Cerita 8

367 55 9
                                    

"Haes-sal menikah?"

"Begitulah yang kudengar, Yang Mulia."

Hwanung mengetuk-ngetukkan jari ke singgasana yang didudukinya. Pandangannya menyapu penjuru balai riung yang sudah sepi. Tak ada lagi dewa yang datang untuk mendiskusikan sesuatu. Mereka benar-benar hanya berdua. Dia dan istrinya.

"Menikahi manusia melanggar hukum dua alam, Istriku."

"Begitulah yang tertulis di aturan Langit, Yang Mulia."

"Apa Haes-sal mencintai manusia itu?" Hwanung penasaran. "Kisahnya tak sama dengan Yoseong kakaknya, kan?"

Dewi Hea menutup mulut dengan ujung hanboknya. Tawanya terdengar anggun. Namun, ucapan yang meluncur dari bibirnya sangat keras.

"Tentu saja Haes-sal harus mencintainya! Aku suka kisah yang berakhir bahagia, Yang Mulia." Dewi Hea pura-pura merajuk.

"Tapi ... jenderal kita menikahi manusia. Itu katamu tadi, kan?"

"Ah, Anda cermat sekali mendengar ucapanku," kata Dewi Hea manja.

Hwanung menggeleng-geleng dengan tingkah istrinya. "Kutebak kau sudah ikut campur urusan mereka."

"Oho, Yang Mulia sangat mengerti diriku." Dewi Hea menutup wajah pura-pura malu." Anda benar. Aku sudah turun ke Bumi dan bertemu Haes-sal, tapi dia tak mengenaliku. Sungguh menyebalkan. Ah, bolehkah aku pinjam racun amare, Yang Mulia? Istri Haes-sal bisa ...."

"Tidak, tak boleh!" Hwanung cepat menolak begitu mengetahui gelagat mencurigakan istrinya. "Kali ini kau harus berusaha sendiri. Tak boleh minta bantuanku. Kau sudah lancang mencampuri urusan manusia, Istriku."

"Tapi kau tak marah padaku?"

Hwanung mengulum senyum. "Karena aku mendukung kebahagiaan Haes-sal, Dewi Hea."

~~oOo~~

Shou mengepakkan sayap kuat-kuat. Matanya liar memindai setiap ujung jalan. Hannam The Hill masih sesunyi biasanya tanpa tanda kehadiran orang di jalan.

"Di mana kau, Hee Young?" geram Shou jengkel.

Jalur terbang Shou berbelok tajam ke timur, terarah lurus ke rumah istri barunya. Hanya butuh tiga detik untuknya tiba di gedung bobrok dan hampir roboh itu. Bukti vandalisme pengagum Shou masih tersisa di sana meski pemilik gedung sudah berupaya menghapus. Dia mendarat tanpa suara dan masih dalam wujud tak kasat mata. Sorotnya tajam menusuk. Ada percik kemarahan di netra keemasan itu melihat sosok tak asing duduk di samping Hee Young.

"Aku masih tak percaya kau menikah dengan aktor populer itu."

"Percayalah, itu memang benar. Pernikahan kami sudah didaftarkan." Hee Young menandaskan sojunya. "Kenapa kau meragukanku?"

"Kau tak pernah terlihat dekat dengannya!" seru Yong Jin. "Bahkan sebelum aku berangkat ke Busan, kau jelas-jelas menyatakan tak akan pernah melakukan kencan buta."

"Aku tak mau melakukannya karena sudah ada Kim Shou."

Shou menyeringai. Perempuan itu cukup lihai berbohong. Telinganya kembali tegak mendengar sekeping informasi Yong Jin.

"Benarkah?" Nada suara Yong Jin jelas masih tak percaya. Meski begitu, dia tak banyak bertanya lagi. "Sia-sia rasanya aku membuat tato namamu."

Tato? Tato apa? Rahang Shou mengencang. Mendadak dihinggapi rasa tak suka dengan fakta nama istrinya tertoreh di kulit lelaki lain.

"Kenapa kau membuat tatoku? Ibumu saja tak suka padaku. Aku tak mau diseret-seret dalam pertengkaran kalian berdua."

Shou sekali lagi menyeringai. Jadi ibu si bocah urakan itu tak menyukai pertemanan anaknya dengan Hee Young? Bagus, dia bisa memanfaatkan hal itu jika si Yong Jin berulah.

ACALASITHE (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang