Semua orang yang berada di meja makan—kecuali Jeanie dan Nicholas tentunya—terkejut dengan keputusan yang dibuat oleh Nicholas. Mereka terkejut, tapi sebenarnya mereka senang dengan keputusan itu.
"Kenapa, Nicholas? Hal apa yang bisa membuatmu membatalkan kesepakatan ini?" tanya Raphael yang duduk di sebelahnya.
"Saya menyadari kalau kesepakatan dan rencana yang saya buat dengan tujuan membuat Jeanie bahagia ternyata sebenarnya tidak bisa membuatnya menjadi lebih bahagia. Dengan selalu memutuskan pilihan yang seharusnya ia putuskan sendiri hanya membuat hubungan saya sebagai ayahnya dan Jeanie semakin renggang. Saya berpikir untuk membiarkan Jeanie memutuskan pilihannya sendiri. Perasaan tidak bisa dipaksakan. Dengan saya memaksa supaya Jeanie mencintai Theodore, dan Theodore mencintai Jeanie, saya hanya akan terlihat seperti merusak kebahagiaan mereka."
"Saya takut kalau Jeanie tidak bersama dengan seseorang yang mencintainya dan mau menerimanya apa adanya. Saya terlalu ragu dengan masa depan Jeanie. Dengan saya membuat kesepakatan dan rencana seperti ini berarti saya akan tetap membiarkan rasa takut dan ragu itu terus berada di dalam diri saya. Saya tidak ingin kalau Jeanie tidak bahagia dan terus menyembunyikan perasaannya dibalik keceriannya hanya karena saya yang terlalu pengecut dan penakut. Saya ingin, mulai dari sekarang, Jeanie sendiri yang memutuskan pilihannya," lanjut Nicholas sambil tersenyum hangat pada Jeanie.
Jeanie tersenyum pada Nicholas sambil berkata dengan pelan, "thank you so much, Pa."
Nicholas mengangguk pelan pada Jeanie dan melanjutkan ucapannya, "mengenai Adayana's Co. yang sebelumnya menjadi bagian dari kesepakatan ini, saya akan tetap memberikan salah satu anak perusahaan pada Theodore sepenuhnya. Saya melihat diri Raphael di dalam diri Theodore dan saya yakin kalau Theodore dapat mengelola anak perusahaan itu dengan baik."
"Apakah hal itu sudah Anda pikirkan dengan baik, Om?" tanya Theodore.
Nicholas tersenyum dan berkata, "tentu saja, Theodore. Saya sudah memikirkannya dengan baik. Saya ingin berterimakasih karena kamu sangat peduli pada Jeanie sekaligus karena kamu menjadi teman sekaligus kolega kerja yang baik untuknya. Juga, saya ingin berterimakasih karena kalian sudah membantu saya untuk sadar kalau yang saya lakukan dan rencanakan ini sama sekali tidak benar."
Semua yang berada di meja makan itupun tersenyum. Dominique tersenyum lebar pada suaminya itu sejak tadi, dan sekarang, ketika Nicholas sudah menyadarinya, ia membalas senyuman Dominique. Sudah lama sekali ia tidak melihat istrinya itu tersenyum. Ia berpikir untuk memeluk dan mencium istrinya itu nanti ketika semua orang sudah pulang dan mereka sudah berada di kamar tidur.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Raphael dan Elise. Elise tersenyum hangat sambil mengelus tangan suaminya di bawah meja makan. Raphael menatap Elise dan ia membalas senyuman Elise sambil menggenggam tangannya erat. Setelah hari-hari yang cukup berat yang mereka lewati belakangan ini, mereka ingin menggantinya dengan bersenang-senang ketika mereka sudah berada di rumah nanti.
*.*.*
"You did it, Theo!" teriak Jeanie sambil mengangkat kedua tangannya dan menatap Theodore dengan tatapan sangat senang ketika mereka sudah berada di taman rumah kedua orang tua Jeanie.
"No, Jeanie. We did it, not only me. Aku senang sekali," balas Theodore yang sama senangnya dengan Jeanie. Ia terus tersenyum sejak tadi.
Nicholas menghampiri mereka bersama dengan Raphael. Ia berdeham sehingga Theodore dan Jeanie langsung menoleh pada mereka.
"Papa, thank you, thank you so much," ucap Jeanie sambil berlari memeluk Nicholas. Itu adalah kali pertama Jeanie memeluknya. Nicholas kaget ketika Jeanie memeluknya terlalu kencang. Awalnya ia ragu apakah ia harus membalas pelukan Jeanie atau membiarkannya saja, tapi karena ia juga sangat senang ketika Jeanie memeluknya, ia pun membalas pelukan Jeanie.
"You're welcome, Jeanie. Papa senang kalau kamu senang seperti ini," balas Nicholas dengan berbisik di telinga Jeanie. Pelan-pelan ia pun mengusap kepala Jeanie dan mengabaikan rasa canggung yang ia rasakan.
Theodore menatap Raphael yang berdiri tepat di belakang Nicholas sambil tersenyum. Raphael yang menyadari kalau Theodore sedang menatapnya melihat ke arah Theodore dan membalas senyuman anaknya itu. Ia ingat kalau mereka sudah lama tidak tersenyum satu sama lain seperti yang mereka lakukan sekarang.
Theodore menghampiri Raphael dan ia juga melakukan hal yang sama seperti yang Jeanie lakukan pada Nicholas, yaitu memeluknya.
"Pa, aku juga ingin berterimakasih pada Papa," ucap Theodore ketika Raphael membalas pelukannya. Theodore sudah lama bersikap dingin pada Nicholas, tapi ia berharap mulai hari ini dan seterusnya, kehangatan di keluarga mereka kembali dan semuanya kembali sama seperti enam tahun yang lalu.
"No, Theo. I did nothing," balas Raphael yang tersenyum di sela-sela pelukan mereka.
"Even though you think you did nothing, I will think that you did something, Pa."
*.*.*
Raphael sedang duduk di tempat tidurnya dan Elise ketika istrinya itu juga bersiap-siap untuk duduk di sampingnya. Elise sedari tadi tersenyum pada Raphael dan meskipun umur Raphael tidaklah muda lagi, ia masih tetap merasa deg-degan ketika Elise sudah tersenyum dan duduk di sampingnya, tepatnya ketika mereka berdua duduk di tempat tidur seperti sekarang.
"Elise..." gumam Raphael.
"You did great, Raph. I know it," ucap Elise sambil memeluk Raphael dengan sangat erat.
"I did nothing, Elise. Aku tidak tahu kalau Nicholas akan membatalkan rencana itu dan mengatakannya kepada kita semua tadi," jelas Raphael yang bingung karena istri dan anaknya memujinya.
"Apapun itu, menurut aku kamu melakukan semuanya dengan sangat baik. You're such a good man, a good husband, a good father. Aku sangat menyukai itu, Raph," ucap Elise sambil menatap Raphael dengan kedua tangannya yang masih memeluk erat tubuh suaminya.
Raphael membalasnya dengan tersenyum dan berkata, "you too, Elise. Aku tidak pernah tidak merasa beruntung punya kamu di hidupku."
Elise tersenyum lagi, tapi kemudian dia cemberut dan bertanya, "apakah kamu tidak akan memelukku, Raph? Haruskah aku yang terus memelukmu seperti ini?"
Raphael mengubah posisi duduknya dan membuat tangan Elise terlepas dari tubuhnya. Ia menatap istrinya itu sambil tersenyum lebar dan jahil.
"Kamu yang memulainya, Elise."
*.*.*
Dominique sedang duduk di ranjang sambil membaca majalah fashion ketika Nicholas menghampirinya dengan piyama dan duduk di sampingnya. Meskipun Dominique sedang membaca, tapi ia tahu kalau suaminya itu akan melakukan sesuatu.
"Nicholas, aku memang bangga pada kamu dan senang dengan keputusan yang kamu ambil terhadap Jeanie dan Theodore, tapi bukan berarti aku harus mengikuti permainanmu sekarang. Aku sedang sibuk," ucap Dominique tanpa melihat suaminya sedikitpun.
"Kamu tidak sibuk. Siapa yang sibuk hanya karena ia sedang membaca majalah fashion?" tanya Nicholas.
"Aku."
"But it's been so long, Dom.."
"No, Nich."
"No?"
Dominique mengalihkan perhatiannya dari majalah fashion itu dan menatap Nicholas. Perlahan-lahan ia mulai tersenyum, lalu meletakkan majalah itu di nakas, dan mulai membaringkan dirinya di tempat tidur.
"May I kiss you, Dom?"
Tidak ada jawaban dari Dominique dan ia menahan senyumnya dibalik selimut tebal.
"Baiklah, berarti aku boleh menciummu dari sekarang sampai besok dan besoknya lagi."
*.*.*
KAMU SEDANG MEMBACA
Retrouvaille ✔️
RomanceCOMPLETED. The joy of meeting or finding someone again after a long separation. "Aku sekarang lagi di Paris, Theo." Edrea mendapat cuti dari kantornya sehingga ia memutuskan untuk pergi liburan ke Paris. Ia berharap bertemu dengan seseorang yang di...