Edrea
"Oh ya? Kenapa cepat sekali, Dre? Ini bahkan belum benar-benar sebulan, lho."
Ya, memang benar kalau aku belum benar-benar sebulan berada di Paris seperti yang aku katakan pada Jeanie dan Theo waktu itu. Hanya kurang beberapa hari lagi untuk tepat sebulan. Kemarin manajer kantorku menelepon dan mengatakan kalau ada dua proyek besar yang harus diselesaikan dengan cepat. Proyek itu adalah acara peresmian sebuah gedung perkantoran dan acara pernikahan salah satu artis ternama. Meskipun kantorku memiliki banyak karyawan selain aku, tapi manajerku sangat yakin kalau aku bisa menangani kedua proyek itu dengan sangat baik sehingga ia memintaku untuk kembali ke Berlin untuk mempersiapkan beberapa hal mengenai kedua proyek itu. Lalu, selain urusan pekerjaan, Karla—adikku—menelepon juga kemarin dan mengatakan kalau Mama demam. Karla kesusahan kalau mengurus Mama hanya seorang diri sehingga ia memintaku untuk kembali ke Berlin.
"Aku memiliki beberapa urusan mendadak yang harus diurus dan diselesaikan dengan cepat, Jeanie."
"Oh begitu. Pukul berapa penerbanganmu, Dre?"
"Pukul 12 siang besok."
"Mau aku antar ke bandara?"
"Tidak perlu, Jeanie. Aku tidak mau merepotkanmu."
"Apakah kamu sudah memberitahu Theo mengenai hal ini?"
Aku bingung kenapa Jeanie bertanya begitu padaku. Aku pikir tidak ada pentingnya memberitahu Theo kalau aku akan kembali ke Berlin besok.
"Tidak, Jeanie. Kenapa harus?"
Jeanie tidak menjawab pertanyaanku itu dan kami hanya diam selama beberapa saat.
"Oh, tidak apa-apa, Dre. Kalau begitu, have a safe flight. Aku sangat senang berteman denganmu. Oh ya, maaf kalau aku tidak menghubungimu selama beberapa hari kemarin karena aku sedikit sibuk. Aku harap kita akan kembali bertemu, Dre," ucap Jeanie setelah berselang beberapa menit.
"Thank you, Jeanie. Aku juga sangat senang berteman denganmu. Terima kasih juga karena kamu sudah menemaniku beberapa kali untuk berjalan-jalan. Ya, aku juga berharap kalau kita akan bertemu lagi nantinya."
*.*.*
Theodore
Aku sedang duduk di sofa sambil menonton televisi ketika handphoneku tiba-tiba berdering dan menandakan ada telepon masuk.
"Hai, Theo," sapa Jeanie ketika aku baru saja mengangkat telepon masuk darinya.
"Halo, Jeanie. Ada apa?" tanyaku.
"Ada informasi terhangat tentang Edrea. Kamu mau aku beritahu?"
Aku langsung memperbaiki posisi dudukku yang tadinya bermalas-malasan di sofa menjadi tegak seperti aku baru saja dimarahi oleh guru ketika aku masih bersekolah dulu.
"Informasi apa, Jeanie?"
"Santai saja, Sir. Jangan terburu-buru seperti sedang dikejar hantu. Edrea akan kembali ke Berlin besok."
Aku kaget. Iya, tepatnya sangat kaget. Aku berpikir kalau belum tepat sebulan Edrea berada di Paris dan besok ia akan kembali ke Berlin. Aku berpikir kalau aku harus menemuinya hari ini atau besok. Atau hari ini dan besok. Tidak, aku tidak boleh menunggu sampai tiga tahun lamanya untuk kembali bertemu dengan Edrea.
"Pukul berapa penerbangannya, Jeanie? Apakah kamu tahu?"
"Tentu saja aku tahu, Sir. Aku baru saja menelepon Edrea sebelum meneleponmu sekarang. Ia berkata kalau penerbangannya besok pukul 12 siang, so you'd better meet her before it's too late, Sir."
"Oke, aku akan menemuinya. Pasti."
"Good luck, Theo. Beritahu aku semua kabar baikmu dan Edrea karena aku sangat menunggunya."
"Thank you, Jeanie."
"My pleasure, Theo."
Baiklah, aku akan menemui Edrea besok. Aku akan bangun pagi-pagi sekali dan langsung menuju ke bandara. Aku memilih untuk menemuinya besok karena—aku tidak tahu. Satu hal yang pasti adalah, aku akan bertemu dengan Edrea besok dan aku harus yakin dengan hal itu.
*.*.*
KAMU SEDANG MEMBACA
Retrouvaille ✔️
Любовные романыCOMPLETED. The joy of meeting or finding someone again after a long separation. "Aku sekarang lagi di Paris, Theo." Edrea mendapat cuti dari kantornya sehingga ia memutuskan untuk pergi liburan ke Paris. Ia berharap bertemu dengan seseorang yang di...