Paris, autumn
Lima tahun yang lalu aku mengenal seorang wanita yang menurutku cukup unik ketika aku memilih untuk liburan di Berlin. Kami tidak bertemu ataupun berkomunikasi selama tiga tahun setelah itu, dan tanpa aku pikirkan sebelumnya, aku kembali bertemu dengannya dua tahun yang lalu. Meskipun usia Edrea dan aku sudah menunjukkan kalau kami adalah sepasang dua orang dewasa, tapi kami masih cukup sulit untuk mengerti diri kami masing-masing saat itu.
Aku yakin saat ini, baik Edrea maupun aku, sudah lebih mampu untuk memahami perasaan kami masing-masing. Kami memutuskan untuk bersama-sama belajar memahami diri kami masing-masing dan satu sama lain.
"Welcome to our family, Edrea," ucap Mama sambil memeluk Edrea, sedangkan Papa berdiri tepat di belakang Mama sambil tersenyum hangat.
"Thank you so much, Ma, Pa," balas Edrea ketika Mama sudah melepas pelukannya dan sekarang mengelus pipi Edrea.
Aku memutuskan untuk melamar Edrea setahun yang lalu ketika kami berada di Paris setelah beberapa hari ia kembali dari Colmar. Terlalu cepat? Mungkin iya, tapi Edrea tidak membuat semuanya menjadi semudah yang sebelumnya aku pikirkan. Ia tidak menjawab lamaranku dan malah mengalihkan pembicaraan menjadi hal yang menurutku lucu. Mungkin dia sedang menutupi salah tingkahnya saat itu. Yes, it's typical of Edrea.
"Kamu kalau mandi mikirin apa saja?
Iya, itu pertanyaan yang dia berikan padaku setelah aku melamarnya. Tapi aku tetap menjawab pertanyaannya saat itu.
"Kalau mandi, biasanya aku memikirkan tentang pekerjaanku yang belum aku selesaikan, lalu kadang-kadang tentang Edrea yang aneh dan lucu tapi aku sangat menyukainya."
Dia tidak pernah membahas mengenai lamaranku setelah itu. Ketika ia kembali ke Berlin, aku pikir kami tidak akan kembali bertemu lagi. Sulit untuk meyakinkan diriku sendiri untuk tetap optimis mengenai Edrea dan aku, tapi aku yakin kalau sulit bukan berarti tidak bisa.
Aku menyusul Edrea ke Berlin. Aku mengatur semuanya menjadi sangat baik tapi dengan tetap tidak diketahui oleh Edrea. Contoh kecilnya seperti aku yang meminta manajer perusahaan tempat Edrea bekerja, Jakob, untuk menangani dan mengurus acara pernikahanku dengan Edrea yang masih belum diketahui kapan karena Edrea belum mengatakan apapun. Aku meminta Jakob untuk tidak melibatkan Edrea ataupun rekan kerja Edrea yang lainnya dalam hal itu. Alasanku sangat yakin dengan apa yang aku lakukan saat itu adalah karena aku juga sangat yakin kalau Edrea akan menjawab ya.
Dan ternyata aku benar.
"Theo, I don't want you to propose again here, but I'm gonna say yes."
"Umm, wait. Are you talking about my proposal, Dre?"
"Umm.. yes. I don't know if I'm too late to give you the answer, but I hope I am not. Sorry because I take forever to give you the answer."
"No. No, Edrea. I'm okay even though you really need forever to answer my proposal."
Aku menatap Edrea yang berdiri tepat di sampingku saat ini. Dia terlihat sangat bahagia dan sangat cantik hari ini. Sebentar, biar aku koreksi—menurutku Edrea memang sangat cantik setiap hari. Aku tidak bisa berhenti tersenyum sejak tadi pagi meskipun kedua pipiku sudah sangat sakit.
Aku menatapnya lalu mengecup bibirnya yang sedang tersenyum. Dia terkejut tapi kemudian tersenyum lagi dan kali ini lebih lebar.
"Kenapa?" tanyanya sambil menoleh padaku sambil tetap tersenyum.
"Thank you for being my tour guide, Dre. I love you."
- SELESAI -
KAMU SEDANG MEMBACA
Retrouvaille ✔️
RomanceCOMPLETED. The joy of meeting or finding someone again after a long separation. "Aku sekarang lagi di Paris, Theo." Edrea mendapat cuti dari kantornya sehingga ia memutuskan untuk pergi liburan ke Paris. Ia berharap bertemu dengan seseorang yang di...