bab 47

271 27 0
                                    

Charles de Gaulle Airport, Paris.

Edrea baru saja selesai melakukan check-in pesawat dan saat ini ia sedang menuju ke salah satu coffee shop bandara untuk memakan croissants sambil meminum es kopi. Ia menghabiskan waktu kira-kira setengah jam berada di coffee shop itu.

Ia baru saja akan keluar dari coffee shop ketika seseorang menghampirinya. Edrea sedikit mendongakkan kepalanya untuk dapat melihat seseorang yang lebih tinggi daripada dirinya itu sekaligus yang sedang berdiri tepat di hadapannya saat ini—seseorang yang sangat ingin ia temui.

"Theo?" tanya Edrea pelan sekali—nyaris berkata pada dirinya sendiri—dengan rasa kaget dan senang yang ia rasakan dalam waktu bersamaan.

Meskipun Edrea mengucapkan namanya dengan sangat pelan, Theodore masih dapat mendengar dan tersenyum sambil berkata, "Hai, Nona Edrea."

Edrea kehilangan semua kata-katanya. Bahkan ia tidak bisa mengatakan kalau senyuman Theodore sangat menyebalkan dan menyakitkan matanya. Theodore terus tersenyum padanya.

Edrea berusaha berbicara supaya ia tidak terlihat seperti sedang salah tingkah di depan Theodore, "kamu kenapa berada di sini? Kamu juga ingin pergi?"

"Tidak. Aku hanya ingin menemuimu sebelum kamu kembali ke Berlin. Kenapa kamu tidak memberitahuku kalau kamu akan kembali ke Berlin hari ini, Edrea?"

Edrea berpikir kalau Jeanie yang memberitahu Theodore mengenai hal itu, tapi ia tidak mengerti kenapa Jeanie memilih untuk melakukannya.

"Memangnya harus?" tanya Edrea.

"Kita hanya bertemu dua kali selama kamu di Paris, Dre. Tujuan kamu ke Paris untuk menemuiku, bukan?"

"Tidak perlu terlalu percaya diri, Sir."

"That's the truth, Miss."

"Kalau tidak ada hal yang perlu dibahas lagi, aku akan pergi, Theo."

Edrea sudah bersiap untuk pergi ketika Theodore tiba-tiba menggenggam pergelangan tangannya sehingga membuat Edrea menghentikan langkahnya. Edrea lagi-lagi kaget dan ia semakin merasa kalau jantungnya akan keluar sekarang karena berdetak terlalu cepat.

"I need to tell you something."

Edrea kembali menatap Theodore dan memberikannya kesempatan untuk memberitahu apa yang ingin ia katakan, "ada apa?"

"Jeanie dan aku tidak akan menikah. Apa yang papanya Jeanie katakan di acara ulang tahun Jeanie kemarin adalah sebuah kesepakatan antara papaku dan papanya Jeanie beberapa tahun yang lalu, tapi kesepakatan dan rencana itu sudah dibatalkan karena Jeanie dan aku tidak saling mencintai. Aku akan menjelaskan lebih detail pada kamu di email yang akan aku kirimkan nanti. Kamu baca, ya?"

Edrea tidak menjawabnya, tapi ia mendengarkan perkataan Theodore sepenuhnya.

"Kamu baca dan kamu balas. Aku akan menunggu kamu membalas emailku, tapi jangan biarkan aku menunggu sampai tiga tahun lagi ya, Dre?"

Edrea menatap Theodore tapi ia masih belum memberikan jawaban. Panggilan terakhir yang ditujukan untuk para penumpang pesawat yang akan Edrea naiki terdengar melalui speaker bandara.

Theodore tersenyum hangat pada Edrea, "I know you hate my smile, but deep down, I know you really love my smile. I'll wait here until the plane you're in takes off, Edrea."

Theodore melepaskan genggamannya pada pergelangan tangan Edrea, dan Edrea menatapnya selama beberapa saat sebelum ia berbalik. Meskipun ia tidak mengatakan apa-apa, tapi baik Edrea maupun Theodore tahu mengenai perasaan mereka saat itu.

"See you, Dre. Have a safe flight, and je t'aime," ucap Theodore dengan keras ketika Edrea sudah berbalik dan berjalan menjauh, tapi tentu saja ia masih dapat mendengar teriakan Theodore dengan sangat jelas.

Edrea bersumpah kalau sekarang wajah dan telinganya sudah semakin memerah, dan ia bingung haruskah ia terbang atau haruskah ia tiduran saja di lantai bandara sambil menutup mukanya.

*.*.*

Retrouvaille ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang