Dreams|Bagian Satu

424 39 3
                                    

Aku berada di tempat ini lagi. Tempat asing yang sudah kukunjungi dua kali. Mimpiku terasa nyata di tempat ini. Setiap adegan yang kulalui dan jalani terasa benar-benar terjadi.

Pertama kali aku terbangun di tempat ini, aku shock hingga membuatku tak sadarkan diri, dan akhirnya terbangun di tempat seharusnya aku berada---di rumahku, di kamarku, di kehidupan nyataku.

Di tempat ini, berbanding terbalik dengan kehidupan nyataku. Jika nyatanya aku adalah seorang gadis malang yang penuh dengan penderitaan, maka di tempat ini, aku adalah seorang gadis beruntung yang dikelilingi kasih sayang.

"Kamu sudah bangun sayang?" tanya seorang wanita paruh baya yang baru
saja masuk ke dalam kamar yang sedang kutempati.

Ia membawa nampan berisi obat, bubur, dan air putih. Wanita itu duduk di sebelahku---di sisi ranjang yang kosong, setelah meletakkan nampan yang ia bawa di meja yang ada di kamar itu.

Ia mendekat ke arahku, mengelus pucuk kepalaku, membelai rambut panjangku. Aku yang mendapat perlakuan seperti itu, hanya dapat memandang ke arahnya dengan tatapan kebingungan.

"Kamu makan dulu yah. Setelah itu minum obat," ucapnya.

Ia meraih nampan itu, membawanya ke atas pangkuannya, mengambil sendok, lalu menyuapiku. Sedangkan aku seolah terhipnotis menerima suapannya dengan membuka mulutku.

Setelah buburnya kuhabiskan, ia memberiku segelas air putih, memberiku beberapa butir obat dengan bentuk dan warna yang berbeda. Lagi lagi aku menerimanya, dan menelan semuanya.

"Tumben nurut. Biasanya gak, " kekeh wanita paruh baya itu.

Selepasnya, ia menuntunku berbaring, lalu sepertinya dia akan pergi---keluar dari kamar yang kutempati.

Buru-buru aku bangkit, kuraih lengannya, membuatnya tentu saja berbalik.

"Anda siapa?" tanyaku hati-hati.

"Kamu kenapa sayang? Ini mama! Mama kamu!" tanyanya, lalu menjelaskan.

Dapat terlihat dari raut wajahnya, bahwa ia sangatlah khawatir. Ia melepas genggaman tanganku pada lengannya, lalu segera keluar dari kamar itu. Aku menatapnya bingung, aku tak tahu apa yang terjadi di sini.

Kuputuskan untuk menyusulnya. Namun sebelumnya, aku mencari lemari yang ada di kamar itu, tapi yang kudapatkan adalah sebuah walk in closet---sebuah ruangan yang hanya pernah kulihat di salah satu serial K-Drama favoritku.

Aku telusuri seluruh isi dari walk in closet tersebut, tapi aku tak menemukan yang kucari. Pakaian panjang dan hijab untuk menutup auratku. Yang ada hanyalah, pakaian-pakaian pengumbar aurat dengan semua barang-barang wanita bermerek lainnya.

Sehingga kuputuskan untuk memakai dress panjang hingga mata kaki tanpa lengan, yang kupadukan dengan sweeter. Untuk menutupi mahkotaku, kugunakan syal yang kubentuk layaknya hijab pasminah.

Sebenarnya, aku agak ragu untuk menggunakan barang-barang ini, takutnya yang punya marah. Namun, mau tidak mau harus kugunakan. Aku butuh penjelasan.

Dilihat dari nuansa kamar dan isi walk in closet tadi, dapat kutebak bahwa pemilik kamar ini adalah perempuan glamor yang cantik nan seksi.

Selesai memandang diriku di depan meja rias yang ada di sana, aku berjalan ke arah pintu. Kubuka pintu dan melangkah keluar. Kupandangi seluruh penjuru, kemewahan yang kudapat. Kelihatannya rumah ini bergaya Eropa. Rumah yang lagi lagi hanya pernah kulihat di dalam drama Korea yang pernah kutonton.

Aku sempat termagu, terpana akan kemewahan yang di sajikan rumah ini. Hingga terus kulangkahkan kakiku, sampai aku menemukan sebuah tangga yang sepertinya mengarah ke ruangan lain di rumah ini.

Dreams ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang