bab 39

191 23 0
                                    

"Theodore?" panggil Nicholas ketika ia sudah duduk di ruang tunggu bersama dengan Theodore.

"Ya, Om?"

"Apakah kamu tahu alasan atau penyebab kenapa keadaan Jeanie bisa seperti ini?"

"Tidak, Om." Theodore bisa saja memberitahu Nicholas kalau Jeanie telah mengemudi mobilnya dengan kecepatan sangat tinggi—meskipun ia tidak mengerti kenapa Jeanie melakukan hal itu—tapi ia memilih untuk tidak mengatakannya.

Mungkin Papanya Jeanie juga tidak tahu kalau Jeanie akan melakukan hal seperti itu, pikir Theodore.

"Theodore, apakah kamu tidak ingin membicarakan sesuatu pada saya?" tanya Nicholas sambil menatap Theodore yang duduk beberapa kursi terpisah dengannya.

"Sebenarnya ada, Om, tapi mungkin Anda sendiri juga sudah tahu apa yang ingin saya bicarakan."

"Just say it, Theodore—bahkan ketika saya mungkin sudah mengerti apa yang ingin kamu bicarakan."

Theodore kali ini menatap Nicholas dengan bingung meskipun Nicholas sudah tidak lagi menatapnya dan lebih memilih untuk menatap sepatunya.

"Saya ingin membicarakan mengenai kesepakatan yang Om buat dengan Papa saya."

"Ya, katakan saja apa yang ingin kamu katakan, Theodore. Saya akan mendengarkannya."

Theodore diam untuk beberapa saat sebelum ia kembali melanjutkan, "Om, apakah saya bisa menolak untuk menikah dengan Jeanie?"

Theodore tiba-tiba terpikir untuk menjalankan dan menyelesaikan rencana yang ia buat bersama dengan Jeanie sendirian saja. Ia berpikir kalau dengan keadaan Jeanie yang seperti ini tidak memungkinkannya untuk ikut melakukan rencana itu. Lagipula ia tidak ingin Jeanie terlalu memusingkan mengenai hal yang menyangkut tentang kesepakatan Nicholas dan Raphael, juga tentang rencana mereka. Theodore berpikir kalau ia harus menyelesaikan semuanya sebelum Jeanie sadar dan keadaannya membaik.

"Theodore, mungkin kamu adalah orang ketiga yang saya beritahu mengenai hal ini. Orang pertama tentu saja Dominique, orang kedua adalah Raphael, dan orang ketiga adalah kamu. Saya tidak akan memberitahu hal ini pada Jeanie."

Theodore mendengarkan ucapan Nicholas dan menunggunya untuk melanjutkannya.

"Saya membuat kesepakatan itu beberapa tahun yang lalu bukan karena saya ingin kalian menikah tanpa alasan. Tentu saja saya ingin kalian bahagia dengan pilihan kalian masing-masing dan tidak disulitkan dengan pilihan seperti ini. Mungkin kamu juga sudah tahu kalau Jeanie pernah mengalami Menorrhagia yang cukup berat dan yang mengharuskannya untuk menjalani operasi pengangkatan rahim beberapa tahun yang lalu. Saya berpikir kalau mungkin saya sangat salah karena melibatkan kamu dengan hal seperti ini, tapi saya sendiri sangat takut dan ragu, Theodore."

"Saya takut dan ragu apakah Jeanie akan bersama dengan seseorang yang dapat mencintainya dan menerimanya apa adanya atau tidak nantinya. Saya berpikir kalau kamu dapat melakukan hal itu untuknya. Mungkin di awal kalian berdua sulit untuk saling mencintai ataupun bahagia, tapi siapa yang tahu di akhirnya? Saya ingin kalian mencoba membuka hati kalian masing-masing dan belajar untuk mencintai satu sama lain. Apakah kedua hal itu sangat sulit untuk kalian lakukan?" lanjut Nicholas.

Theodore tersenyum pada Nicholas dan ia pun memberikan tanggapannya.

"Saya juga sudah membicarakan hal ini pada orang tua saya kalau keadaan Jeanie yang seperti itu tidak akan menjadi sesuatu yang besar kalau saya mencintai Jeanie. Tapi, untuk apa kalau Jeanie tidak menikah dengan seseorang yang dia inginkan dan yang dia cintai? Kalau Jeanie boleh memilih untuk dicintai dan mencintai, dan ia juga boleh memilih untuk bahagia sejak awal sampai seterusnya, kenapa ia harus memilih untuk tidak dicintai dan mencintai, juga tidak bahagia di awal, Om? Jeanie deserves to love and to be loved, and to be happy from the very beginning."

"Dengan melakukan hal seperti ini akan sama saja dengan Om membiarkan perasaan tidak menyenangkan seperti itu terus bercokol dalam diri. Saya mengerti dengan perasaan Om karena jika saya yang berada di posisi Om sebagai orang tua Jeanie, saya juga akan merasakan hal yang sama. Selalu ada berbagai cara untuk Om bisa membuat Jeanie bahagia—selain cara ini tentunya. Jangan biarkan perasaan tidak menyenangkan itu terus mengontrol diri Om sendiri. Apakah menurut Om dengan melakukan hal seperti ini akan membuat perasaan tidak menyenangkan itu akan hilang begitu saja dan tidak akan kembali lagi? Saya pikir tidak. Perasaan seperti takut, ragu, pesimis, dan tidak percaya diri itu manusiawi. Semua orang bisa merasakannya. Saya berharap kalau Om tidak membiarkan dan membuat perasaan seperti itu terus mengontrol dan membatasi diri Om," lanjut Theodore.

Nicholas tidak memberikan tanggapan apapun pada Theodore. Ia memilih untuk diam dan mencerna setiap kata-kata Theodore.

"Saya permisi dulu, Om. Kalau ada kabar mengenai keadaan Jeanie, apakah Om boleh memberitahu saya?" tanya Theodore sambil bersiap-siap untuk pulang.

"Tentu, Theodore. Terima kasih karena kamu sudah peduli dengan Jeanie," balas Nicholas sambil tersenyum pada Theodore.

"Sama-sama, Om."

*.*.*

Retrouvaille ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang