MtW 34 - Lunch

2.2K 302 12
                                    

Tap votesnya dulu boleh??? 🌟

Enjoy

.
.
.

♏♏♏

Kembali ke Surabaya menjadi pertanda kembali juga pada rutinitas semula. Selasa pagi seperti biasa bangun kemudian menyiapkan setelan yang akan kugunakan hari ini juga menyiapkan keperluanku seharian ini untuk dimasukkan ke dalam sebuah sling bag. Kemudian menyiapkan menu sarapan yang simpel seperti omelet atau roti telur ditambah dengan milo cokelat kesukaanku.

Semalam tiba di stasiun Gubeng dengan dijemput Mas Tama, ia menyempatkan untuk menjemputku sebelum pagi ini ia akan terbang ke Jakarta karena ada panggilan terkait lanjutan meeting kemarin yang belum juga selesai.

"Pagi Mas..." sapaku ketika mendengar dering kedua panggikan masuk dari Mas Tama.

"Pagi juga sayang..." sapanya kepadaku.

Rasanya harus mulai terbiasa dengan panggilannya kepadaku terhitung sejak di Jogja kemarin.

"Kamu udah berangkat?" Tanyaku kepadanya.

"On the way... udah masuk tol bandara" jawabnya.

"Pagi sekali... kamu bawa mobil sendiri?" Tanyaku.

"Diantar sama supirnya Mama, gak bawa mobil ke Bandara karena takut nanti agak lama di Jakarta" jelasnya yang membuatku mengangguk mengerti.

"Yaudah, kamu hati hati ya Mas. Semoga urusannya cepat selesai" ujarku kepadanya.

"Iya, kamu juga hati hati berangkatnya ke kantor" pesan Mas Tama.

Tidak lama panggilan kami terputus dan segera meraih handuk kemudian melanjutkan aktifitas untuk membersihkan diri dan bersiap untuk berangkat ke kantor.

Semalam Mas Tama sempat mengeluh karena ia mendapat panggilan dari kantor pusat yang berada di Jakarta. Seperti biasa, jabatan barunya memaksa untuk segera menyelesaikan masalah ini secepat mungkin. Hingga intensitas pertemuan kami mulai berkurang, dan aku berusaha untuk memakluminya karena ia mempunyai tanggung jawab yang besar dalam pekerjaannya. Disisi lain aku tidak mau menjadi seorang yang wanita posesif yang sering menuntut seperti hal nya waktu kebersamaan kami yang harus terbagi dengan pekerjaan.

***

Seperti yang direncanakan ketika meet up kemarin bersama Rendi dan Wilda, kini berlanjut dengan agenda makan malam bersama yang akan dilaksanakan minggu depan disalah satu restoran fancy di kawasan ciputra World.

Kali ini dipusingkan dengan dress code yang harus kupakai karena tidak mempunyai banyak koleksi untuk acara yang fine dining seperti itu. Walaupun ini makan malam dengan kedua sahabatku namun faktor tempat juga menjadi alasan untuk berpakaian yang sesuai.

"Nyari apa Nad?" Tanya mbak Laras saat aku sedang menscrol beberapa model baju disalah satu situs belanja online.

"Nyari dress buat dinner mbak" jawabku denhan masih fokus pada layar ponsel.

"Mau ngedate nih? Sama siapa sekarang? Kok gak kabar kabar punya pacar baru?" Tanya mbak Laras bertubi ketika ia sudah berada di sampingku sambil melihat layar ponselku.

Seperti biasa, mbak Laras selalu kepo.

"Bukan ngedate sama pacar, ini reuni temen kuliah kok" jawabku santai.

"Sini sini, aku pilihin. Aku ada beberapa market place yang worth it kalau masalah dress. Tinggal sebutin model dan budget aja" kata mbak Laras sambil merebut ponselku.

"Pilihin yang pantes aja mbak, cuma acara sama temen aja kok. Jangan yang terlalu heboh banget" ujarku.

"Itu temen kamu crazy rich dari mana sih? Ngajakin makan aja ke restoran fancy?" Tanya mbak Laras yang kini sedang mengetik salah satu market place.

"Habis promo jabatan dia. Ditagih sama temenku satunya terus pilih restoran fancy sekalian. Padahal kalau aku dibawa ke bakmi GM aja udah cukup sih" jelasku sambil terkekeh.

"Idih, kok pilih menu bakmi GM sih? Iya gak apa apa sekali kali fine dining" kata mbak Laras dengan melirikku sekilas kemudian kembali pada ponselku yang mulai menampilkan beberapa model dress.

"Gimana mbak? Cariin yang dress modelan formal sama yang semi formal gitu. Nanti aku tanyain dress codenya apa? Jangan mahal mahal parah tapi" ujarku disela kesibukan mbak Laras dengan ponselku.

"Iya iya..." jawabnya dengan masih fokus kearah layar ponsel.

Setelah mempunyai beberapa pilihan yang ditawarkan oleh mbak Laras tinggal menanyakan pada Rendi dan Wilda untuk dress code yang digunakan untuk dinner minggu depan. Beres.

***

Siang harinya ketika jam istirahat tiba satu divisi diajak oleh Pak manager ke salah satu restoran siap saji yang terdekat di kawasan kantor. Jaraknya cukup melewati satu lampu merah dan menggunakan dua mobil untuk membawa kami semua ke tempat yang dituju.

"Kalian bisa pesan apa aja untuk makan siang kali ini" ujar Rendi kepada teman satu divisi sebelum satu persatu menyebutkan menu kemudian ditulis oleh waiters restoran.

"Dalam rangka apa nih ada traktiran begini?" Tanyaku dengan lirih pada Rendi.

Kali ini Rendi memintaku untuk mengambil tempat duduk disampingnya.

"Buat nyenengin karyawan kan dapat pahala" ujarnya sambil terkekeh.

Aku mencibirnya dan ternyata ada yang melihat gelagat kami yang bisa dikatakan dekat satu sama lain. Terlebih sejak berangkat tadi Rendi terang terangan memintaku untuk satu mobil dengannya, lebih spesifiknya berada dikursi samping kemudinya.

"Pak Rendi dekat ya sama Nadia" tanya salah seorang karyawan yang melihat kami sejak tadi.

"Ohya? Sangat kelihatan ya..." jawab Rendi yang semakin menimbulkan rasa penasaran pada yang lainnya.

Aku melirik tajam kearahnya dan semakin menarik perhatian teman satu divisi untuk melihat kearah kami berdua.

"Pak Rendi juga terlihat akrab dengan Wilda, seperti sudah kenal lama" kali ini Mas Eko yang berkata.

Rendi mengangguk sekali kemudian tersenyum sekilas kepadaku dan kujawab dengan tatapan memelas dan tidak habis pikir dengan kalimat berikutnya yang keluar dari mulut Rendi.

"Kami teman kuliah, satu kampus dan kami memang dekat" jawabnya yang sangat sangat tenang.

Aku tidak bisa membayangkan bagaimana hebohnya teman temanku yang lain begitu mengetahui fakta bahwa aku dan Rendi sudah kenal dekat sebelumnya. Benar saja, timbul berbagai macam pertanyaan yang satu persatu dijawab Rendi dengan begitu santainya.

Bersyukur tidak lama kemudian pesanan kami datang dan memilih untuk menikmati menu makanan masing masing. Namun disini cuma aku yang sedikit tidak nyaman setelah penjelasan Rendi yang mengakibatkan ada tatapan dari teman yang lain seakan ingin mencari informasi lebih jauh.

"Gak nyanga Gue Nad, ternyata Pak Rendi teman kamu, dekat pula" mbak Laras dengan rasa keponya segera meminta penjelasan begitu kami ada kesempatan berdua.

"Kami teman dekat bertiga dengan Wilda mbak" ralatku agar tidak ada salah faham disini.

"Jangan jangan dinner yang kamu maksud itu dinner jabatan barunya Pak Rendi?" tanya mbak Laras menyelidik.

Aku mengangguk lemah,

"Oh my God... eh, berarti dari segi umur Pak Rendi dibawahku dong ya? Keren amat umur segitu udah diposisi manager aja" ujar mbak Laras.

Seperti dugaanku juga, mbak Laras akan menjadikan topik ini sebagai berita hangat yang akan menjadi headline gosip mungkin hingga beberapa hari kedepan. Rasanya harus menyiapkan kesabaran ekstra untuk menghadapinya.

.
.
.

To be continued

♏♏♏

Jangan lupa follow aku diakun sosmed yang lain yaaa...

WP, Ig, Dreame : Ayaya2211

Terimakasih.
Ayaya 💕

More Than Words [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang