bab 2

1.3K 85 1
                                    

Theodore

Menjadi direktur utama salah satu perusahaan ternama di Prancis merupakan salah satu mimpiku dari kecil. Dua tahun yang lalu, Papa memintaku untuk mengurus perusahaan cabang kain miliknya, sedangkan Papa akan mengurus perusahaan kain lainnya yang beliau punya dan kelola. Mengurus perusahaan cabang kain ternama di Prancis tentu saja tidak bisa dibilang mudah, aku harus merelakan waktuku seharian di kantor dan bahkan aku sering lupa untuk bersenang-senang dan beristirahat.

Satu-satunya hal yang tidak aku lupakan setiap harinya adalah,

Tidak, aku tidak akan memberitahunya kepada siapapun.

Satu-satunya hal yang tidak aku lupakan setiap harinya adalah pekerjaan-pekerjaanku.

"Sir?" panggil sekretarisku, Ester, yang membuatku terkejut. Lamunanku buyar, tidak seharusnya aku memakai jam kerjaku untuk memikirkan dirinya. Entah kenapa aku selalu memikirkan wanita itu.

"Ya? Ada apa?"

"Apakah Miss Jeanie ada membuat janji temu denganmu sebelumnya, Sir?"

Jeanie. Aku akan memberitahu tentang dirinya nanti.

"Ya, nanti siang kami akan bertemu untuk membahas mengenai pendistribusian kain untuk beberapa perusahaan yang dikelola desainer di beberapa negara dan wilayah di Prancis," jawabku.

"Baiklah, Sir."

*.*.*

Jeanie Adayana adalah kolega kerjaku yang berperan paling penting untuk perusahaan cabang kain yang aku kelola ini dan perusahaan-perusahaan kain yang Papa kelola. Papanya Jeanie, Nicholas Adayana, adalah sahabat orang tuaku sejak lama, itu sebabnya beliau membuat kerjasama antara perusahaannya dan perusahaan Papa.

Aku bisa mengatakan kalau Jeanie adalah sahabatku meskipun aku baru mengenalnya dua tahun yang lalu, beberapa bulan setelah Papa memintaku untuk mengelola perusahaan cabang kain miliknya ini. Aku cukup nyaman bertukar cerita dengan Jeanie. Ia adalah pendengar dan pemberi saran yang baik.

Tak lama kemudian handphoneku berdering. Jeanie menghubungiku.

"Hai Theo," ucapnya sepersekian detik setelah aku mengangkat telepon.

"Hai Jeanie. Ada apa?"

"Aku akan menemuimu di kantor nanti siang. Kamu punya waktu, bukan?"

"Ya, Jeanie. Lagipula, kamu sudah membuat janji temu denganku sejak beberapa hari yang lalu dan kamu juga sudah menghubungi Ester tadi, bukan?"

"Ya memang, tapi aku juga butuh kepastian darimu. Bisa saja kamu membatalkan janji temunya nanti."

"Selama perusahaan kita bekerjasama dan setiap ada rapat dengan para kolega perusahaan, pernahkah aku membatalkan janji temu? Aku pikir tidak, Jeanie."

"Ya, aku pikir kamu adalah pria yang sangat bertanggung jawab dan serius dalam bekerja. Baiklah, akan aku tutup teleponnya. Sampai jumpa nanti, Theo."

Sambungan telepon pun terputus.

Setidaknya untuk hari ini, aku berharap untuk tidak memikirkannya lagi.

*.*.*

Retrouvaille ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang