Theodore
"I just don't want to be a burden to anyone and you, Theo."
"What do you mean?"
"Apakah kamu akan tetap menganggap dan melihatku sebagai Jeanie yang kamu tahu dan kenal kalau aku memberitahumu mengenai hal ini?"
"Kenapa tidak?"
"Delapan tahun yang lalu, aku menjalani operasi pengangkatan rahim karena Menorrhagia yang cukup berat yang aku alami. Kamu tahu, kan, kalau aku tidak mungkin bisa hamil dan memberikan keturunan karena rahimku yang sudah diangkat? Aku hanya tidak mau merepotkan dan menjadi beban untuk siapapun, Theo."
Aku memilih untuk berada di apartemenku saja hari ini. Aku kembali mengingat tentang pembicaraanku dengan Jeanie tadi malam, dan aku mulai menemukan titik terang mengenai alasan Papa dan Papanya Jeanie ingin sekali aku menikah dengan Jeanie, meskipun sebenarnya aku juga tidak terlalu yakin dengan pemikiranku itu.
Aku sendiri tidak akan menjadikan dan memikirkan hal tersebut sebagai masalah yang besar kalau Jeanie adalah pasanganku, tapi aku sama sekali tidak memiliki perasaan seperti itu untuknya. Aku menyayanginya sebagai seorang sahabat dan menganggapnya seperti adikku sendiri. Apakah ini adalah alasan orang tua kami untuk membuat rencana pernikahan itu? Tapi kenapa harus aku? Jeanie deserves someone better than me. Dia layak mendapatkan seseorang yang mencintainya tanpa memikirkan dan menjadikan kekurangannya sebagai masalah yang besar dan penghalang untuk mencintainya. Bukankah setiap orang akan sulit untuk menemukan kebahagiannya kalau harus menghabiskan seluruh hidup dan waktunya bersama dengan seseorang yang tidak ia cintai? Kalaupun ada orang yang bisa menemukan kebahagiaannya dalam hal itu, mungkin tidak banyak dan butuh proses yang cukup lama.
Aku tidak mau kalau Jeanie bersama dengan seseorang yang tidak bisa mencintai, menyayangi, dan menerimanya apa adanya. Aku pikir, seseorang itu juga harus bisa meyakinkan Jeanie untuk tidak berpikiran kalau dia akan merepotkan dan menjadi beban untuk siapapun. Jeanie adalah sosok yang ceria dan percaya diri sehingga jika ia bisa berpikiran kalau dirinya akan merepotkan dan menjadi beban untuk orang lain, maka hal itu memang benar-benar dirasakannya dan akan sangat sulit untuk menghilangkan pemikiran tersebut dari dalam dirinya.
Handphoneku tiba-tiba berdering dan menandakan ada pesan masuk — dari Jeanie.
Jeanie: Hey Theo!
Jeanie: Aku berpikir kalau kamu ingin mendapatkan nomor teleponnya Edrea.
Jeanie: Should I give it to you?
Jeanie: Aku tahu kalau kamu tertarik dengannya. Bukan begitu, Sir Theodore Kenrick?
Edrea. Nomor teleponnya. Aku ingat kalau aku pernah punya nomor telepon Edrea. Tapi aku yakin kalau pesan singkat yang pernah aku kirimkan pada Edrea sudah tenggelam bersama dengan ribuan pesan masuk yang berada di handphoneku. Email yang baru dikirimkannya seminggu yang lalu saja sudah tenggelam diantara ratusan email di inboxku, apalagi pesan singkat tiga tahun yang lalu?
Edrea dan aku memang tidak pernah berkomunikasi lagi setelah aku kembali ke Paris tiga tahun yang lalu. Terakhir kali aku mengirimkannya pesan singkat adalah ketika aku memberitahunya kalau aku baru saja mengirimkannya email. Dari sejak itu, email maupun pesan singkat itu tidak pernah dibalas oleh Edrea, dan aku tidak tahu alasannya tidak membalas. Aku lupa menanyakan hal tersebut semalam karena aku terlalu asyik menganggu dan menggodanya. Raut wajah Edrea yang memerah karena tersipu selalu terlihat lucu dan menggemaskan.
Baiklah, aku sekarang menjadi tersenyum-senyum sendiri di apartemenku memikirkan Edrea. Aku berumur tiga puluh tahun, tapi kenapa aku bersikap seperti anak remaja yang sedang mengalami cinta monyet?
Aku pun membalas pesan masuk dari Jeanie.
Theodore: Hey Jeanie!
Theodore: Bagaimana kamu tahu kalau aku tertarik dengan Edrea?
Thedore: Jangan sok tahu, Miss Jeanie Adayana.
Tidak sampai sepuluh detik, Jeanie sudah membalas pesanku.
Jeanie: Hey, aku tidak sok tahu, Theo!
Jeanie: Kamu mau atau tidak? Kalau kamu tidak mau, aku tidak perlu repot-repot memberikannya padamu.
Jeanie: Well, aku akan memberikan nomor telepon Edrea padamu pun dengan satu syarat.
Theodore: Apa?
Jeanie: Berarti kamu mau mendapatkan nomor telepon Edrea, bukan?
Jeanie: Baiklah, syaratnya adalah...
Jeanie: Jeng jeng jeng...
Jeanie: You must tell me your feelings toward her.
Theodore: Haruskah aku meneleponmu sekarang untuk memberitahumu?
Jeanie: Wah, kamu sangat terburu-buru, Sir.
Jeanie: Jangan terlalu menunjukkan perasaanmu seperti itu. Kamu belum memberitahu apa-apa padaku.
Theodore: Aku akan memberitahumu, Jeanie.
Theodore: Tapi tidak melalui pesan singkat seperti ini. Capek sekali aku mengetik panjang lebar.
Jeanie: Meet me at your favorite coffee shop then, Sir.
Jeanie: I'm waiting you here.
*.*.*
KAMU SEDANG MEMBACA
Retrouvaille ✔️
RomanceCOMPLETED. The joy of meeting or finding someone again after a long separation. "Aku sekarang lagi di Paris, Theo." Edrea mendapat cuti dari kantornya sehingga ia memutuskan untuk pergi liburan ke Paris. Ia berharap bertemu dengan seseorang yang di...