Theodore
Handphoneku berdering menandakan ada telepon masuk ketika pertemuan dengan para kolega perusahaan baru saja selesai dilaksanakan.
"Halo Jeanie, ada apa?" tanyaku sesaat setelah mengangkat sambungan teleponnya.
"Hai Theo. Apakah kita bisa mulai menyusun rencananya sore ini? Apakah hari ini jadwalmu sangat padat?" balasnya.
"Aku akan mengabarimu nanti, Jeanie."
"Oke, Theo."
Sambungan telepon pun diputus oleh Jeanie. Aku segera berjalan menuju ke meja kerja Ester untuk menanyakannya mengenai jadwalku hari ini dan seminggu ke depan.
Ketika Ester, sekretarisku, sudah memberikan buku mengenai jadwal-jadwal pertemuan dengan para kolega perusahaan padaku, aku segera membacanya secara cepat dan aku menyimpulkan kalau jadwalku untuk hari ini bisa dibilang cukup padat, begitupun untuk seminggu ke depan.
"Apakah jadwal pertemuan saya untuk hari ini dan seminggu ke depan ada yang bisa ditunda ke lain hari?"
"Ada beberapa, Sir, tapi lebih banyak yang tidak bisa ditunda karena beberapa dari mereka meminta pertemuannya sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan, dan bahkan ada yang meminta pertemuannya dipercepat."
"Baiklah, kamu ubah semua jadwal pertemuan dengan kolega perusahaan yang tidak bisa ditunda dan yang meminta dipercepat menjadi hari ini dan dua hari ke depan. Jangan lupa untuk mengabari mereka."
"Tapi ada sangat banyak jadwal pertemuan, Sir. Apakah Anda benar-benar ingin saya mengubahnya dan mengaturnya kembali?"
"Ya, Ester. Lakukan secepatnya supaya waktu tidak terbuang sia-sia."
Aku tahu kalau jadwalku untuk hari ini sampai dua hari ke depan akan menjadi sangat padat, tapi aku harus menyelesaikan semuanya dengan cepat supaya waktu tidak terbuang dengan sia-sia seperti yang kukatakan pada Ester tadi.
Sesampainya di ruangan kerjaku, aku menelepon Jeanie kembali dan pada nada sambung kedua, dia sudah mengangkatnya.
"Hai Theo, bagaimana? Apakah kamu sangat sibuk hari ini?"
"Jeanie, jadwalku akan sangat padat karena aku mengubah semua jadwal pertemuan dengan kolega perusahaan yang tidak bisa ditunda menjadi hari ini sampai dua hari ke depan, jadi kita baru akan bisa mulai menyusun dan melakukan rencana itu di beberapa hari ke depan. Apakah kamu bisa menunggu?"
"Tentu saja bisa, Theo. Baiklah kalau begitu, bagaimana kalau aku membantu untuk menyusun rencananya terlebih dulu karena saat ini aku juga punya sedikit waktu luang? Setelah aku melakukannya, akan aku beritahukan padamu."
"Boleh, Jeanie. Kamu tidak masalah melakukannya sendiri dulu?"
"Tidak, Theo. Kamu santai saja, rencana ini adalah untuk kita berdua. Kita harus saling membantu, kan?"
"Terima kasih, Jeanie."
"Tidak perlu berterima kasih, Theo, kan sudah aku bilang kalau rencana ini untuk kita berdua."
Aku tersenyum kecil selama beberapa saat lalu melanjutkan, "Jeanie, Mamaku setuju untuk membantu rencana ini."
"Oh ya? Apakah kamu memberitahu beliau semalam? Bagus kalau begitu, Theo. Kita tidak perlu melakukannya berdua saja, tapi kita punya Tante Elise untuk membantu."
*.*.*
Setelah menutup sambungan telepon dengan Theodore, Jeanie langsung mengambil buku jurnalnya dan mulai menyusun rencana yang akan dilakukannya bersama dengan Theodore dan Elise. Ia sangat senang karena ia tidak perlu melakukan rencana itu berdua saja dengan Theodore, tapi Elise juga akan membantu mereka.
Andai saja Mama juga mau ikut membantu, pikir Jeanie, tapi ia segera kembali meyakinkan dirinya untuk tidak bersedih hanya karena hal itu. Jeanie meyakinkan dirinya sendiri untuk berpikir optimis kalau rencana yang dibuatnya bersama dengan Theodore akan berhasil dan dia tidak perlu menikah dengan seseorang yang tidak ia cintai. Sama dengan Theodore, Jeanie juga menganggap dan menyayangi Theodore sebagai seorang sahabat dan kakak. Ia tidak bisa melihat dan menganggap Theodore lebih daripada itu, juga ia tidak akan pernah melakukannya.
Jeanie kembali tersenyum dan mengabaikan perasaan sedih yang ia rasakan tadi, lalu mulai menulis di buku jurnalnya. Diam-diam, ia merasa kalau dirinya sangat keren saat ini.
*.*.*
KAMU SEDANG MEMBACA
Retrouvaille ✔️
RomanceCOMPLETED. The joy of meeting or finding someone again after a long separation. "Aku sekarang lagi di Paris, Theo." Edrea mendapat cuti dari kantornya sehingga ia memutuskan untuk pergi liburan ke Paris. Ia berharap bertemu dengan seseorang yang di...