MtW 4 - Boss

4.7K 400 7
                                    

Enjoy

.
.
.

♏️♏️♏️

Dulu sekali, sempat bertekat tidak akan kembali ke tempat yang pernah menyimpan cerita luka dimasa lalu. Jelas, karena terlalu banyak cerita yang ada hingga seakan susah untuk menghapusnya.

Surabaya memberikan arti dan makna yang berbeda disetiap sudutnya. Berharap kenangan itu akan pudar dengan seiring berjalannya waktu hingga aku benar benar keluar dari lingkaran yang membelenggu.

Surabaya memberikan arti persahabatan yang mendalam seperti hubungan pertemananku dengan Wilda meski kita tidak ada hubungan darah sekalipun. Surabaya juga memberikan pukulan telak dan membuat hati dan perasaanku hancur tak tersisa, hingga mengingatnya saja membuatku sulit bernafas.

Wilda pernah mengatakan kalau aku harus keluar dari lingkaran tersebut, aku harus melawannya. Nihil, aku masih mengingatnya meski dalam sudut hatiku yang terkecil.

***

Kembali pada rutinitas setiap pagi dengan melewati padatnya jalanan Surabaya berbarengan dengan jam masuk kantor. Kemacetan disetiap persimpangan jalan sudah menjadi pemandangan yang lumrah terjadi ketika memasuki jam tertentu.

Hari ini menjadi hari pertama tanpa adanya Wilda, beruntung rekanku yang bernama mbak Laras cukup kooperatif selama aku berkerja diminggu pertama. Jadi kemungkinan masalah dengan rekan kerja dapat meminimalisir.

Pintu kantor staf terbuka dan menampilkan sosok yang baru pertama kali kulihat. Ia berjalan dengan angkuh melewati setiap pegawai yang dilewatinya, sedangkan dibelakangnya terdapat seorang wanita dengan pembawaan yang begitu seksi dibandingkan dengan pegawai wanita yang lain dalam ruangan ini. Lelaki tersebut memasuki ruangan yang selama satu mingguku bekerja belum pernah kutemui pemiliknya.

Ah, iya... Dia managerku...

Deru suara ketikan keyboard terdengar teratur disetiap penjuru, kami kembali bekerja dengan tugas masing masing. Tidak lama seorang wanita yang sempat menjadi buah bibir mbak Laras berada didepanku.

Dia Sari, sekretaris manager yang juga baru kutemui hari ini.

"kamu pegawai yang gantiin Wilda?" katanya yang jauh dari kata ramah.

"Iya benar" jawabku sesopan mungkin meskipun dari sisi usia sepertinya ia masih dibawahku.

"dipanggil Pak Tama tuh ke ruangannya" jelasnya sambil berlalu.

"oke" desisku pelan sambil melihatnya kembali ke meja sekretaris yang letaknya tepat didepan ruangan manager.

Aku dipersilahkan masuk begitu mengetuk dua kali pada sebuah pintu kaca semi transparan untuk memasuki ruangan didepanku.

Sebuah ruangan yang cukup nyaman dengan pendingin ruangan yang cukup rendah serta nuansa minimalis yang didominasi warna abu dan putih. Jelas sekali pemiliknya orang yang kaku dan dingin dari sekilas menilai ruangan kerjanya.

"Nadia, silahkan duduk" titahnya begitu menyadari keberadaanku.

Lima menit berlalu dengannya yang masih membaca sebuah dukumen, bisa ditebak itu adalah hard file cv lamaran kerja yang kukirimkan setelah mendapatkan info pekerjaan dari Wilda.

"kamu ada hubungan kerabat dengan Wilda?" tanya Pak Tama tanpa basa basi.

"heh? Eh... Maaf, saya mendapat informasi pekerjaan ini dari Wilda Pak. Kebetulan kami satu angkatan di kampus" jelasku sedikit kaget dan terbata dengan pertanyaannya.

"fresh graduate ya? Tapi pengalaman organisasi kamu boleh juga" katanya yang kujawab dengan anggukan kecil.

"public speaking kamu bagus berarti?" tanya Pak Tama dengan menutup dokumen dan melihat kearahku.

More Than Words [END] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang