MtW 40 - Keputusan Sulit

2.2K 318 32
                                    

Tap votesnya dulu boleh??? 🌟

Enjoy

.
.
.

♏♏♏

Entah kenapa hari hari yang kulalui terasa amat panjang dan semakin sulit untuk kujalani. Bukan perkara pekerjaan yang menjadi beban namun ada satu sisi hatiku yang terasa enggan untuk sekedar memahami dengan keadaan yang sedang terjadi.

Sejak terakhir bertemu Mas Tama dua hari yang lalu kini hubungan kami masih sedikit merenggang, kami disibukkan dengan pekerjaan masing masing meskipun beban pekerjaan Mas Tama jauh berkali lipat dibandingkan denganku. Ia sering lembur dan meeting untuk grand launching produk terbaru ponsel pintar yang akan digelar akhir pekan ini.

Selama itu pula aku kembali larut dalam fikiranku untuk merenungi kembali hubungan kami. Dan semakin menyelami banyak perkataan dari Sherin yang semakin jelas kebenarannya. Mas Tama memang berbeda, bahkan jauh berbeda denganku. Dilihat dari sisi manapun rasanya sulit untuk bersama dirinya.

Seperti yang dikatakan mbak Laras beberapa waktu yang lalu. Mas Tama pantas mendapatkan wanita yang setara dengannya, yang mampu mengimbanginya baik dari segi karir dan keluarga. Kembali terbesit ucapan Sherin yang selelu memberikan efek nyeri hingga pada lubuk hatiku.

Satu butir air mata lolos dari ujung mataku, entah sudah berapa malam ketika memikirkan hubunganku kedepan semakin tidak menemukan titik terang dan berujung pada air mataku yang menggenang.

Ponselku berdenting memunculkan satu notifikasi chat masuk.

Mas Tama : Nad, acara grand launching minggu depan bisa jadi plus one aku?

Membaca berulang ulang pesan dari Mas Tama. Sebuah ajakan yang sulit kuterima.

Me : maaf, gak bisa Mas. Aku belum siap diperkenalkan sama kamu, apalagi itu acara perusahaan.

Mas Tama : kalau aku gak bawa kamu kesana, mau gak mau aku harus menerima ajakan untuk datang bersama Stefy.

Hatiku terasa nyeri membaca balasan dari Mas Tama. Menghembuskan nafas pelan sebelum mengetik pesan, mencoba menetralkan hati untuk merelakan Mas Tama agar menerima ajakan bersama Stefy.

Me : iya gak apa apa mas :)

Mas Tama : beneran kamu gak apa apa?

Me : profesionalitas kerja kan?

Mas Tama : iya sayang, tapi tetep aja aku pengennya kamu yang jadi plus one nya aku.

Me : maaf ya Mas, belum bisa.

Mas Tama : yaudah. Yang paling penting kamu gak mikir aneh aneh kalau nanti muncul berita yang membuat kamu tidak nyaman.

Me : iya mas, aku tau.

Mas Tama : sayang kamu banget, Nad.

Me : aku juga...

Pertahananku luruh, air mataku semakin deras meluncur membasahi pipi. Dalam pesan tersebut aku mengetikkan tidak apa apa namun efeknya memberikan sesak didadaku yang teramat. Rasanya sampai kapanpun aku tidak akan pernah siap untuk bersanding dengannya, satu kenyataan yang semakin menyadarkan posisiku saat ini. Dari mana asalku juga apa pengaruhku yang dapat mengimbangi Mas Tama, dan sudah jelas jawabannya tidak ada.

Membuka aplikasi mobile banking untuk melihat saldo tabunganku, aku tersenyum melihatnya. Tabunganku cukup lumayan karena selama hampir enam bulan ini tidak mengeluarkan biaya untuk tempat tinggal. Setelah mengkalkulasi setidaknya keuanganku aman hingga tiga bulan kedepan andai saja aku tidak bekerja.

More Than Words [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang