomatis, tungkai wanita itu memeluk pinggang Haes-sal. Napas Hee Young memburu dan terasa lembap di pipi Haes-sal. Lenguhannya terpenjara di mulut sang malaikat dan pria itu menyerap semua suara wanitanya.
“Apa karena ini kau tak ingin kembali ke tempatmu?” Hee Young menekankan dahi ke dahi suaminya, berat hati melepas ciuman itu.
“Ya.” Haes-sal kembali melahap rasa manis yang ditawarkan bibir Hee Young. Tangannya hinggap di payudara montok wanita itu, meremasnya lembut, dan memainkan puncaknya yang mengeras. “Tak ada privasi di sana. Aku menghancurkan paviliun, jadi kita terpaksa tidur di rumah induk.”
“Kau—apa?” Hee Young menarik diri. Wajahnya terperanjat kaget.
Haes-sal mengusap bibir bawah Hee Young yang basah dan membengkak. Senyumnya tersungging melihat hasil perbuatannya yang luar biasa.
“Besok kuceritakan. Sekarang kemarilah. Aku ingin menengok si kecil.”
Hee Young mengerjap bingung. Dia membekap mulut sendiri menahan pekikan keras saat tangan kekar Haes-sal merobek bajunya. Pria itu masih punya banyak tenaga meski terluka. Hee Young meringis. Detik berikutnya dia mulai menjejak tangga ke surga dunia saat Haes-sal mengguncang ranjang besar di rumah itu.