19 - Swift ✓

225 34 194
                                    

Kalo bisa susah, kenapa harus mudah?





















[No Edit]

Hari ini KBM sudah mulai dilakukan kembali. Libur 4 hari gue bener-bener berfaedah. Guru memang terbaik, kalo urusan PR. Gak ngotak!

"Hari ini kita lanjut hapalan ya, ibu tunggu di Perpus. Yang sudah siap, langsung kesana aja."

Kenapa di Perpus? Agar tetap kondusif dan pikiran gak kebagi dua sama bisingnya suara kelas. Pasti kalo Ada hapalan gini, bakal berisik walau ngapal dalam hati. Ajaib.

"Ibu tinggal ya."

"Kasih kepastian dulu buk, baru ninggalin." Apa banget sih.

"Can, Lo kayaknya lupa minum bodreg."

"Haechan, kalo gak hapal kamu ibu cubit lho."

"Hapal kok buk, hapal. Boleh baca buku kan?" Hobi haechan selain membuat keributan, juga tawar-menawar.

"Kalo mau hapalin ya baca. Tapi, kalo maju ya gak baca."

Haechan surak, berani banget dia sama guru. Berasa ngomong sama temen sendiri.

"Jangan ribut ya. Ingat, sabtu udah bagi rapor. Kalo masih ada tunggakan, kalian bakal langsung di DO."

Seperti yang gue bilang di part awal. Sekolah ini, kalo kelas X bikin masalah atau nilainnya tidak mencukupi bakal langsung kena drop out pihak sekolah. Dan itu udah jadi perjanjian di atas materai, jadi harus bener-bener.

"Iya buk."

Kelas mulai gupek lagi, "WOY! HAPALANNYA DALAM HATI KENAPA SIH! BERISIK BANGET."

"Ya lo gausah teriak-teriak juga jing, berisik." Protes renjun.

"Anjay, otak gue ngelag. Ingat sebaris, ngapal yang lain malah lupa." Keluh Jeno.

"Jangan malu-maluin muka Jen. Jangan sampai, lo di cap Si ganteng IQ jongkok."

"Ih! Ngeri." Jawab Jeno, "IQ gue lagi rebahan, jadi tell me."

"Ngapal anjir, malah bacot."

"Sok ngapal juga si Nanda."

"Yok, maju. Biar cepet kelar." Ajak Nanda.

Haechan geleng, "Gilak. Otak lo bagi dua sama gue sini gas." Haechan Dan kawan-kawan manggil Nanda itu Bagas.

"Iya kelar. Hidup gue yang kelar sampe sana." Padahal rombongan renjun itu, kapasitas otaknya lebihin otak normal. Apalagi Nanda, jangan di tanya deh. Otak lo bakal insecure.

"Merendah untuk meroket." Ucap Nanda,

"Merendah untuk membumi." Dilanjutkan dengan Conlo,

"Merendah malah di rendahin." Lanjut haechan.

"Bobrok banget weh, kayak kandang ayam." Renjun ngomong sambil ketawa.

Perpustakaan📚

Gue ngeliat Nanda, sama jisung. Lagi duduk di bangku Perpus, dekat jendela. "Eh Na," panggil gue sambil nyamperin mereka berdua.

Gue sama partner gue kok, Ara. Tapi dia ke kantin dulu, haus katanya. Padahal bawa minum.

Dia nengok, "Apa?"

"Yang lagi maju siapa?"

"Haechan, Renjun, Jeno sama Conlo."

"Langsung berempat?"

a MIRACLE • Na Jaemin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang