MtW 18 - Insiden

3.2K 383 13
                                    

Tap vote udah yaaa 🌟

Enjoy

.
.
.

♏️♏️♏️

Bangun lebih awal ketika hari telah berganti. Weekend kali ini berencana untuk membersihkan apartemen yang mulai kutinggali sejak semalam, karena jarang ditinggali membuat perabotan dan sudut ruangan terlihat kotor.

Memakai kaos kebesaran yang kutemukan disalah satu lemari di kamar tidur setelah meminta izin sebelumnya kepada sang empunya.

Apartemen satu lantai ini mempunyai dua kamar tidur, sebuah dapur dengan minibar, dan ruang makan. Ruang tamu yang hanya disekat dinding yang tidak terlalu lebar, serta sebuah laundry room yang tidak terlalu luas.

Begitu pertama kali memasuki apartemen ini terlihat sekali sentuhan Pak Tama disetiap sudutnya. Dominasi cokelat dan cream dengan ornamen kayu terasa hangat disetiap mata memandang.

Meneguk air dingin dari kulkas setelah merasa cukup menyelesaikan kegiatan bersih bersih pagi ini. Kulkas dengan tipe side by side yang besar ini terasa kosong, yang ada hanya jejeran botol air mineral dan tidak ada bahan makanan sama sekali baik di dalam kulkas maupun di kabinet dapur.

Tidak lama pintu apartemen terbuka dan memunculkan sosok Pak Tama. Pagi ini ia mengenakan outfit yang lebih kasual, kaos polo dan celana khaki memeluk sempurna tubuhnya. Sedangkan aku masih kucel setelah berkeringat yang hanya sempat mencuci muka setelah bangun tidur.

Pagiku begini amat?

"Pagi Nad?" sapanya sambil meletakkan beberapa kantung plastik di atas meja makan.

"pagi Pak" sapaku kembali kepadanya yang kini meletakkan sebuah paper bag disampingku.

"baju ganti buat kamu" katanya sambil mendekatkan paper bag kearahku.

"hah?" jawabku spontan.

"kamu kan gak bawa baju ganti" jelasnya singkat.

Mataku terbelalak sempurna setelah melihat isi dari paper bag tersebut, sebuah floral dres dan pakaian dalam. Aku melihat Pak Tama dengan tatapan horor.

"kenapa kamu memandang saya seperti itu?" tanya Pak Tama seakan memahami raut wajahku yang menimbulkan tanda tanya.

Aku masih diam dengan memandang horor paper bag yang baru saja kulihat isinya.

"itu Mama yang bawain, aku bilang kalau kamu seukuran sama Sherin. Gak tau isinya apa saja" jelasnya yang membuat nafasku sedikit lebih lega.

Aku tersenyum kepadanya,

"kok bisa Pak Tama minta bawain begini?" tanyaku saat Pak Tama mengambil satu botol air dingin dari kulkas.

"semalam kamu pinjam kaus buat tidur, jadi otomatis untuk hari ini kamu gak ada baju ganti. Mau pakai baju kantor yang kemarinpun pasti sudah gak nyaman" jelasnya panjang lebar.

Benar juga, hari ini pun ada janji mau lihat kosan untuk tempat tinggalku mulai bulan depan. Tidak akan keburu kalau harus pulang ke kontrakan, apalagi jika Dito sudah menungguku disana, bisa lebih lama lagi.

More Than Words [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang