"Malam ini kau tidur bersamaku. Di tempat tidurku. Di rumahku."
~•~
Masa lalu yang kelam membuat Hee Young antipati pada lelaki. Dia menutup diri dan menciptakan gerbang sangat tinggi. Namun, pertahanannya runtuh seketika di hadapan malaikat yang tu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Shou menyipitkan mata. Badai yang bergulung-gulung berangsur-angsur lenyap, lalu menampilkan sosok makhluk dalam wujud kobaran api yang menyerupai malaikat. Sayap birunya menggelegak. Hawa panas terasa membakar, tapi seolah tak mempan pada dua malaikat yang mengambang di udara.
“Nakai,” gumam Shou dingin.
Suara mendeguk keras terdengar membalas sapaan sang malaikat. “Jenderal Haes-sal, sang Pedang Langit.”
Kemudian sosok semampai lain muncul. Tanpa sayap, dia terbang menyandingi agma. Lengannya bersedekap menantang. Gaun panjangnya berkibar lembut tertiup hembusan angin.
“Apa yang kau lakukan di sini, Sora?” Tatapan tajam Shou melesat seolah hendak mencabik tubuh ramping di hadapannya.
“Hanya membuatmu sedikit sibuk.” Sora tersenyum kecil. “Selagi membiarkan istrimu bersenang-senang dengan sahabatnya.”
Shou secara tiba-tiba dan sangat cepat mengayunkan gaenari. Pedang legendaris dengan kelenturan serupa cambuk dan rantai api. Yang disasar berkelit lincah dalam satu lentingan indah menjauhi ujung gaenari.
“Istriku tak bersenang-senang dengan siapapun,” Shou berkata dingin. Sora, alih-alih ketakutan, justru tertawa kering. “Kenapa kau membela manusia lemah itu, Jenderal?”
“Di mana dia?” Shou mengabaikan pertanyaan lawan bicaranya.
Alis Sora terangkat tinggi. “Kau benar-benar tak tahu? Yang benar saja! Malaikat sepertimu mana mungkin tak mengetahui di mana keberadaan istrimu sendiri.”
“Cepat katakan di mana Hee Young, Sora!” Shou terbang mendekat. Matanya nyalang menatap wanita yang terus berdiri di sebelah agma berwujud api. “Ah, atau perlu kupanggil kau Dewi Song-he? Selir Yang Mulia Dangun?”
Sora memucat. Cara terbang wanita itu terhuyung. “Ba ... Bagaimana kau bisa tahu?”
“Katakan di mana istriku sekarang, Dewi.” Shou merentangkan pedangnya hingga tegang kaku. Dia mendekati sang dewi tanpa takut. Sora berteriak murka. “Kenapa kau tak memilihku, Haes-sal?”
“Katakan pada Dewi Cheong-he, sampai mati pun aku tak akan pernah memilihmu.” Haes-sal menghunus pedang gaenari di tangannya. “Jadi katakan, di mana kalian menyembunyikan Hee Young?”
Di sampingnya Taehyung menatap terkejut sang sepupu. Namun, dia tak sempat bertanya karena Nakai sudah melancarkan serangan. Sabit api biru terayun ke arah mereka. Hempasannya membuat Taehyung oleng, tapi Shou bergeming.
Malaikat itu seolah tak terpengaruh badai angin yang tercipta dari senjata agma. Dia membalas serangan dengan mengayunkan gaenari. Pedang panjang itu berubah lentur seperti rantai yang terbentuk dari deretan bola cahaya dengan kekuatan meremukkan tingkat tinggi.
Gaenari melilit tubuh api Nakai. Agma itu meraung keras. Dalam gerakan sangat cepat, tangannya yang mencengkeram sabit terayun pendek ke arah rantai cahaya gaenari.