35 tahun yang lalu..
"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin agar keduanya bisa selamat, tapi maaf sekali lagi dan kami turut berduka, Sir."
Raphael hanya bisa menahan rasa sedihnya dan berusaha terlihat baik-baik saja di depan semua orang, padahal sebagai seorang suami dan calon ayah, ia sudah sangat hancur mendengar dan mengetahui bahwa calon anak pertamanya dan Elise Kenrick tidak bisa diselamatkan.
"Apakah saya boleh masuk ke dalam untuk melihat keadaan istri saya, Dok?"
"Tentu, Sir."
Raphael lalu masuk ke kamar dimana istrinya terbaring lemah dan tidak sadarkan diri setelah menjalani operasi. Ia duduk di samping ranjang dan mengenggam tangan pucat milik istrinya. Ia mungkin bisa menahan rasa sedihnya di depan semua orang, tapi tidak di depan wanita yang ia sangat sayangi ini, meskipun saat ini Elise tidak sadarkan diri dan tidak tahu kalau ia sedang menangis.
"Elise, I'm so sorry," ucapnya sambil menangis dan terus mengenggam tangan pucat milik istrinya.
"Please stay strong for you and me, Elise. We can go through this together. I love you, Elise," sambungnya dan kali ini ia mencium tangan istrinya itu lama sekali.
*.*.*
Raphael terbangun dari tidurnya ketika Elise mengelus rambutnya dengan pelan. Ia langsung memperbaiki posisi duduknya dan kembali berusaha terlihat baik-baik saja.
"Hei, apakah ada yang sakit, Elise? Biar aku panggilkan dokter, oke?"
Elise mengangguk pelan sambil berusaha tersenyum kecil. Ia tahu apa yang baru saja terjadi dengan dirinya dan janinnya. Ia tahu kalau janinnya sudah tidak ada. Ia tahu kalau Raphael menangis dan mengenggam tangannya semalaman. Ia tahu kalau tidak hanya dia yang merasa hancur saat ini, tapi Raphael, suaminya juga.
Raphael tidak pernah menunjukkan apa yang sedang ia rasakan terang-terangan pada Elise dan semua orang, tapi Elise tahu kalau Raphael sangat menyayanginya dan sama hancurnya seperti dirinya ketika tahu kalau calon anak mereka tidak bisa diselamatkan.
"Elise, kamu tahu kan, everything will be alright? Aku akan selalu bersama kamu, no matter what," ucap Raphael lagi dengan khawatir dan tangan Elise yang dingin digenggam dengan erat oleh tangan hangat milik Raphael.
Elise mengangguk saja. Ia masih terlalu takut untuk bersuara karena ia takut kalau ia malah akan menangis dan membuat Raphael semakin sedih dan khawatir.
"Kita lewati ini bersama-sama ya, Elise? Kamu harus berusaha untuk kuat."
Aku sudah berusaha untuk kuat, Raph, tapi kamu sendiri bagaimana? tanya Elise dalam hati.
*.*.*
30 tahun yang lalu..
"Selamat Pak Raphael dan Ibu Elise, bayinya laki-laki dan sehat," ucap dokter yang menangani kehamilan pertama dan kedua Elise sambil tersenyum.
Setelah bayi tersebut dibersihkan oleh para perawat, Raphael langsung menggendong bayi itu dengan sangat hati-hati dan penuh kasih sayang. Ia sangat senang karena bisa menggendong dan mencium buah hatinya dan Elise.
Keadaan Elise setelah melahirkan hanya sedikit lemah dan ia juga sangat ingin melihat anaknya yang sedang digendong oleh Raphael.
"Aku juga ingin melihat bayiku, Raph, tidak hanya kamu."
Raphael tertawa kecil, lalu berjalan menuju ke ranjang Elise sambil menggendong bayi yang masih belum diberi nama itu.
Elise sangat senang sekaligus terharu melihat bayinya itu. Bayi itu adalah anak yang ditunggu-tunggu olehnya, suaminya, dan keluarga mereka sejak pernikahannya dengan Raphael Kenrick. Raphael memberikan bayi itu dengan sangat hati-hati kepada Elise untuk digendong olehnya.
Elise harus ikut merasakan perasaan campur-aduk ketika menggendong anak kami, pikir Raphael.
"Theodore Kenrick. What do you think about the name, Raph?"
"It's good. I love the name, Elise. Does it mean gift of God?"
"Yes, sounds good, right? Dari mana kamu tahu arti nama itu, Raph?"
"Dari buku yang kamu baca. Aku melihat halaman yang kamu tandai dan beberapa nama yang kamu beri stabilo berwarna biru."
Sejak itu Elise tahu dan bisa merasakan rasa sayang yang besar dari Raphael untuk dirinya, Theodore, dan Patrice—anak pertama mereka.
*.*.*
KAMU SEDANG MEMBACA
Retrouvaille ✔️
RomanceCOMPLETED. The joy of meeting or finding someone again after a long separation. "Aku sekarang lagi di Paris, Theo." Edrea mendapat cuti dari kantornya sehingga ia memutuskan untuk pergi liburan ke Paris. Ia berharap bertemu dengan seseorang yang di...